Transformasi Perbankan Digital: Peluang dan Perkembangan di Indonesia
Baik perusahaan perbankan maupun nasabah akan mendapatkan keuntungan dari adanya digital banking ini.
Minggu, 07 November 2021 | 17:25 WIB - Ekonomi
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, Jakarta- Kata electronic banking, mobile banking, internet banking atau digital banking sudah bukan istilah asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Khususnya bagi kaum urban, millennial dan para penggemar online shopping. Pasalnya mayoritas e-commerce dan digital banking saling terhubung guna memberikan layanan kemudahan pembayaran.
Perkembangan teknologi lantas membuat industri keuangan di Indonesia harus menyelaraskan produk-produknya ke ruang lingkup digital. Perubahan ini tidak luput dari meningkatnya pengguna internet di Indonesia. Jadi untuk bertahan hidup, industri perbankan wajib mentransformasikan sistemnya ke ranah yang lebih modern.
BERITA TERKAIT:
Dua Perempuan Indonesia Masuk Daftar 20 Asia's Power Bussinesswoman 2023 versi Forbes
Perkuat Layanan International Banking, BNI Optimalkan Pasar di Afrika
Agar Bisa Akses ke Bank, Pemkab Bandarlampung Lakukan Pendampingan Pembudidaya Kakap Putih
Penyaluran Kredit Baru Perbankan di Akhir Tahun 2022 Terindikasi Meningkat
Wijayanto Samirin Ibaratkan Ekonomi Dunia Saat Ini Seperti Pesawat Airbus A380
Transformasi perbankan digital di Indonesia berkembang dengan cepat kurang dari sepuluh tahun. Hal ini ditandai dengan menjamurnya perusahaan dan startup keuangan di tanah air. Mulai perusahaan Fintech atau financial-technology, big techs, multinasional, dan raksasa dari sektor lain.
Kehadiran perusahaan dan startup perbankan turut meramaikan industri keuangan. Seperti berbagai pilihan layanan bank digital pada situs berikut. Mereka berlomba-lomba menyediakan jasa keuangan sehingga memperketat persaingan di industri keuangan digital dalam negeri. Fantastisnya lagi, perusahaan dan startup keuangan berkembang lebih gesit dengan menawarkan lebih banyak fasilitas, fleksibilitas serta pelayanan lainnya kepada nasabah tercinta.
Industri keuangan Indonesia sedang berbondong-bondong mengalami peralihan sistem perbankan tradisional menuju ke arah modern (digital). Bank-bank konvensional pun tidak mau kalah pamor dari perusahaan perbankan digital atau kerap disebut neo bank itu. Mereka menyadari transformasi digital adalah sebuah keharusan yang mesti dilakukan dalam waktu dekat.
Bank menganggap peralihan digitalisasi ini bukanlah sebuah pilihan semata. Bank tradisional justru harus memanfaatkan peralihan sistem ini sebagai upaya meningkatkan efisiensi. Langkah ini pula bentuk upaya bank-bank konvensional memperpanjang nafas dalam bisnis keuangan di Indonesia.
Manfaat perbankan Digital
Baik perusahaan perbankan maupun nasabah akan mendapatkan keuntungan dari adanya digital banking ini. Berikut paparan terkait manfaat peralihan perbankan konvensional ke dunia keuangan yang lebih modern.
Transformasi digital berguna sebagai sarana dalam mengamankan posisi bank dalam ekosistem keuangan yang baru. Yang mana mayoritas pengguna perbankan digital atau digital banking adalah pemain baru berasal dari kalangan muda-mudi.
Peralihan di dunia perbankan dinilai mampu meningkatkan kualitas pelayanan kepada nasabah. Dewasa ini, nasabah menuntut layanan perbankan dengan cara kerja bertransaksi yang praktis dan tentu user friendly (mudah digunakan). Baik itu dari startup ataupun bank konvensional.
Keputusan perbankan di Indonesia untuk bertransformasi ke dunia digital secara tidak langsung perusahaan telah melakukan investasi jangka panjang. Karena fitur atau channel digital dapat menghemat biaya untuk setiap transaksi. Kemudahan, keamanan dan kenyamanan yang ditawarkan bank digital mampu menggaet nasabah baru yang notabene berada di usia produktif.
Benefit ini akan diperoleh secara maksimal oleh para nasabah apabila Anda memahami dan mengerti yang cukup (user knowledge) tentang digital banking. Selain agar bisa mengeksploitasi fitur-fiturnya secara maksimal, pengetahuan ini pula berguna untuk mengetahui potensi risiko keuangan yang timbul yang sewaktu-waktu menimpa dirinya atau perusahaannya.
Setidaknya tujuh benefit yang dirasakan para nasabah atas transformasi digital di Indonesia:
1. Transaksi keuangan lebih mudah.
2. Transaksi keuangan lebih cepat.
3. Transaksi keuangan lebih murah.
4. Transaksi keuangan bisa dilakukan di mana saja.
5. Transaksi keuangan bisa dilakukan kapan saja sesuai keinginan nasabah.
6. Transaksi keuangan menjadi lebih aman dan nyaman.
7. Nasabah dapat menikmati diversifikasi produk dan layanan bank.
Peluang dan Perkembangannya di Indonesia
Jika ditarik mundur, perkembangan digitalisasi industri keuangan di Indonesia sudah mulai signifikan sejak 2019 lalu. Saat itu, Indonesia digemparkan dengan kemunculan aplikasi Jenius. Jenius merupakan aplikasi perbankan berbasis digital dari Bank BTPN yang memungkinkan melakukan semua kegiatan digital.
Sejak saat itulah, bank-bank besar di Indonesia mulai merombak layanan perbankannya ke platform digital. Dua tahun terakhir, sejumlah bank nasional gencar melakukan aksi digitalisasi masal.
Dengan digital banking, nasabah mengharapkan layanan produk perbankan lebih user friendly. Baik itu dalam melakukan transaksi keuangan, untuk membayar keperluan konsumtif maupun produktif, melakukan investasi atau hanya sekadar memperoleh informasi atas aset yang dimiliki pada bank tersebut.
Berdasarkan kondisi yang terjadi di Indonesia, peluang perbankan digital di Indonesia memiliki potensi besar. Hal ini ditunjang beberapa instrumen pendukung, antara lain:
- Banyaknya Pengguna Internet
Tercatat pengguna telepon genggam di Indonesia sejumlah 133 persen setara dengan 355,5 juta penduduk. Sementara persentase pengguna media sosial di Indonesia sebanyak 67 persen atau sebanding dengan 150 juta jiwa. Angka ini lantas menjadikan Indonesia sebagai salah satu negara dengan pengguna media sosial terbanyak di dunia.
Data menunjukkan 61 persen dari 355,5 juta pengguna gawai menggunakan telepon pintarnya untuk keperluan digital banking. Dengan perputaran uang mencapai Rp313,6 juta dolar Amerika Serikat (AS).
Adapun 35 persen pengguna telepon genggam telah melakukan mobile payment, 76 persen melakukan pembelian secara online, dan sisanya 9,5 persen memanfaatkan untuk melakukan transaksi aset kripto atau (cryptocurrency). Sangat jelas, fenomena tersebut sebagai indikasi besarnya potensi dan prospek industri perbankan di tanah ibu Pertiwi ini.
- Adanya Pandemi COVID-19
Tidak dipungkiri pandemi COVID-19 yang melanda dunia termasuk Indonesia menyebabkan perubahan besar dalam berbagai sektor kehidupan. Mulai dari pendidikan, pekerjaan hingga metode pembayaran berubah dari uang tunai menjadi uang digital.
Sejak COVID-19 melanda, segala kegiatan dan mobilitas terbatas. Hingga muncul seruan jaga jarak dan mengurangi intensitas sentuhan dengan orang lain.
Kebijakan ini adalah peluang bagi perusahaan perbankan untuk semakin meningkatkan pelayanan digitalnya. Digital banking tentu saja dapat mengurangi sentuhan karena pembayaran atau layanan dapat diakses dengan gawai pribadi. Jadi lebih aman saat melakukan berbagai transaksi.
- Masifnya Pertumbuhan Fintech
Di Indonesia maupun global, industri financial technology atau Fintech mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan teknologi. Fintech hadir guna memudahkan masyarakat dalam melakukan pembayaran secara digital. Sehingga lebih aman karena tidak bersentuhan dengan orang lain apalagi saat era kenormalan baru ini.
Fintech di Indonesia lebih banyak bermitra dengan platform lain sebagai alternatif pembayaran jika tidak ada uang tunai atau rekening. Pembayaran digital ini dinilai lebih efisien dan praktis daripada uang tunai. Peluangnya pun besar. Pasalnya saat ini hampir semua bidang menggandeng Fintech sebagai platform pembayarannya.
Tantangan perbankan Digital di Indonesia
Jangan asal tergiur dengan besarnya peluang dari perbankan digital. Anda juga harus melihat apa saja tantangan yang harus dihadapi saat bank konvensional bertransformasi menjadi bank digital.
- Butuh Modal Besar
Tantangan terberat bagi para perusahaan untuk beralih ke sistem digital adalah dana yang dibutuhkan tidak sedikit. Dana digunakan guna mengembangkan teknologi, sistem hingga benar-benar menjadi digital sepenuhnya.
Contohnya HSBC menggelontorkan lebih dari Rp68 triliun rupiah untuk pembelanjaan teknologi pada tahun 2019. Bersamaan dengan Citigroup yang juga menghabiskan Rp130 triliun. Sementara, DBS lebih beruntung karena hanya mengeluarkan Rp10 triliun saja ketika pembaharuan teknologi.
Biaya yang dikeluarkan perusahaan perbankan adalah untuk membayar fasilitas teknologi digital yang dibangun oleh software engineer. Meliputi biaya keamanan siber (cyber security) dan kemampuan dari sumber daya manusia yang ahli di bidangnya. Selain itu, mencakup pula dana pembayaran regulasi untuk profesi ahli sebagai penjamin profesionalitas suatu bank.
- Aturan Belum Kuat
Indonesia sendiri adalah negara yang masih di tahap awal dalam dunia perbankan digital. Sehingga belum banyak regulasi digital banking yang dikeluarkan oleh para pemegang kebijakan seperti Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Meskipun begitu, bukan berarti belum ada peraturan terkait namun aturannya belum mendetail dan masih terlalu lemah.
- Ancaman Siber dan Kebocoran Data
Kejahatan siber adalah salah satu faktor penting ketika perbankan memutuskan untuk bertransformasi ke digital banking. Ancaman siber meliputi cyber security, system failure, risk, hingga digital black-out. Kejahatan siber yang paling sering dan baru-baru ini terjadi adalah kebocoran data nasabah.
Hal ini sangatlah membuat para nasabah terutama pengguna digital banking sangat khawatir tentang keamanannya. Nasabah sangat takut jika data tersebut disalahgunakan untuk hal-hal yang tidak semestinya. Parahnya bahkan data pribadi nasabah dijual ke oknum tidak dikenal.
Dari uraian di atas sangat jelas tergambar seberapa besar peluang perbankan di Indonesia. Yang mana digitalisasi dunia keuangan sangat memberi kemudahan bagi penggunanya. Meskipun begitu, bagi Anda pemilik perusahaan perbankan jangan asal ingin bertransformasi menjadi bank digital. Pahami dengan seksama tentang tantangan yang nantinya akan dihadapi sehingga bisa mengambil keputusan yang bijaksana.
tags: #perbankan #fintech #mobile banking
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI
Polda Jateng Bagi-bagi Sembako dan Gelar Layanan Kesehatan di Magelang
29 Maret 2024
Membahayakan! Kapolres Pati Imbau Orangtua Tak Belikan Anak Sepeda Listrik
29 Maret 2024
Jelang Lengser, Jokowi Ingin Indonesia Kuasai 61 Persen Saham Freeeport
29 Maret 2024
Perputaran Uang Selama Ramadan dan Lebaran 2024 Diprediksi Tembus Rp157,3 Triliun
29 Maret 2024
99 Napi Nasrani di Lapas Semarang Ikuti Ibadah Paskah
29 Maret 2024
Pria Asal Banyumas Ditemukan Tewas di Kamar Kos Bergas Semarang
29 Maret 2024
Puluhan Pelajar di Demak Diamankan Polisi karena Diduga Mau Perang Sarung
29 Maret 2024
Tersandung Kasus Korupsi Timah, Ini Peran Suami Sandra Dewi
29 Maret 2024
Kenapa Paskah Berkaitan dengan Telur? Ini Penjelasannya
29 Maret 2024