Stairlift Borobudur: Simbol Aksesibilitas dan Komitmen Pelestarian
Menanggapi kritik dari sebagian pihak atas pemasangan alat tersebut, Adian mengajak masyarakat, untuk berpikir jernih dan proporsional.
Jumat, 30 Mei 2025 | 08:55 WIB - Ragam
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, Mungkid- Pemasangan stairlift di Candi Borobudur bertepatan dengan kunjungan Presiden Prancis Emmanuel Macron pada 29 Mei 2025, menuai beragam tanggapan. Namun bagi sebagian kalangan, kehadiran alat bantu tersebut mencerminkan keterbukaan dan inklusivitas situs Warisan Dunia itu.
Direktur Forum Buddhis Indonesia (FBI), Adian Radiatus, menilai pemasangan stairlift merupakan langkah maju yang memperlihatkan upaya pemerintah dalam membuka akses kepada semua kalangan — baik untuk tujuan keagamaan, wisata, penelitian, hingga diplomasi kebudayaan.
BERITA TERKAIT:
Kanim Wonosobo Gelar Operasi Serentak TKA WIRAWASPADA, Ini Hasilnya
Hadiri Indonesia Tipitaka Chanting, Gus Yasin Yakini Tambah Kerukunan
Umat Buddha Antusias Ikuti Uji Coba Kunjungan Wisata Spiritual di Borobudur
Macron Kagumi Borobudur: Simbol Spiritual, Budaya, dan Kemitraan Global
Stairlift Borobudur: Simbol Aksesibilitas dan Komitmen Pelestarian
“Pemasangan ini bukan hanya mempermudah akses, tapi juga menandai bahwa Borobudur adalah situs terbuka untuk semua, tanpa mengesampingkan nilai spiritual dan historisnya,” ujar Adian di Jakarta.
Adian menegaskan bahwa proses pemasangan dilakukan secara hati-hati dan terukur, mengingat Borobudur adalah situs bersejarah yang diakui dunia. Ia menyebut pemerintah telah melibatkan para ahli, termasuk dari bidang konservasi, arkeologi, dan teknik bangunan bersejarah, sebagaimana diungkap oleh Menteri Kebudayaan Fadli Zon.
Ia juga menambahkan, penggunaan teknologi aksesibilitas di situs Warisan Dunia bukan hal baru. Contohnya adalah Angkor Wat di Kamboja, Gereja Saint Peter di Italia, Forbidden City di Tiongkok, hingga Parthenon Acropolis di Yunani, yang juga menerapkan teknologi serupa demi keterjangkauan pengunjung.
Menurut Adian, momen peresmian stairlift ini menjadi semakin bermakna karena digunakan oleh dua kepala negara — Presiden Emmanuel Macron dan Presiden RI Prabowo Subianto.
“Ini menjadi kebanggaan tersendiri. Bukan hanya karena nilai simboliknya, tapi juga karena menunjukkan bahwa struktur Borobudur tetap kokoh dan tidak terganggu oleh inovasi akses ini,” tuturnya.
Menanggapi kritik dari sebagian pihak atas pemasangan alat tersebut, Adian mengajak masyarakat, khususnya umat Buddha dan para aktivis pelestarian candi, untuk berpikir jernih dan proporsional.
“Saya percaya kritik itu lahir dari kecintaan terhadap Borobudur. Namun perlu disadari bahwa informasi yang utuh harus menjadi dasar penilaian. Mari kita jaga agar isu ini tidak dipolitisasi,” kata Adian.
Ia menekankan bahwa kritik dan masukan tetap penting sebagai bentuk kewaspadaan kolektif, tetapi harus diarahkan untuk memperkuat komitmen dalam melestarikan warisan budaya, bukan sebaliknya.
tags: #candi borobudur #presiden prabowo subianto #presiden prancis emmanuel macron #warisan dunia
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Indonesia vs Filipina: Garuda Muda Menang Tipis 1-0
19 Juli 2025

Jarah Warung Kelontong, Dua Pelaku Tawuran Ini Dibekuk Polisi
19 Juli 2025

Praktik Harmoni Indonesia Layak Ditunjukkan ke Dunia
19 Juli 2025

Bank Jateng-Pemkot Magelang Percepat Penyaluran 20.000 KPR FLPP untuk MBR
19 Juli 2025

Bupati Sragen Resmikan Bangsal Baru dan Layanan HD RSUD Gemolong
19 Juli 2025

Diresmikan Kapolri, 28 SPPG Diharapkan Penuhi 96.000 Penerima Manfaat
18 Juli 2025

Menag dan Gubernur Sultra Bahas Rencana Pendirian Asrama Haji
18 Juli 2025

Satu Orang Tewas dalam Kecelakaan di Jaksel
18 Juli 2025

Sebanyak 461 Pemuda di Indonesia Ikuti Program Magang ke Jepang
18 Juli 2025