![FAD Unika Soegijapranata Semarang saat menggelar Serial Diskusi Arsitektur dan Desain (SDAD) ke-3, pada Jumat (23/7), secara daring. [foto: Dok Humas Unika].](https://kuasakata.com/./images/2021/07/24/WhatsApp_Image_2021-07-2413.jpeg)
FAD Unika Soegijapranata Semarang saat menggelar Serial Diskusi Arsitektur dan Desain (SDAD) ke-3, pada Jumat (23/7), secara daring. [foto: Dok Humas Unika].
Pandemi Melanda, Unika Soegijapranata: Wajah Dunia Berubah
Karantina menimbulkan rasa jenuh bagi manusia yang menjadi mahluk sosial.
Sabtu, 24 Juli 2021 | 15:47 WIB - Didaktika
Penulis:
. Editor: Fauzi
KUASAKATACOM, Semarang – Fakultas Arsitektur dan Desain (FAD) Unika Soegijapranata Semarang menggelar Serial Diskusi Arsitektur dan Desain (SDAD) ke-3, pada Jumat (23/7), secara daring.
Dengan tema besar “Rekreasi Dalam Wajah Kota”, acara webinar ini membahas berbagai hal, salah satunya yakni membahas topik ‘Perilaku pengunjung Taman Kota Semarang era Covid-19’ yang dipaparkan oleh dosen prodi Arsitektur Unika, Ir Supriyono MT.
BERITA TERKAIT:
Antisipasi COVID-19, Pemkot Surakarta Siapkan Layanan Kesehatan
Dugaan Korupsi Pengadaan APD Covid-19 Kemenkes, KPK Cegah Lima Orang Keluar Negeri
Kemenkes Lakukan Tracing Kontak Erat usai Ditemukan Belasan Kasus Cacar Monyet
Mulai 2024 Vaksin Covid-19 Berbayar, Menkes: Masih Gratis Sampai Akhit Tahun
Status Sudah Berubah Endemi Covid-19, IDI Imbau Masyarakat Lakukan Hal Ini
Mengawali paparan materinya, Ir Supriyono MT menjelaskan perubahan yang terjadi pada masa pandemi Covid-19 di dunia.
“Perubahan di masa pandemi terhadap wajah dunia, terjadi seperti tidak pernah terlihat sebelumnya. Tempat-tempat publik sepi, dan dengan protokol kesehatan maka orang-orang menjaga jarak, terutama bagi mereka menjalani karantina menimbulkan rasa jenuh bagi manusia yang menjadi mahluk sosial,” kata Supriyono.
Sedangkan tempat publik seperti misalnya taman kota, juga menghadapi permasalahan pada masa new normal akibat pandemi Covid-19. Permasalahan yang terjadi adalah pengguna perlu beradaptasi terhadap taman kota, adanya pembatasan jarak fisik akan mempengaruhi adanya personal space antar individu, faktor kesesakan juga menjadi persoalan karena sebagian orang suka dengan kesesakan tersebut, dan adanya pengunjung yang sifatnya tetap, apalagi yang datang secara kelompok juga akan menimbulkan teritorialitas.
Maka, kata dia, diperlukan beberapa solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menyesuaikan tempat berinteraksi untuk mengurangi interaksi antar individu, dan harus menyesuaikan jarak, serta memecah kerumunan.
“Kemudian juga penyesuaian lebar jalan setapak, yang sebelum pandemi cukup sekitar 1,20 meter sekarang minimal menjadi sekitar 2,20 meter, kalau perlu diberi pembatas. Selain itu perlu disediakan pula tempat cuci tangan di beberapa titik,” tandas dia.
***tags: #covid-19 #unika soegijapranata #serial diskusi arsitektur dan desain
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Survei Tunjukan 48,9 Persen Warga Tak Yakin Gibran Layak Jadi Cawapres
10 Desember 2023

Mbak Ita Puji Muhammadiyah Karena Terlibat Dalam Penurunan Angka Stunting
10 Desember 2023

Heboh! Potongan Payudara Ditemukan di Sungai di Surabaya
10 Desember 2023

Membanggakan, Wakil Indonesia Raih Medali Emas Kejuaraan Catur Junior Asia Timur 2023
10 Desember 2023

Masyarakat Pesisir Diimbau Waspadai Gelombang Tinggi di Sejumlah Perairan Indonesia
10 Desember 2023

Kronologi Pernikahan Sesama Jenis di Cianjur, Tak Bisa Tunjukan Identitas hingga Nikah Siri
10 Desember 2023

Mahfud MD akan Tingkatkan Perlindungan TKI di Malaysia
10 Desember 2023

Heboh Pernikahan Sesama Jenis Cianjur, Pengantin Pria adalah Wanita
10 Desember 2023

Sidang Etik Firli Bahuri Ditargetkan Rampung sebelum Natal
10 Desember 2023

Kejari Purbalingga Sita Pom Mini, Diduga Dibeli Puskesmas untuk Palsukan Nota BBM
10 Desember 2023