Aktivis: Orang yang Tega Bunuh Hewan Bisa Saja Lakukan ke Sesama Manusia 

Manusia yang sanggup menyiksa bahwa membunuh hewan perlu diwaspadai kelak tindakannya itu dilakukan ke sesama manusia.

Minggu, 21 Agustus 2022 | 21:36 WIB - Ragam
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - Menanggapi kasus penembakan kucing yang dilakukan oknum TNI baru-baru ini, Co-FOunder Satwa Nusantara Davina Veronica mengecam tindakan tersebut. 

Ia meminta pihak penegak hukum juga memberikan efek jera. Menurutnya hingga kini belum ada sanksi tegas dari pemerintah untuk menghukum mereka yang melakukan tindak kekerasan terhadap hewan

BERITA TERKAIT:
Jadi Korban Penembakan, Jenazah Pekerja Migran Indonesia Dipulangkan ke Tanah Air
11 Orang Tewas dalam Penembakan Sekolah di Swedia
Kasus Penembakan PMI di Malaysia, Guru Besar Fisipol UGM: Tindakan Berlebihan dan Langgar Hukum Internasional
Kementerian P2MI Bantu Proses Pemulangan Jenazah PMI Korban Penembakan APMM
Polisi Ungkap Motif Kasus Penembakan Kucing di Jakut

“Karena memang UU atau hukum pada saat ini memang tidak menyediakan perlindungan yang mencukupi dan rinci untuk hewan. Kami menemukan banyak sekali kelemahan di dalam UU dan penegakan hukum,” kata Davina. 

“Banyak sekali kasus yang ujungnya kalau urusannya menyakiti hewan, menganiaya hewan, ujung-ujungnya cuma minta maaf, terus udah. Jadi sebenarnya Indonesia itu harus diubah cara pikir atau cara bertindak dalam menyikapi kasus hewan. Saya akui, bukan hanya di Indonesia saja, di seluruh dunia mungkin, masih banyak yang menganggap bahwa hewan itu tidak punya perasaan. Jadi karena dianggap hewan tidak punya perasaan, mereka bisa seenaknya menyiksa hewan tanpa berpikir hewan itu bisa merasakan sakit, takut dan bahkan kesepian,” imbuh Davina. 

Aktivis penyayang hewan itu juga menilai kasus penembakan kucing beberapa waktu lalu didasari rasa kebencian terhadap hewan

“Kalau dia nggak benci, nggak mungkin cara dia membersihkan atau memberi keamanan di area sekitar situ dengan menyakiti kucing. Kalau dia nggak benci, harusnya dia terpikir untuk menggandeng atau merangkul Yayasan atau organisasi penyayang hewan untuk bisa disteril,” ujar dia. 

Davina menuturkan, manusia yang sanggup menyiksa bahwa membunuh hewan perlu diwaspadai kelak tindakannya itu dilakukan ke sesama manusia.

Kalau masalah kecil ke sesama makhluk hidup saja sampai begitu kejamnya, kata Davina bagaimana menyikapi hal-hal besar? Kini harus bisa mengukur karakter orang dari bagaimana seseorang itu memperlakukan orang-orang kecil bahkan kepada hewan.

“Dari situ kita bisa melihat, apakah dia karakter yang besar hati, mengayomi, ingin menolong, welas asih yang tinggi terhadap sesama makhluk hidup lain, atau sesama manusia. Kalau urusan kucing aja dia begitu sadisnya, kejamnya ingin cepat kelar, itu bisa terukur bagaimana dia bisa menyikapi urusan lainnya,” tutur Davina. 

Berdasarkan catatan dari Davina, penyiksaan terhadap hewan itu tidak semata-mata menunjukkan kepribadian yang rusak, melainkan kata dia ada hal yang lebih laten dari itu. Tindakan penyiksaan terhadap hewan juga dapat mengindikasikan seseorang memiliki kesehatan mental yang terganggu. 

“Riset dalam bidang Psikologi dan Kriminologi, bahwa seseorang yang melakukan penyiksaan atau kekerasan terhadap hewan, tidak akan berhenti sampai di situ saja. mereka juga akan sanggup melakukan penyiksaan terhadap sesama manusia.”

“Ada juga penelitian lain yang mengatakan, ada indikasi penting untuk memeriksa latar belakang pembunuh berantai dan pemerkosa menurut anggota FBI, namanya Robert Ressler, para pelaku tersebut adalah anak-anak yang tumbuh tanpa pernah belajar bahwa menyiksa hewan itu adalah tindakan salah. Kalau dari kecil sudah dibiasakan tidak apa-apa melakukan kekerasan kepada hewan, menyakiti hewan atau menyiksa hewan, itu mempunyai bibit di dalam dirinya di mana dia itu bisa menjadi kriminal di masa mendatang,” jelas Davina. 
 

***

tags: #penembakan #kucing #tni #hewan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI