WHO Peringatkan Korona Saat ini di "Fase Baru dan Berbahaya"
Warga serta negara diminta tetap waspada
Sabtu, 20 Juni 2020 | 13:47 WIB - Kesehatan
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, New York - Pandemi virus Korona (COVID-19) global kini berada dalam 'fase baru dan berbahaya', hal itu diungkapkan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Virus Korona sebut WHO menyebar semakin cepat saat orang-orang mulai lelah dengan lockdown dan pembatasan sosial.
Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, seperti dilansir AFP, Sabtu (20/6/2020), mendorong negara-negara dan warganya untuk tetap waspada tinggi, karena jumlah kasus yang dilaporkan ke Badan Kesehatan PBB ini mencapai puncak baru.
"Pandemi semakin cepat. Lebih dari 150 ribu kasus baru COVID-19 dilaporkan ke WHO kemarin -- jumlah paling banyak dalam satu hari sejauh ini," kata Tedros dalam konferensi pers virtual pada Jumat (19/6) waktu setempat.
BERITA TERKAIT:
Penanganan Covid-19 di Indonesia Dipuji Dunia
Bank Jateng Dukung Penanganan Stunting lewat Bantuan Beras Fortifikasi
India Selidiki Sirup Obat Batuk Buatannya yang Tewaskan 66 Anak di Gambia
Terorganisir dengan Baik, WHO Kagumi Posyandu di Jepara
WHO Desak Pemerintah Dunia Kembali Terapkan Aturan Penggunaan Masker
Tedros menyebutkan bahwa nyaris separuh dari kasus baru yang dilaporkan ke WHO itu berasal dari kawasan Amerika, dengan sejumlah besar dilaporkan dari Asia Selatan dan Timur Tengah.
"Dunia ada dalam fase baru dan berbahaya. Banyak orang dipahami sudah bosan dengan berada di dalam rumah. Negara-negara dipahami sangat bersemangat untuk membuka masyarakat dan perekonomian," ucap Tedros.
"Tapi virus masih menyebar cepat, masih mematikan dan kebanyakan orang masih rentan," lanjutnya, sembari menyebut bahwa kalangan yang paling rentan akan paling menderita.
Menurut data John Hopkins University, sejauh ini total kasus virus Korona secara global melebihi 8,6 juta kasus. Total kematian akibat virus Corona di berbagai negara kini melebihi 459 ribu orang.
Direktur Urusan Darurat WHO, Mike Ryan, secara terpisah, memperingatkan bahwa negara-negara perlu mewaspadai gelombang kedua penularan dan puncak kedua dalam gelombang pertama yang belum kunjung usai. "Anda mungkin mendapati puncak kedua dalam gelombang pertama, dan kemudian Anda mungkin mengalami gelombang kedua: itu harus salah satu," tegasnya.
Sementara peningkatan jumlah kasus bisa disebabkan oleh peningkatan kemampuan tes, Peningkatan tak terduga, sebut Ryan, dari jumlah pasien rawat inap dan jumlah kematian menjadi indikator lebih baik untuk potensi kemunculan kembali virus Korona.
"Keluar lockdown harus dilakukan secara hati-hati. Jika Anda tidak tahu di mana virusnya berada, kemungkinan besar virus itu akan mengejutkan Anda," tandasnya.
***Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Diperiksa Polisi Soal Judi Online, Amanda Manopo Tahunya Promosikan Game
03 Oktober 2023

Jelang HUT ke-72 Humas Polri, Polres Semarang Kumpulkan 27 Kantong Darah
03 Oktober 2023

Jahat! Dua Pemuda di Bandung Tega Jual Pacar untuk Prostitusi Online
03 Oktober 2023

Napak Tilas Pendidikan Pierre Tendean di Kota Semarang: Alumni SMAN 1 Semarang
03 Oktober 2023

Kodam IV Diponegoro Gelar Doa Bersama Jelang HUT TNI
03 Oktober 2023

Izinkan Istri Kerja, Denny Caknan Akan Lakukan Ini Jika Bella Bonita Digoda Pria Lain
03 Oktober 2023

Sambangi Beberapa Sekolah, Polresta Banyumas Ajak Siswa Stop Perundungan
03 Oktober 2023

Hore! Jokowi Janjikan "Hujan Bonus" untuk ASN yang Mau Pindah ke IKN, Apa Saja?
03 Oktober 2023

Denny Caknan Ingin Bella Bonita Urus Anak Tanpa Baby Sitter, Warganet: Kasihan Istrinya
03 Oktober 2023

Bandara Semarang Gelar Fashion Show Batik hingga Bazar
03 Oktober 2023

Susi Pudjiastuti Respon Kades Kecam Pandawara Group Bersih-bersih Pantai Loji: Pemdes Bodoh
03 Oktober 2023