Cuaca Ekstrem Pengaruhi Produksi Kopi di Kabupaten Magelang

Para petani berpendapat bahwa meski hasil panen berkurang, harga kopi tetap stabil.

Selasa, 04 Februari 2025 | 08:10 WIB - Ragam
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Mungkid- cuaca ekstrem yang melanda Kabupaten Magelang dalam beberapa bulan terakhir tidak hanya mengakibatkan bencana alam seperti banjir dan tanah longsor, tetapi juga berdampak pada sektor perkebunan, terutama pada produksi Kopi

Ketua Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Kopi Arabika Merapi Merbabu Magelang, Istanto, bersama dengan beberapa petani Kopi, mengungkapkan bahwa hujan lebat dan angin kencang sejak awal musim penghujan telah menyebabkan bunga Kopi berguguran sebelum sempat berkembang menjadi buah. Hal ini berdampak langsung pada penurunan hasil panen.

BERITA TERKAIT:
Miliki Komitmen Jaga Ekosistem, Somoketro Tebar 3.500 Benih Ikan
Festival Literasi Kopi Magelangan, Jadi Panggung Sinergi Budaya dan Edukasi
Grengseng Dorong Pemdes Pagersari dan DLH Kab Magelang Susun Perencanaan Pengelolaan Sampah
PRM Gunungpring Kab Magelang Lakukan Safari Tebar Hewan Kurban di Dusun Kerug Batur
Hadiri Penutupan TMMD Sengkuyung Tahap II, Wabup Sahid Pembangunan Beri Manfaat ke Warga

“Biasanya, buah Kopi tumbuh rapat dalam satu tangkai, tetapi sekarang jarang-jarang atau disebut 'ngrontil' dalam istilah petani. Produksi turun drastis,” kata Istanto, warga Truni, Windusari, belum lama ini.

Ketua Kelompok Tani Dadi Makmur Dusun Tukung, Desa Ngemplak, Nur Cholis, juga mengungkapkan bahwa selain bunga Kopi yang rontok, cuaca ekstrem juga menyebabkan dahan-dahan patah dan daun Kopi meranggas. Sanusi, petani Kopi dari Desa Petung, memperkirakan bahwa cuaca ekstrem menyebabkan penurunan produksi Kopi hingga mencapai 30 persen.

Meskipun demikian, para petani berpendapat bahwa meski hasil panen berkurang, harga Kopi tetap stabil. Beberapa waktu lalu, harga Kopi sempat mengalami kenaikan selama musim liburan. 

“Saat libur panjang kemarin, permintaan Kopi meningkat. Beruntung, stok dari panen sebelumnya masih bisa mengisi pasar. Harga Kopi jenis ceri bahkan sempat naik hingga Rp15.000 per kilogram,” jelas Istanto.

Seperti biasa, musim penghujan meningkatkan konsumsi Kopi. "Jika hujan, hawa dingin akan mendorong orang untuk minum sesuatu yang panas, seperti Kopi. Alhamdulillah, harga Kopi tetap terjaga,” tambah Sanusi.

Istanto juga menjelaskan bahwa cuaca ekstrem tidak hanya mempengaruhi jumlah produksi Kopi, tetapi juga kualitasnya. Namun, masalah ini masih dapat diatasi dengan pengolahan yang cermat dan teliti. 

cuaca ekstrem berpengaruh pada kualitas, tetapi dengan kecermatan dalam pengolahan, kami tetap bisa mempertahankan cita rasa,” terang Istanto.

Kopi Arabika Merapi Merbabu Magelang dikenal memiliki cita rasa khas yang membedakannya dari Kopi daerah lain. Berdasarkan uji laboratorium dari Pusat Penelitian Kopi dan Kakao (Puslitkoka) Jember, Kopi ini masuk dalam kategori specialty grade dengan skor 84,00 hingga 88,50.

Istanto juga menjelaskan bahwa meski sertifikasi MPIG Merapi Merbabu hanya berlaku untuk Kopi yang diproduksi di wilayah Gunung Merapi dan Merbabu, hal ini juga berlaku untuk Kopi yang dihasilkan di seluruh Kabupaten Magelang, termasuk wilayah Gunung Sumbing. “Kopi kami punya profil rasa yang unik, mulai dari karamel, madu, rempah, buah, herbal, kacang, hingga sentuhan cokelat dan vanila. Ini yang membuatnya tetap dicari meskipun hasil panen awal tahun ini menurun,” tutup Istanto.

***

tags: #kabupaten magelang #kopi #petani #cuaca ekstrem #perkebunan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI