Hampir 3000 orang Tewas Usai Pemberontak Kuasai Kota Terpenting di Kongo, Ini Kata PBB

Kini hampir 2000 warga sipil berlindung di pangkalan penjaga perdamaian.

Kamis, 06 Februari 2025 | 23:54 WIB - Internasional
Penulis: - . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Jakarta- Wakil Kepala misi PBB di Kongo, Vivian van de Perre mengatakan sejauh ini pihaknya telah mengumpulkan sekitar 2000 mayat dari jalanan di Goma, dan terdapat 900 mayat yang masih berada di ruang jenazah Rumah Sakit Goma, Rabu (5/2/2025).

Ia mengatakan masih ada kemungkinan bahwa angka korban berjatuhan akan semakin bertambah. Dirinya juga menambahkan bahwa terdapat 'mayat yang membusuk' di beberapa area tertentu.

BERITA TERKAIT:
Hampir 3000 orang Tewas Usai Pemberontak Kuasai Kota Terpenting di Kongo, Ini Kata PBB
Wanita Asal Kongo Ini Miliki 53 Orang Anak!
Penyakit Malaria Misterius Menyebar di Kongo
MC Baba, Rapper Tunawicara dan Tunanetra Pertama di Dunia
Brutal, Seorang Wartawan Tewas Digorok

Menurut Pemerintah Kongo, pengambilan mayat-mayat tersebut dilakukan usai koalisi pemberontak yang mencakup kelompok bersenjata M23 mengumumkan gencatan senjata sejak Selasa (4/2/2025).

Namun pengumuman gencatan senjata tersebut sebagai 'komunikasi palsu', lantaran pertempuran sengit terus dilaporkan terjadi di Provinsi Kivu Selatan.

Kongo, negara dengan penduduk lebih dari 100 juta jiwa ini telah mengalami perang saudara berkepanjangan. Perang yang memperebutkan akses terhadap tanah dan sumber daya mineral ini menjadi salah satu krisis kemanusiaan terbesar di dunia.

Kongo, Amerika Serikat, dan para ahli PBB menyebut negara tetangga Rwanda mendukung M23, yang sebagian besar terdiri dari etnis Tutsi yang memisahkan diri dari tentara Kongo lebih dari satu dekade yang lalu.

Dilansir dari AP Nwes, Pemerintah Rwanda menyangkal tuduhan tersebut. Namun pihaknya mengakui bahwa mereka memiliki pasukan dan sistem rudal di Kongo Timur untuk menjaga keamanan.

Presiden Rwanda, Paul Kagame, mengatakan kepada CNN pada hari Senin bahwa ia tidak tahu apakah pasukan militer Rwanda berada di Kongo. Tetapi ia mengatakan bahwa negaranya akan melakukan apa yang diperlukan untuk melindungi dirinya sendiri.

Sejak tahun 2022, M23 telah melakukan pemberontakan terhadap pemerintah Kongo, menduduki wilayah yang luas di Kivu Utara, yang berbatasan dengan Rwanda dan Uganda.

Di Goma, Van de Perre mengatakan bahwa kelompok pemberontak sedang mengkonsolidasikan kontrol atas kota dan wilayah Kivu Utara yang telah mereka kuasai.

Pemerintah Kongo belum mengkonfirmasi pengambilalihan kekuasaan oleh pemberontak, namun mengakui keberadaan mereka di Goma. 

“Kami masih berada di bawah pendudukan (di Goma). Situasi masih sangat tidak stabil dengan risiko eskalasi yang terus meningkat,” kata Van de Perre pada Rabu.

“Semua rute keluar dari Goma berada di bawah kendali mereka dan bandara, yang juga berada di bawah kendali M23, ditutup sampai pemberitahuan lebih lanjut.”

“Kekerasan yang meningkat telah menyebabkan penderitaan manusia yang luar biasa, pengungsian dan krisis kemanusiaan yang terus meningkat,” tandasnya.

Ia juga menambahkan bahwa kini hampir 2.000 warga sipil telah berlindung di pangkalan penjaga perdamaian PBNB di Goma.

Ditulis oleh wartawan magang Asa Heka

***

tags: #kongo #pbb #warga sipil

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI