Waspadai Leptospirosis, Jangan Buang Bangkai Tikus Sembarangan

Bagi pekerja yang sering terpapar air banjir atau persawahan, Irma menyarankan penggunaan alat pelindung diri seperti sepatu boot untuk menghindari risiko infeksi. Bahkan luka kecil di kaki bisa menjadi pintu masuk bakteri leptospira.

Kamis, 13 Februari 2025 | 23:27 WIB - Ragam
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, SEMARANG – Memasuki musim hujan, masyarakat diminta lebih waspada terhadap Penyakit Leptospirosis, yang disebabkan oleh bakteri leptospira. Penyebaran Penyakit ini dapat terjadi melalui urin tikus, terutama di wilayah dengan genangan air. Awal 2025 ini, Dinas Kesehatan (Dinkes) Jawa Tengah mencatat sudah ada 61 kasus Leptospirosis.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Dinkes Jateng, Irma Makiah, menjelaskan penularan Leptospirosis dapat terjadi melalui beberapa cara:

BERITA TERKAIT:
Berkat Program Speling, Banyak Penyakit Terdeteksi Secara Dini
Waspadai Leptospirosis, Jangan Buang Bangkai Tikus Sembarangan
Ini Lima Jenis Teh yang Mampu Mencegah Diabetes
Walkot Tanjungpinang Dilarikan Tim Medis Ber-APD ke RSUD
47 Penderita DBD NTT Meninggal Dunia

Kontak langsung antara kulit yang terluka dengan urin hewan pembawa bakteri leptospira.

Kontak dengan air atau tanah yang terkontaminasi urin hewan pembawa bakteri.

Mengonsumsi makanan yang telah terkontaminasi urin tikus.

"Jika air atau makanan yang telah terkontaminasi mengenai luka atau mata, atau dikonsumsi, orang tersebut bisa terinfeksi Leptospirosis," kata Irma, Kamis (13/2/2025).

Gejala dan Risiko Leptospirosis

Orang yang terinfeksi Leptospirosis umumnya mengalami:

Demam tinggi

Nyeri otot, terutama di betis

Mata merah

Kulit kekuningan

Gagal ginjal, yang jika tidak ditangani dapat berujung pada kematian.

Irma menegaskan bahwa pengobatan Leptospirosis di tahap awal sangat efektif dan dapat dilakukan di fasilitas kesehatan seperti puskesmas, klinik, atau rumah sakit.

"Jika ada gejala, segera periksakan diri. Jangan menunggu sampai parah, karena pada tahap awal Penyakit ini mudah dideteksi dan diobati," ungkapnya.

Area Berisiko dan Pencegahan

Leptospirosis lebih sering terjadi di:

Lingkungan padat penduduk

Persawahan dan perkampungan nelayan

Daerah rawan banjir dan rob

Lokasi dengan penanganan sampah buruk

Bagi pekerja yang sering terpapar air banjir atau persawahan, Irma menyarankan penggunaan alat pelindung diri seperti sepatu boot untuk menghindari risiko infeksi. Bahkan luka kecil di kaki bisa menjadi pintu masuk bakteri leptospira.

Penanganan tikus yang Aman

Irma mengingatkan agar tidak membuang bangkai tikus sembarangan. tikus dapat menyebarkan hingga 48 jenis bibit Penyakit, termasuk leptospira. Ia menyarankan agar tikus yang tertangkap:

Dijemur di bawah sinar matahari hingga mati.

Disiram dengan air panas atau direndam dalam air yang diberi disinfektan.

Menurut data Dinkes Jateng, sepanjang 2024 tercatat 545 kasus Leptospirosis, dengan 66 kasus kematian. Sebaran kasus di antaranya terjadi di Banyumas, Magelang, Purworejo, Cilacap, Demak, Klaten, Wonosobo, dan beberapa daerah Pantai Utara Jawa.

"Segera periksakan diri jika ada gejala dan hubungi kader kesehatan desa atau fasilitas kesehatan terdekat. Leptospirosis bisa sembuh dengan pemberian antibiotik. Kasus kematian biasanya terjadi karena terlambat dibawa ke rumah sakit atau adanya Penyakit penyerta (komorbid)," pungkas Irma.

***

tags: #penyakit #tikus #bangkai # leptospirosis

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI