Kekeringan, Warga Boyolali Terpaksa Keluarkan Ratusan Ribu Rupiah untuk Beli Air Bersih
Distribusi bantuan air bersih sudah dilakukan sejak minggu lalu.
Selasa, 07 September 2021 | 10:29 WIB - Ragam
Penulis:
. Editor: Ririn
KUASAKATACOM, Boyolali - Terdampak kemarau, warga Dusun Pulerejo RT1 RW 2, Lanjaran, Tamansari, terpaksa harus mengeluarkan ratusan ribu rupiah untuk membeli air bersih selama hampir enam bulan terakhir. Namun air itu hanya bertahan untuk keperluan sehari-sehari selama dua pekan saja.
Beruntung, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali telah menyalurkan bantuan air bersih untuk warga yang mengalami krisis air bersih akibat kemarau. Pada Senin (6/9/2021) pagi, warga Pulerejo mendatangi masjid setempat dengan membawa ember dan jerigen. Warga antre untuk mengambil bantuan air bersih secara tertib
BERITA TERKAIT:
Polda DIY Bantu Air Bersih dan Paket Sembako ke Warga Desa Sampang Gunungkidul
Bupati Tiwi Resmikan Sapras Air Bersih di Karangcegak
Pemkot Semarang Siagakan Sejumlah Truk Tangki untuk Distribusi Air Bersih ke Wilayah Terdampak Kekeringan
BPBD Kota Semarang Siapkan BTT Rp 114 Juta untuk Pasokan Air Bersih
Atasi Kekeringan, Pemprov Jateng Salurkan 76 juta Liter Air Bersih kepada Warga
Kabid Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali Kurniawan Fajar Prasetyo mengatakan bahwa distribusi bantuan air bersih sudah dilakukan sejak minggu lalu. Saat ini, kata dia, pihaknya mesih melakukan pendataan daerah rawan kekeringan.
“Ada lima daerah yang rawan kekurangan air. Yakni Kecamatan Juwangi, Wonosegoro, Wonosamudro, Kemusu, Selo, Tamansari. Rabu mendatang kami rapatkan,” tuturnya, Senin (6/9/2021).
Selain itu, krisis air juga terjadi di wilayah lereng Merapi dan pegunungan seribu. Yakni Desa Sidorejo, Tlogowatu, dan Tegalmulyo, Kecamatan Kemalang. Kemudian warga Desa Ngerangan, Kecamatan Bayat juga mengajukan bantuan air bersih.
Disusul Desa Bandungan, Kecamatan Jatinom. Puluhan sumber air di sejumlah kecamatan juga mati. Selain kemarau juga disebabkan oleh sejumlah faktor. Salah satunya karena kegiatan penambangan galian C di lereng Merapi yang begitu masif tanpa memperhatikan dampak lingkungan.
Salah satu warga Pulorejo, Legiyem mengaku harus membeli air bersih sejak April lalu. Air itu untuk kebutuhan sehari-hari, juga untuk memberi minum ternak. Sebelumnya, ia hanya mengandalkan air hujan yang ditampung dalam bak penampungan.
“Selama ini kami mengandalkan air hujan. Sejak April kan sudah tidak ada hujan, jadi kami mulai susah. Karena tampungan air hujan itu kami andalkan untuk memasak, mencuci dan kebutuhan sehari-hari termasuk buat ternak.” tuturnya.
Legiyem bahkan sudah membeli air enam ribu liter atau hampir sepuluh tangki. Ia mengaku, dua tangki air habis dalam dua minggu untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari. Sekali membeli air, kata dia, ia harus mengeluarkan uang sebanyak Rp 130 ribu per tangki dan Rp 250 ribu untuk dua tangki.
***tags: #air bersih #kekeringan #badan penanggulangan bencana daerah #boyolali
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI
Tujuh Iklan Jadul Tema Puasa Ramadan, Bikin Nostalgia
29 Maret 2024
Daftar Harga Pangan di DIY Hari Ini Jumat 29 Maret 2024
29 Maret 2024
Harga Beras Masih Tinggi, Banjir di Demak Kudus Pengaruhi Pasokan
29 Maret 2024
11 Tahun Jateng Bersholawat Digulirkan, Nana Sudjana: Semoga Musibah Segera Berlalu
29 Maret 2024
Tahun Ini, Pemkab Purbalingga Buka Formasi Guru Lebih Banyak Lewat Seleksi PPPK
29 Maret 2024
Persis Terus Jaga Performa Pemainnya Selama Ramadan
29 Maret 2024
Ramadan Ini, Harga Sayuran di Pasar Agribisnis Ngablak Fluktuatif
29 Maret 2024
Pekan Depan Pemkab Cilacap akan Adakan Pasar Murah di Desa Kuripan Kidul
29 Maret 2024
Terkait Penggerebekan Pabrik Pil Koplo di Semarang, Mbak Ita akan Evaluasi Perizinan
29 Maret 2024
UPGRIS Terjunkan 70 Mahasiswa Bantu Korban Banjir di Demak
29 Maret 2024