BBM Naik, Pengusaha Warteg Khawatir Daya Beli Makin Turun 

"Kami prihatin atas kenaikan harga BBM bersubsidi ini, karena dapat ditinggal pelanggan akibat daya beli belum pulih."

Sabtu, 03 September 2022 | 16:31 WIB - Ekonomi
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - Pelaku Usaha Warung Tegal (warteg) mengaku khawatir dengan kenaikan harga BBM jenis pertalite maupun solar akan menbuat daya beli masyarakat kian turun. Pasalnya daya beli pelanggan didominasi kelompok ekonomi menengah ke bawah. 

"Kami prihatin atas kenaikan harga BBM bersubsidi ini, karena dapat ditinggal pelanggan akibat daya beli belum pulih," keluh Mukroni, Sabtu (3/9).

BERITA TERKAIT:
Modal Rp4 Juta, Muhamad Mifzal Kini Jadi Juragan Desa
Harmonisasi Hubungan Pekerja dan Pengusuha Dorong Pertumbuhan Ekonomi
Harga Batu Bara Anjlok, Pengusaha Didorong Efisiensi Operasional
Terlilit Hutang, Pedagang Ayam Geprek di Batang Bunuh Diri
Jelang Penetapan Upah Minimum 2025 Jateng, Nana Sudjana Serap Aspirasi Buruh dan Pengusaha

Selain ditinggal pembeli, Mukroni khawatir penerapan kebijakan tersebut juga akan mengerek harga sembako. Menyusul, naiknya biaya transportasi akibat naiknya harga BBM subsidi.

"Karena dengan kenaikan harga BBM ini akan menaikan harga pangan," tekannya.

Oleh karena itu, Mukroni berharap pemerintah untuk menunda rencana kenaikan harga BBM subsidi dalam waktu dekat. Sebab, kenaikan BBM subsidi akan berdampak buruk terhadap daya beli masyarakat.

"Dengan naiknya barang akibat BBM naik, (akan) menambah beban sosial yang lebih berat," tutupnya. 

Sebelumnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkapkan, anggaran subsidi energi yang digelontorkan pemerintah sangat besar. Saking besar uangnya bisa dipakai membangun satu ibu kota.

Anggaran subsidi energi pemerintah membengkak dari Rp 152,2 triliun menjadi Rp 502,4 triliun. Jumlah itu lebih besar dari anggaran pemerintah memindahkan IKN dari Jakarta ke Kalimantan Timur yang diperkirakan mencapai Rp 466 triliun.

"Bisa dipakai untuk membangun Ibu Kota satu karena angkanya sudah Rp 502 triliun. Ini semua yang kita harus ngerti. Sampai kapan kita bisa bertahan dengan subsidi sebesar ini. Kalau kita tidak ngerti angka, kita tidak bisa merasakan betapa sangat beratnya persoalan saat ini," ujar Presiden Jokowi dalam acara Rakernas PDI Perjuangan di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, Selasa (21/6).

Presiden Jokowi menjelaskan, harga pertalite yang saat ini dibanderol Rp 7.650 per liter dan Pertamax Rp 12.500 per liter adalah harga yang disubsidi oleh pemerintah. Subsidinya begitu besar.

Dia lalu membandingkan harga bahan bakar minyak (BBM) RI yang lebih murah ketimbang negara-negara lain. Misalnya di Singapura Rp 31.682 per liter, Thailand Rp 20.878 per liter, dan Jerman Rp 31.390 per liter.

"Coba kita tengok aja yang dekat aja Singapura harga bensin sudah 31 ribu. Di Jerman harga bensin juga sudah sama 31 ribu, di Thailand sudah 20 ribu. Kita masih Rp 7650," tutupnya.

***

tags: #pengusaha #warteg #bbm #jokowi #pertalite

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI