Puro Mangkunegaran Gelar Syawalan Lagi Setelah 10 Tahun, Kini Terbuka untuk Umum

Dibuka pertama kalinya untuk masyarakat. Karena Mangkunegaran ini, budaya ini milik kita semua. Jadi, tentunya kita bisa merayakan momen-momen kehidupan bersama-sama,”

Senin, 07 April 2025 | 18:50 WIB - Budaya
Penulis: Ardiansyah . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Solo- Suasana hangat dan penuh suka cita terasa di halaman Puro Mangkunegaran, Senin (7/4/2025). Setelah vakum lebih dari satu dekade, tradisi Syawalan kembali digelar di istana budaya tersebut. Bedanya, tahun ini untuk pertama kalinya acara dibuka untuk masyarakat umum.

Tradisi Syawalan ini menjadi penanda bahwa era baru keterbukaan dan kebersamaan telah dimulai di bawah kepemimpinan Kanjeng Pangeran Adipati Arya (KGPAA) Mangkunegara X, atau yang akrab disapa Gusti Bhre.

BERITA TERKAIT:
Puro Mangkunegaran Gelar Syawalan Lagi Setelah 10 Tahun, Kini Terbuka untuk Umum
HUT ke-44 Dekranas di Solo, Shinta Nana Sudjana: Momen Tingkatkan Motivasi Perajin Kriya dan Wastra
Kisah Cinta Gusti Nurul Pilih Nikah dengan Perwira Biasa usai Tolak Sejumlah Tokoh Besar RI
Gelar Pagelaran Budaya, Solo Bakal Datangkan XODIAC 15 September 2023 Mendatang
Ribuan Warga Antusias Ikuti Kirab Pusaka Malam 1 Sura di Pura Mangkunegaran Surakarta

“Dibuka pertama kalinya untuk masyarakat. Karena Mangkunegaran ini, budaya ini milik kita semua. Jadi, tentunya kita bisa merayakan momen-momen kehidupan bersama-sama,” ujar Gusti Bhre.

KGPAA Mangkunegara X menegaskan bahwa acara ini bukan sekadar seremoni, melainkan bentuk silaturahmi antara keluarga besar Mangkunegaran, abdi dalem, dan masyarakat umum. Tak hanya warga lokal, sejumlah tamu dari luar kota juga terlihat antusias hadir.

“Hari ini bisa silaturahmi, senang sekali. Semoga Mangkunegaran bisa dekat lagi dengan masyarakat,” tambahnya.

Syawalan ini bertepatan dengan momen kupatan, sebuah tradisi lebaran Jawa yang sarat makna kebersamaan dan saling memaafkan.

Tradisi ini bukan barang baru. Menurut Gusti Bhre, Syawalan telah dimulai sejak masa Mangkunegara I. Namun, selama 10 tahun terakhir, tradisi ini sempat terhenti.

“Kita melanjutkan budaya Syawalan sejak Mangkunegoro I. Kita pertahankan, dan ini jadi momen senang-senang bersama. Semoga bermanfaat untuk masyarakat luas,” ucapnya.

Hal serupa diungkapkan Pengageng Kawedanan Panti Budaya, Ancillasura Marina Sudjiwo atau Gusti Sura. Ia menyebut, sebelumnya Syawalan hanya digelar secara internal—berpindah-pindah dari satu kota ke kota lain.

“Baru tahun ini diadakan lagi setelah vakum lebih dari 10 tahun. Dan untuk pertama kalinya juga terbuka untuk masyarakat umum,” katanya.

Tradisi ini, lanjut Gusti Sura, didasarkan pada prinsip Hanebu Sauyun—yang berarti “satu dalam rukun.” Semangat ini menjadi pijakan kuat untuk terus merajut kebersamaan antarkeluarga Mangkunegaran dan masyarakat umum.

Kembalinya Syawalan ke tengah masyarakat menjadi simbol kuat bahwa Puro Mangkunegaran bukan sekadar simbol sejarah, tapi rumah budaya yang hidup dan berdenyut bersama rakyat. Harapannya, tradisi ini akan terus tumbuh sebagai ruang silaturahmi dan kebersamaan lintas generasi.

***

tags: #pura mangkunegaran #solo #syawalan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI