Dangdut Jadul Meriahkan Festival Hari Jadi ke - 279 Kabupaten Sragen

Bupati Sigit mengaku sangat menyukai musik dangdut jadul.

Sabtu, 10 Mei 2025 | 06:16 WIB - Ragam
Penulis: Hafifah Nurchasanah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Sragen - dangdut klasik irama dekade 1970-1980-an kini kembali menggelora di sejumlah daerah di tanah air. Tak terkecuali di Kabupaten Sragen. Fenomena itu membuktikan penikmat musik memiliki satu kerinduan bersama akan suasana hiburan bernuansa klasik yang mengedepankan kesederhaan dalam penampilan dan performanya.

Hal inilah salah satu yang melatarbelakangi Pemerintah Kabupaten Sragen untuk kembali menampilkan dangdut jadul di beberapa lokasi acara Festival Seni Budaya dalam rangka peringatan Hari Jadi ke-279 Kabupaten Sragen.

BERITA TERKAIT:
Ribuan Tumpeng Warnai Peringatan Hari Jadi ke-279 Kabupaten Sragen
Pemkab Sragen Gelar Malam Tirakatan Jelang Hari Jadi Bumi Sukowati
Sambut Hari Jadi Sragen, Kekompakan Ratusan Pegawai Pemkab Ikuti Fun Game
Sejumlah Produk Kerajinan Mejeng di Sragen Expo 2025
Sambut Hari Jadi Sragen, Bupati Sigit Lakukan Tradisi Ziarah Makam Raja - Raja Imogiri

Diawali di Desa Kadipiro (Kecamatan Sambirejo), Desa Srimulyo (Kecamatan Gondang), Desa Jambanan (Kecamatan Sidoharjo), Desa Sidodadi (Kecamatan Masaran), dan yang akan datang di Desa Sambiduwur (Kecamatan Tanon) pada Selasa (13/5/2025).

Tampak Bupati Sragen, Sigit Pamungkas, dan Wakil Bupati Sragen, Suroto, sangat menikmati musik yang ditunjukkan dengan jogetan ala jadul dari keduanya. Bahkan beberapa kali mereka juga duet untuk menyanyikan lagu - lagu dangdut klasik tersebut. Mulai dari Tamban Ban, Singkong dan Keju, Sekuntum Mawar Merah, hingga Perjuangan dan Do'a.

Menariknya, bukan hanya generasi X (kelahiran 1965-1979) atau yang lebih senior, dan generasi milenial, tapi justru banyak dijumpai kawula muda usia belasan tahun dan 20-an tahun atau generasi Z yang larut dalam alunan musik dengan irama musik kendang fiber, petikan mandolin dan seruling bambu, menghadirkan elemen musik dangdut jadul yang sarat nostalgia.

Penampilan mereka necis dan jadul. Celana cutbrai, kemeja motif abstrak sampai yang berwarna cerah, sepatu pantofel, topi pet, kacamata hitam menjadi ciri khas.

Beberapa diantaranya bahkan membawa radio usang yang dipanggul di bahu, ban sepeda motor, hingga pompa sepeda. Mereka berbaur dengan penonton dari generasi seusia orang tua dan om-pakde mereka, larut berdendang dan berjoget dengan rapi.

Bupati Sigit mengaku sangat menyukai musik dangdut jadul. Kebangkitan orkes melayu ini tak lepas dari kerinduan masyarakat akan era keemasan dangdut klasik. Menurutnya penggemar dari beragSam kalangan usia enjoy menikmati alunan musiknya.

"Banyak yang ingin bernostalgia, tapi yang mengejutkan, banyak juga anak muda yang penasaran dan akhirnya jatuh cinta," ungkap Bupati, Selasa (6/5/2025), di Halaman Kantor Desa Jambanan, Kecamatan Sidoharjo.

Orang nomor satu di Sragen itu menilai dangdut jadul ini bisa mengubah stigma negatif masyarakat terhadap dangdut, yang identik dengan kericuhan dan ketidakaturan. Semua orang hadir untuk bersenang-senang, mengenakan pakaian ala tahun 80-an, dan menikmati musik.

"Terlihat tidak banyak yang sibuk dengan ponsel mereka, semua asyik bernyanyi dan menikmati. Tidak ada gerakan joget yang mengganggu, semuanya tampak sederhana, dan penuh kebahagiaan," pungkasnya.

***

tags: #hari jadi ke-279 kabupaten sragen #dangdut

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI