Sembilan Tokoh yang Patut Disebut sebagai Pahlawan Bahasa Indonesia

Pak Perwakilan merupakan salah satu leksikograf terbaik.

Senin, 27 Januari 2025 | 13:33 WIB - Ragam
Penulis: - . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - Penggunaan Bahasa Indonesia telah mengalami perkembangan yang cukup signifikan apalagi di era digital saat ini. Namun meskipun begitu, dalam sejarahnya, penggunaan Bahasa Indonesia pernah mengalami perubahan yang lumayan panjang hingga bisa digunakan secara baik dan benar hingga saat ini. Penyempurnaan Bahasa Indonesia tersebut tidak bisa lepas dari peran seorang Leksikografi atau Ahli Bahasa yang telah berperan banyak dalam menyempurnakan Bahasa Indonesia hingga dapat digunakan seperti sekarang. Sehingga seorang Leksikografi tersebut pantas diberikan julukan sebagai pahlawan Bahasa Indonesia. Berikut sembilan tokoh yang pantas dijuluki sebagai pahlawan Bahasa Indonesia:

1. Sutan Takdir Alisjahbana (STA)
Sutan Takdir Alisjahbana lahir di Mandailing Natal pada tanggal 11 Februari 1908. Ia merupakan keturunan kerajaan Indrapura dari garis ibu. Ia mengenyam pendidikan Hoogere Kweekschool (HKS) di Bandung, kemudian mendapatkan gelar Dr. Honoris Causa dari Universitas Indonesia dan Universitas Sains Malaysia. Selama hidupnya, ia pernah menjadi seorang guru, namun itu tak bertahan lama karena ketidaksabarannya terhadap para muridnya. Alhasil, ia kemudian melamar ke Balai Pustaka dan diterima menjadi redaktur pada bagian buku.

BERITA TERKAIT:
Soeharto dan Gus Dur Berpeluang Jadi Pahlawan Nasional Tahun Ini
Mengenal Sosok Soemeini, Pahlawan Wanita Kelahiran Bumi Sukowati
Usmar Ismail: Bapak Film Nasional dan Perintis Perfilman Indonesia
Sembilan Tokoh yang Patut Disebut sebagai Pahlawan Bahasa Indonesia
Tujuh Situs Sejarah di Surabaya yang Terkait dengan Peristiwa 10 November

Pada tahun 1933, pertemuannya dengan Armijn Pane dan Amir Hamzah menjadi cikal bakal kelahiran majalah Pujangga Baru. STA menjabat sebagai ketua komisi Bahasa selama pendudukan Jepang. Ia melakukan modernisasi Bahasa Indonesia sehingga dapat menjadi bahasa nasional yang menjadi pemersatu bangsa. STA merupakan orang pertama yang menulis Tata Bahasa Baru Bahasa Indonesia pada 1936.

Ia juga merupakan pelopor Kongres Bahasa Indonesia pertama di Solo. Salah satu karya terpentingnya adalah novel 'Layar Terkembang' yang diterbitkan pada tahun 1937. STA juga dikenal galak dalam berpendapat, bahkan polemik kebudayaan yang ia mulai disebut oleh Balai Pustaka sebagai “Pergulatan Pemikiran Terbesar dalam Sejarah Kebangsaan Indonesia”

2. Welfridus Josephus Sabarija Poerwadarminta
Welfridus Josephus Sabarija Poerwadarminta atau biasa akrab disapa pak Poerwa lahir di Yogyakarta pada tanggal 12 September 1904. Ia merupakan seoramg lulusan Normaalschool yang pada zaman itu dipandang sebelah mata. Lulusan Normaalschool seringkali dibandingkan dengan lulusan Kweekschool yang lebih sejahtera.

Ia sering mendapat ejekan dari orang di sekitarnya, namun ejekan itulah yang kemudian memantiknya untuk mengikuti banyak kursus bahasa asing. Akan tetapi, minatnya hanya pada filsafat dan Bahasa Belanda.

Untuk melatih keterampilannya bicara bahasa asing, ia menjadi pemandu di Kraton Yogyakarta. Semua ketekunannya berbuah hasil, ia mendapat tawaran mengajar bahasa Melayu di Jepang dan dari sanalah, kamus demi kamus berhasil disusun oleh Beliau.

Pak Poerwa merupakan salah satu leksikograf terbaik yang pernah dilahirkan bangsa Indonesia. Salah satu karyanya adalah Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI) yang diterbitkan pada 1954 oleh Lembaga Penyelidikan Bahasa dan Kebudayaan Universitas Indonesia dan dianggap sebagai awal sejarah leksikografi Bahasa Indonesia.

3. Mohammad Tabrani Soerjowitjitro
Mohammad Tabrani Soerjowitjitro lahir di Pamekasan, Madura pada 10 Oktober 1904. Ia merupakan lulusan MULO dan OSVIA. Ia adalah seorang wartawan. Moment terpenting mengapa Tabrani sungguh layak menjadi salah satu pahlawan Bahasa Indonesia terjadi ketika Kongres Pemuda 1 pada 2 Mei pada tahun 1926. Mohammad Yamin mengusulkan kalimat Kami poetra dan poetri Indonesia menjoenjoeng Bahasa Persatuan Bahasa Melajoe.

Diketahui Mohammad Tabrani merupakan tokoh yang menentang usulan tersebut karena baginya, bahasa bangsa Indonesia adalah Bahasa Indonesia bukan bahasa Melayu. Selanjutnya dalam autobiografinya, Tabrani mengatakan bahwa Yamin naik pitam dengan alasan, 

“Tabrani menyetujui seluruh pikiran saya, tetapi kenapa menolak konsep usul resolusi saya? Lagipula yang ada bahasa Melayu bukan Bahasa Indonesia. Tabrani menanggapi dengan mengatakan bahwa ia tetap pada pendiriannya bahwa bahasa persatuan adalah Bahasa Indonesia. Jika belum ada, maka harus dilahirkan dari kongres ini.”

4.Anton Moeliono
Anton Moeliono, ia merupakan lulusan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. Dikutip dari Narabahasa.id, Pak Anton merupakan orang yang menemukan padanan kata “pencakar langit”, “nirlaba”, “jalan layang”, dll. Selain itu, ia juga merupakan tokoh yang mencetuskan adanya Ejaan Lama yang Disempurnakan (EYD). Ia melahirkan banyak karya bagi  perkembangan Bahasa Indonesia, seperti Pedoman Umum Pembentukan Istilah (1975), Aspek Teoretis dalam Penerjemahan (1997), dan Beberapa Aspek Masalah Penerjemahan ke Bahasa Indonesia (1997). Bahkan saat Ia memimpin Pusat Bahasa, terbitlah untuk pertama kalinya Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1988).

5. Gorys Keraf
Gorys Keraf merupakan ahli linguistik Indonesia. Jasanya begitu banyak terhadap perkembangan Bahasa Indonesia melalui karya-karyanya soal Tata Bahasa Indonesia. Beberapa karya adalah Tata Bahasa Indonesia  (1970), Komposisi (1980), Diksi dan Gaya Bahasa (1981), Eksposisi dan Deskripsi (1981),  Tata Bahasa Rujukan Bahasa Indonesia untuk Tingkat Pendidikan Menengah (1991), dan Linguistik Bandingan Tipologis (1990).

6. Soewandi
Semasa hdiupnya, Soewandi merupakan Menteri Pendidikan dan Pengajaran pada kabinet Sjahrir III. Pada saat menjabat sebagai menteri inilah ia mengeluarkan ejaan Republik Indonesia, menggantikan Ejaan van Ophuysen. Salah satu perbedaannya terdapat pada penggunaan ‘oe’ diganti dengan ‘u’. Kelahiran Ejaan Soewandi ini tak hanya untuk menyempurnakan ejaan yang sebelumnya, namun juga berfungsi untuk menghilangkan citra Belanda dalam Bahasa Indonesia.

7. Koewatin Sasrasoeganda 
Koewatin Sasrasoeganda  merupakan tokoh Pribumi pertama yang menulis tata bahasa Melayu dalam bahasa Melayu dengan tradisi Yunani-Latin-Belanda. Salah satu karyanya yang terpenting adalah Kitab jang Menjatakan Djalan Bahasa Melajoe yang menjadi buku pegangan pengajaran Bahasa Indo-Melayu pada masanya.

Ia memperkenalkan kelas kata dalam Bahasa Melayu: perkataan pekerjaan, perkataan nama benda, perkataan kata sifat, perkataan bilangan, perkataan pengganti nama, perkataan tambahan, perkataan pengantar, perkataan penghubung, perkataan penyeru.

8. J.S Badudu
Dapat dipastikan ketika menempuh pendidikan sekolah dulu, nama J.S Badudu pasti pernah didengar oleh semua orang. Ia mendapat julukan sebagai pendekar bahasa karena keberaniannya mengkritik penggunaan kata “daripada” yang salah.

Jasanya bagi perkembangan Bahasa Indonesia tak hanya tercermin dari karya fisik berupa buku dan makalah saja, namun juga dalam tayangan televisi. Pada tahun 1970-1980, beliau tampil dalam siaran di TVRI “Pembinaan Bahasa Indonesia”  Karya-karya beliau adalah: Morfologi Bahasa Indonesia Lisan dan Morfologi Bahasa Indonesia Tulisan.

9. Madong Lubis
Tak seperti tokoh lainnya, agak sulit untuk mencari kiprah perjalanan karier linguistik Madong Lubis. Melansir dari Narabahasa.id, ia memajukan Bahasa Indonesia dari lirik-lirik lagu yang ia gubah. Karyanya Taman Kesoema digunakan sebagai bahan ajar di sekolah rendah.

Salah satu karyanya yang terkenal adalah lagu anak yang berjudul Layang-Layang. Selain itu, beliau juga merupakan anggota panitia dan pembicara dalam seksi D yang bertopik ”Bahasa Indonesia dalam Pergaulan Sehari-hari”. Beliau juga merupakan salah satu tokoh kebahasaan  ternama di Sumatera Utara.

Itu tadi 9 tokoh yang pantas disebut sebagai pahlawan Bahasa Indonesia. Meskipun tidak pernah mengangkat senjata, namun perjuangannya dalam menjadikan Indonesia memiliki bahasa sendiri yakni Bahasa Indonesia adalah perjuangan heroik yang patut dikenang dan juga dipertahankan, sama seperti perjuangan tiap pahlawan yang lain, tugas kita adalah mempertahankan kemerdekaan. Caranya? Menjadi berwawasan dan berani.

*Ditulis oleh wartawan magang Rahardian Haikal Rakhman

***

tags: #pahlawan #bahasa indonesia

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI