Sejarah Huruf Braille, Huruf yang Digunakan Semasa Perang yang Menjelma Menjadi Sistem Komunikasi Penyandang Tuna Netra

Huruf Braille sendiri dikenal dan dikembangkan ke sekitar tahun 1800-an. Seorang pria bernama Charles Barbier yang bertugas di pasukan Prancis Napoleon Bonaparte mengembangkan sistem unik yang dikenal sebagai penulisan malam. 

Kamis, 02 Januari 2025 | 20:26 WIB - Ragam
Penulis: - . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Semarang- Braille adalah sebuah sistem baca dan menulis dengan teknik sentuhan yang untuk penyandang tuna netra atau orang buta. Braille sendiri menggunakan titik-titik yang diangkat mewakili huruf-huruf alfabet. Selain huruf alfabet, Braille juga berisi padanan untuk tanda baca dan memberikan simbol untuk menampilkan pengelompokkan huruf.

Huruf Braille sendiri dikenal dan dikembangkan ke sekitar tahun 1800-an. Seorang pria bernama Charles Barbier yang bertugas di pasukan Prancis Napoleon Bonaparte mengembangkan sistem unik yang dikenal sebagai penulisan malam. 

BERITA TERKAIT:
Pemkab Sragen Sediakan Fasilitas Pengajuan Permohonan Informasi dalam Huruf Braille
Sejarah Huruf Braille, Huruf yang Digunakan Semasa Perang yang Menjelma Menjadi Sistem Komunikasi Penyandang Tuna Netra
Perkembangan Braille Hingga Fasilitas Baca di Indonesia, Sudahkah Ramah Tunanetra?
Mudahkan Penyandang Tuna Netra, Kemenag Terbitkan Panduan Baca Al Quran Braille
Gus Yasin Sebut Saat Ini Dibutuhkan Guru PAI yang Menguasai Al-Qur’an Braille

Sebagai seorang tentara dan veteran perang Charles mengembangkan huruf Braille dengan tujuan agar para tentara dapat berkomunikasi dengan aman pada malam hari, karena ia melihat beberapa tentara terbunuh karena mereka menggunakan cahaya lampu untuk membaca pesan pertempuran. Karena hasil dari cahaya yang bersinar dari lampu, banyak tentara musuh yang tahu di mana tentara Prancis berada dan menyebabkan banyak korban tewas.

Charles mendasarkan sistem "night write" pada sel 12-dot yang terangkat, dengan lebar dua titik dan tinggi enam titik. Setiap titik atau kombinasi titik-titik dalam sel mewakili huruf atau suara fonetik. Masalah dengan kode militer adalah bahwa ujung jari manusia tidak dapat merasakan semua titik dengan satu sentuhan.

Kemudian pada 1820, Louis Braille menemukan inspirasi untuk memodifikasi kode penulisan malam karya Charles Barbier dalam upaya menciptakan sistem komunikasi tertulis yang efisien untuk sesama individu buta.

Louis Braille merupakan anak yang lahir pada 1809 yang mengalami kebutaan pada usia yang sangat muda karena dia secara tidak sengaja menusuk matanya dengan penusuk kulit yang dimiliki ayahnya.

Louis Braille menghabiskan waktunya selama 9 tahun di Institut Nasional tunanetra di Paris untuk mengembangkan dan menyempurnakana sistem titik-titik yang terangkat yang sekarang dikenal sebagai huruf Braille.

Braille menyederhanakan sel titik-titik yang semula 12 titik menjadi 6 titik. Hal ini dilakukan agar ujung jari dapat mencakup seluruh unit sel dengan satu kesan dan bergerak cepat dari satu sel ke sel berikutnya. Seiring berkembangnya waktu, dunia secara bertahap menerima Braille sebagai bentuk dasar komunikasi tertulis untuk individu buta.

Seiring berkembangnya waktu, huruf Braille mengalami beberapa modifikasi, seperti penambahan kontraksi yang mewakili huruf dan kata-kata utuh yang sering muncul dalam bahasa. Penggunaan kontraksi ini memungkinkan pembacaan Braille lebih cepat dan membantu mengurangi ukuran buku Braille yang membuatnya lebih praktis.

Louis Braille meninggal pada tahun 1853 pada usianya yang ke 43, setahun sebelum negara asalnya, Prancis mengadopsi huruf Braille sebagai sistem komunikasi resmi untuk orang buta. Beberapa tahun setelahnya, yaitu pada 1860, huruf Braille diadopsi di Sekolah Missouri untuk tunanetra di St. Louis, Amerika Serikat.

***

tags: #braille #sejarah #komunikasi #tunanetra

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI