Indonesia dan Jerman Kolaborasi Kembangkan Industri Tekstil Berkelanjutan melalui Proyek EnaTex

Indonesia dan Jerman menjalin kerja sama dalam riset industri tekstil berkelanjutan melalui proyek BMBF EnaTex, sebuah inisiatif lintas sektor yang melibatkan industri dan perguruan tinggi.

Rabu, 12 Februari 2025 | 23:38 WIB - Ragam
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Jakarta- Indonesia dan Jerman menjalin kerja sama dalam riset industri tekstil berkelanjutan melalui proyek BMBF EnaTex, sebuah inisiatif lintas sektor yang melibatkan industri dan perguruan tinggi.

"Proyek ini merupakan kolaborasi lintas sektor antara industri dan perguruan tinggi," ujar Dr. Juliana Murniati, akademisi dari Universitas Katolik Indonesia (Unika) Atma Jaya, Rabu (12/2/2025), di Jakarta.

BERITA TERKAIT:
Percepat Capaian Program, Pemprov Jateng Kolaborasi dengan 44 Perguruan Tinggi
Pemprov Jateng dan Bank Indonesia Kolaborasi Petakan Sumber Ekonomi Baru
Polda Jateng Sebut Kolaborasi Antar Instansi Jadi Kunci Utama Wujudkan Suasana Lebaran Aman-Damai
Mensos Lakukan Kolaborasi untuk Perkuat Pemberdayaan Kaum Disabilitas
Indonesia dan Jerman Kolaborasi Kembangkan Industri Tekstil Berkelanjutan melalui Proyek EnaTex

Melalui proyek ini, mitra dari kedua negara mengembangkan pendekatan baru untuk mengoptimalkan proses industri tekstil yang lebih ramah lingkungan. Hasil dari riset tersebut dapat menghemat energi hingga 40% dengan mengubah proses penyempurnaan, pewarnaan, dan penyelesaian akhir tekstil.

European Green Deal juga mendorong industri global untuk beralih dari bahan bakar fosil. Di Eropa, produk berbasis bahan bakar fosil dikenakan tarif tinggi sebagai langkah menghadapi perubahan iklim. Oleh karena itu, industri tekstil Indonesia perlu bersiap mengadopsi regulasi yang sama.

Selama empat tahun, proyek EnaTex mengkaji cara-cara agar perusahaan tekstil Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil demi mempertahankan daya saing di pasar global. Proyek ini didanai oleh Kementerian Pendidikan dan Riset Jerman, dengan perguruan tinggi Indonesia seperti Unika Atma Jaya, Jakarta, dan Sekolah Tinggi Teknologi tekstil (STTT), Bandung, turut berpartisipasi dalam konsorsium bersama mitra industri, yakni SriTex dan PT Harapan Kurnia.

Sementara itu, konsorsium dari Jerman melibatkan lembaga penelitian IZES, University of Applied Sciences Niederrhein, serta perusahaan Brückner Trockentechnik GmbH & Co. KG dan Sunfarming.

Dosen Politeknik STTT Bandung, Dr. Mohammad Widodo, menjelaskan bahwa riset ini mampu mengidentifikasi strategi jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.

Contohnya, dengan memanfaatkan bahan kimia fungsional yang diaplikasikan hanya di satu sisi kain menggunakan jumlah cairan minimal, proses pengeringan dapat dipangkas secara signifikan, sehingga menghasilkan penghematan energi hingga 40%. Selain itu, sistem pewarnaan khusus untuk serat selulosa memungkinkan tingkat fiksasi yang lebih tinggi dan mengurangi konsumsi air serta emisi karbon hingga 25% per kilogram tekstil, terutama pada warna gelap.

CEO PT Harapan Kurnia, William Jasen Kurnia, menegaskan bahwa transisi ke teknologi pewarnaan dan energi ramah lingkungan harus dilakukan secara bertahap.

"Pada tahap menengah, efisiensi proses teknis harus ditingkatkan. Langkah besar berikutnya adalah beralih dari batu bara ke energi alternatif serta mengadopsi inovasi pewarnaan, yang tentunya membutuhkan investasi besar," jelas William.

***

tags: #kolaborasi #jerman #indonesia #tekstil #kerjasama

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI