Semarak Tradisi Udik-udik di Desa Suci, Tabur Uang Penuh Berkah saat Lebaran Ketupat
“Yang paling berkesan itu suasananya—ramai, hangat, dan penuh kebersamaan. Kalau bukan pas Udik-udikan, susah rasanya menemukan momen seperti ini,” u
Senin, 07 April 2025 | 22:09 WIB - Budaya
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, Gresik- Lebaran Ketupat di Desa Suci, Kecamatan Manyar, Kabupaten Gresik, selalu diwarnai tradisi unik dan penuh makna: tradisi udik-udik, yakni ritual berbagi rezeki dengan menaburkan uang koin ke jalanan yang kemudian diperebutkan warga.
Pagi itu, Senin (7/4/2025), suasana desa tampak meriah sejak pukul 05.00 WIB. Warga memulai dengan selametan bersama di masjid setempat, membawa tumpeng, lauk-pauk, dan lontong ketupat sebagai ungkapan rasa syukur atas berkah yang telah diterima sepanjang tahun.
BERITA TERKAIT:
Warga Lereng Merapi Gelar Kirab Budaya saat Malam 1 Suro
Tradisi Pemandian Patung Buddha Tidur di Mojokerto, Simbol Penyucian Batin Sambut Waisak
Semarak Tradisi Udik-udik di Desa Suci, Tabur Uang Penuh Berkah saat Lebaran Ketupat
Kirab Nyi Pandansari di Boja, Tradisi Syawalan Penuh Berkah dan Gotong Royong
Tradisi Bulusan Hadipolo Kudus, Ungkapan Syukur Lewat Sedekah untuk Bulus
Sekitar pukul 05.30 WIB, ritual udik-udik dimulai. Warga dari tiap rumah menaburkan uang—mulai dari koin Rp 500 hingga lembaran puluhan ribu rupiah—ke halaman atau jalan depan rumah mereka. Jumlah uang yang ditebar pun bervariasi, tergantung kemampuan masing-masing keluarga, mulai dari Rp 100 ribu hingga lebih dari Rp 1 juta.
Nur Aviviyah, warga Desa Suci yang aktif menjaga kelestarian tradisi ini, menjelaskan bahwa udik-udik bukan sekadar tentang uang. “Ini adalah bentuk rasa syukur, kebahagiaan setelah Lebaran, sekaligus ajang mempererat tali silaturahmi antarwarga,” ujarnya.
Tak hanya anak-anak, orang dewasa pun ikut larut dalam euforia. Suasana semakin meriah saat warga menyanyikan lagu "Suraiyo" sambil menyambut hujan uang yang ditebar. Sorak sorai dan tawa menghiasi kampung dari utara hingga selatan.
Salah satu peserta, Mohammad Nasirudin dari Kampung Kulon, RW 04, mengaku berhasil mengumpulkan Rp 150 ribu. Namun, menurutnya, nilai uang bukanlah yang utama.
“Yang paling berkesan itu suasananya—ramai, hangat, dan penuh kebersamaan. Kalau bukan pas Udik-udikan, susah rasanya menemukan momen seperti ini,” ungkapnya.
tradisi udik-udik menjadi bukti bahwa warisan budaya lokal tak hanya mempertahankan nilai spiritual dan sosial, tapi juga menciptakan kebahagiaan sederhana yang membekas di hati setiap warganya.
***tags: #tradisi #udik-udik #lebaran #gresik
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI
OJK Cabut Izin Usaha PT Crowde di Jakarta
12 November 2025
KAI Daop 4 Semarang Berangkatkan 540.136 Penumpang KA di Oktober 2025
12 November 2025
KAI Buka Pemesanan Tiket Nataru secara Bertahap
12 November 2025
Hari Pahlawan, Telkomsel Gelar Operasi Katarak untuk Veteran dan Keluarganya di Surabaya
12 November 2025
Edit Foto Siswi-Alumni Sekolah Negeri di Semarang, Chiko Jadi Tersangka
12 November 2025
Paduan Suara Unwahas Semarang Raih Dua Medali Emas di MCE ICF Kuala Lumpur
12 November 2025
DPRD Dorong Pemkot Semarang Bangun Jembatan Metro 2 Tembalang yang Hancur Terseret Banjir
12 November 2025
Dorong Budaya Inovasi, UNNES Berikan Penghargaan Melalui Innovation Award 2025
12 November 2025

