Waspadai Bayi Lahir Stunting, Ibu Hamil Diminta Perhatikan Gizi

Apabila asupan gizi ibu selama hamil baik, tentu bayi akan terhindar dari stunting.

Rabu, 01 Juni 2022 | 22:23 WIB - Kesehatan
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - stunting merupakan kondisi anak kurang gizi kronis, bukan sekadar gangguan pertumbuhan. Selain anak menjadi pendek, fungsi kognitif otaknya pun ikut terdampak, dan ini sulit dipulihkan lagi.

Dokter Spesialis anak Rumah Sakit Mayapada Kuningan, dr Kurniawan Satria Denta MSc SpA, mengatakan, bayi baru lahir pun bisa stunting, bila sejak dalam kandungan tidak mendapat asupan gizi yang baik, lantaran ibu kurang gizi selama hamil.

BERITA TERKAIT:
Pelaku Pembuang Bayi di Jepara Akui Malu Melahirkan Hasil Hubungan Gelap 
Mayat Bayi Ditemukan di Sungai Nalumsari Jepara, Masih Ada Tali Pusar 
Ibu di AS Tinggalkan Bayinya Sendiri di Rumah hingga Tewas Selama 10 Hari untuk Berlibur
Mayat Bayi Ditemukan di Situ Jatijajar, Polisi: Terbungkus Plastik Transparan
Polisi Buru Orangtua yang Telantarkan Bayi di Depan Ruko Taman Sari

Apabila asupan gizi ibu selama hamil baik, tentu bayi akan terhindar dari stunting. Apalagi jika bayi mendapat ASI eksklusif selama enam bulan. Yang kemudian dilanjutkan dengan memberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI)

"Nah, di tahap ini bisanya terjadi masa kritis, atau risiko kekurangan gizi," kata Denta.

Oleh sebab itu, kebutuhan nutrisi di usia enam bulan selepas ASI ekslusif meningkat pesat. Ada celah yang lebar antara kebutuhan nutrisi dan kalori, yang tidak bisa dipenuhi dengan ASI saja.

"Kalau celah ini tidak terpenuhi, maka tentu akan terjadi gangguan pertumbuhan, gangguan status gizi, dan bila dibiarkan saja tanpa intervensi, terjadilah stunting," dia menambahkan.

Dilanjutkan Denta bahwa MPASI adalah waktu yang tepat untuk memerkenalkan protein, baik hewani maupun nabati. Tentunya, prinsip pemberian MPASI adalah makanan dengan gizi lengkap dan seimbang.

Artinya, kata Denta, juga harus mengandung juga karbohidrat, lemak dan vitamin serta mineral.

"Yang pasti MPASI tidak bisa menu tunggal, misalnya hanya sayur atau buah saja," ujarnya.

Usaha pencegahan stunting harus dimulai dari hulu, jauh sejak sebelum masa konsepsi. Yaitu sejak masa calon pengantin, bahkan remaja.

"Bila calon pengantin menikah dalam kondisi anemia dan kurang gizi lalu hamil, ini akan menjadi awal dari masalah kurang gizi pada bayi dan baduta kita," kata Penyuluh KB Ahli Utama Badan Kependudukan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN), Dwi Listyawardani.

Dani --- begitu dia akrab disapa --- mengatakan bahwa 40 persen calon pengantin perempuan mengalami anemia. Ini sejalan dengan data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 yang menyatakan, angka anemia pada wanita usia subur (WUS) mencapai 48,9 persen.

Yang lebih gawatanya, 35 persen calon pengantin perempuan mengalami kurang energi kronis (KEK) alias sangat kurus. Sementara itu, intervensi untuk mengatasi KEK membutuhkan waktu lebih lama.

"Kalau anemia, bisa membaik dalam beberapa bulan setelah diberi tablet penambah darah. Sedangkan untuk membuat tubuh lebih berisi, akan lebih lama," ujarnya.

Dia pun menyayangkan banyak remaja putri yang mengikuti tren gaya hidup yang kurang sehat. Misalnya, diet sembarangan karena ingin bertubuh kurus seperti bintang film.

BKKBN memiliki program Generasi Berencana yang sasarannya adalah kalangan remaja.

"Kami mulai membangun opini bahwa tubuh terlalu kurus tidaklah sehat, dan menyampaikan opini seperti apa remaja yang sehat," kata Dani.

Kriteria sehat dan cukup gizi antara lain: indeks massa tubuh (IMT) >18,5 – 24,9; lingkar lengan atas >23,5 cm, dan Hb 12 – 13 g/dL.

***

tags: #bayi #anak #ibu hamil #stunting

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI