Bubuk Pink untuk Padamkan Api Kebakaran di Los Angeles Tuai Kontroversi, Mengapa?
Perimeter, perusahaan dibalik Phos-Chek, di masa lalu telah menyarankan untuk membersihkan "bubuk" segera setelah aman.
Kamis, 16 Januari 2025 | 22:55 WIB - Internasional
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, Jakarta- Sebanyak belasan hektar lahan di Los Angeles, California terbakar hebat sejak Selasa (7/1/2025). Pemadam kebakaran setempat berjuang mati-matian untuk memadamkan kobaran api yang terus menyebar tersebut.
Berbagai cara dilakukan, mulai dari menghujani dengan air hingga menyebarkan bubuk berwarna merah muda cerah yang kini menjadi perhatian.
BERITA TERKAIT:
Kebakaran Landa Rumah di Makasar Jaktim, Kerugian Ditaksir Mencapai Rp6 Miliar
Polisi Dalami Penyebab Terbakarnya Gedung Kementerian ATR/BPN
Sebanyak Tujuh Orang Selamat dalam Kebakaran Ruko di Jakbar
Kebakaran Landa Gedung Kementerian ATR/BPN
Kebakaran Kapal di Ancol Tewaskan Satu Orang
Zat merah muda atau pink mencolok tersebut diketahui merupakan zat yang digunakan untuk memperlambat penyebaran api.
Setelah diterjunkan di pinggiran kota Los Angeles, kini warna pink menjadi pemandangan umum di area tersebut, menyelimuti jalan masuk, atap, dan mobil.
Menurut aparatur setempat, ribuan gallon zat tersebut telah disebarkan sejak minggu lalu untuk menghalau penyebaran si jago merah.
Apa itu sebenarnya bubuk itu? Bagaimana bubuk tersebut dapat memerangi kobaran api?
Produk penghambat api (flame retardant) merek Phos-Chek tersebut dikeluarkan oleh perusahaan bernama Perimeter.
Produk tersebut telah digunakan untuk memadamkan kebakaran di AS sejak tahun 1963, dan merupakan penghambat api jangka panjang utama yang digunakan oleh Departemen Kehutanan dan Perlindungan kebakaran California. Bahan ini juga merupakan penghambat api yang paling banyak digunakan di dunia.
Dengan kebakaran hutan yang memporak-porandakan California Selatan selama satu minggu terakhir, gambar gambar yang beredar di internet menunjukkan bubuk merah muda tersebut telah menutupi jalan dan rumah-rumah.
Perimeter, perusahaan dibalik Phos-Chek, di masa lalu telah menyarankan untuk membersihkan "bubuk" segera setelah aman.
"Semakin lama retardant mengering, semakin sulit untuk menghilangkannya sepenuhnya," demikian peringatan mereka.
Menurut perusahaan itu, air hangat dan deterjen lembut efektif untuk menghilangkannya dari permukaan yang kecil. Sedangkan untuk membersihkan permukaan yang lebih besar perlu menggunakan pressure washer (alat pembersih yang menggunakan air bertekanan tinggi).
Formula dari Phos-Chek tidak diketahui oleh publik, tetapi perusahaan telah mengatakan dalam pengajuan sebelumnya bahwa produk ini terdiri dari 80% air, 14% garam jenis pupuk, 6% zat pewarna dan penghambat korosi.
Mengenai warnanya, perusahaan mengatakan bahwa produk ini merupakan "alat bantu visual bagi pilot dan petugas pemadam kebakaran". Setelah beberapa hari terpapar sinar matahari, warnanya akan memudar menjadi warna tanah.
Retardant biasanya disemprotkan di sekitar kebakaran hutan pada vegetasi dan lahan yang rawan kebakaran untuk menghentikan penyebaran api ke area tersebut.
Namun penggunaan retardant dalam mengatasi kebakaran di Los Angeles kembali menuai kontroversi.
Pasalnya dahulu pada tahun 2022, Forest Service Employees for Environmental Ethics, sebuah organisasi yang terdiri dari para pegawai dan mantan pegawai Dinas Kehutanan AS, menganggap perusahaan tersebut melanggar undang-undang air bersih negara dengan membuang bahan kimia pencegah kebakaran dari pesawat ke hutan.
Organisasi ini berargumen bahwa bahan kimia tersebut membunuh ikan dan tidak efektif.
Forest Service juga memiliki larangan wajib untuk tidak menjatuhkan retardant di area lingkungan yang sensitif, seperti saluran air dan habitat spesies yang terancam punah. Namun, ada pengecualian yakni ketika nyawa manusia atau keselamatan publik terancam.
Ditulis oleh wartawan magang Asa Heka
***tags: #kebakaran #los angeles #amerika serikat #kontroversi
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Club Brugge Vs Atalanta: Blauw-Zwart Menang 2-1 Berkat Penalti Kontroversial
13 Februari 2025

Kampung Lorong Buangkok, Kampung Terakhir di Tengah Kemegahan Singapura
13 Februari 2025

Warga Jakarta Barat Diimbau Waspada Ancaman DBD Selama Musim Hujan
12 Februari 2025

Apple Maps Ubah Nama Teluk Meksiko Menjadi Teluk Amerika Atas Perintah Presiden Donald Trump
12 Februari 2025

Indonesia dan Jerman Kolaborasi Kembangkan Industri Tekstil Berkelanjutan melalui Proyek EnaTex
12 Februari 2025

404 Ekor Ternak di Banyuwangi Terpapar Penyakit Mulut dan Kuku, Vaksinasi Serentak Digelar
12 Februari 2025

Kiai di Trenggalek Bantah Tuduhan Persetubuhan, Minta Dibebaskan dari Tuntutan
12 Februari 2025

Vietnam Kurangi Kementerian dan Lembaga Demi Efisiensi Anggaran, Berbeda dengan Indonesia
12 Februari 2025

Kepala Manusia Ditemukan di Pinggir Sungai Konto Jombang
12 Februari 2025

Jalan Kalimalang Bekasi yang Amblas Sudah Diperbaiki, Lalu Lintas Masih Macet
12 Februari 2025