Dewan Pers bersama BNPT gelar workshop peran pers dalam mencegah radikalisme dan terorisme, Sabtu (17/12/2022).

Dewan Pers bersama BNPT gelar workshop peran pers dalam mencegah radikalisme dan terorisme, Sabtu (17/12/2022).

Dewan Pers dan BNPT Imbau Awak Media Lebih Bijak dalam Pemberitaan Soal Radikalisme dan Terorisme

Agung berharap para jurnalis dapat lebih bijak dalam membuat berita terutama terkait radikalisme dan terorisme.

Minggu, 18 Desember 2022 | 22:43 WIB - Ragam
Penulis: Siti Muyassaroh . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Semarang - Seperti kita ketahui, radikalisme dan terorisme merupakan ideologi yang bertentangan dengan agama maupun negara. Oleh karena itu, paham tersebut sudah seharusnya dicegah dan jangan sampai menyebar di tengah masyarakat. 

Salah satu hal untuk mencegah paham radikalisme dan terorisme tersebut adalah melalui pers. Hal ini menjadi latar belakang diselenggarakannya workshop oleh Dewan Pers dengan menggandeng Badan Nasional Penanggulangan terorisme (BNPT) pada Sabtu (17/12/2022).

BERITA TERKAIT:
Lapas Pasir Putih Nusakambangan dan BNPT Terus Bekerjasama untuk Deradikalisasi dan Pembinaan Napiter
Ganjar Sebut Tidak Terjadi Aksi Terorisme di Indonesia Tahun 2023, Ini Faktanya
Lapas Pasir Putih Apresiasi Peran Densus dan BNPT Cegah Terorisme di 2023
Pemerintah Diusulkan Kontrol Rumah Ibadah, MUI Menolak
Dukung Pencegahan Radikalisme dan Terorisme, Pj Bupati Jepara Terima Penghargaan dari BNPT

Workshop bertema "Peran Pers dalam Pencegahan Paham radikalisme dan terorisme untuk Mewujudkan Indonesia Harmoni" tersebut digelar di Kota Semarang dan diikuti oleh puluhan Pimpinan Redaksi media yang ada di Jawa Tengah, baik media siber, cetak, TV, maupun radio.

Pelaksana Tugas Ketua Dewan Pers M. Agung Dharmajaya dalam sambutannya mengimbau kepada para wartawan atau jurnalis agar dalam menyampaikan berita tak hanya secara jujur, tetapi juga harus mengemasnya dengan benar. 

"Sebagai jurnalis, menyampaikan berita itu tak hanya jujur dan apa adanya, tetapi juga kemudian bagaimana kita mengemasnya dengan benar dan baik," ujar Agung.

"Ketika membuat berita, 5w+1H-nya tetap, tetapi jangan lupakan soal dampak dari pemberitaan," sambungnya.

Agung berharap para jurnalis dapat lebih bijak dalam membuat berita terutama terkait radikalisme dan terorisme.

Dalam workshop yang dimoderatori oleh Ketua Ikatan jurnalis Televisi Indonesia (IJTI) Jawa Tengah yang juga Korwil IJTI Pulau Jawa Teguh Hadi Prayitno tersebut, dihadirkan para narasumber antara lain, Yadi Hendriana dan Totok Suryanto (anggota Dewan Pers), Kolonel Setyo Pranowo, SH, MM, (Kasubdit Pengamanan Lingkungan BNPT) dan Febby Firmansyah yang merupakan seorang penyintas BNPT.

Dalam paparannya, Yadi Hendriana menuturkan saat membuat berita, jurnalis harus mengutamakan akurasi atau ketepatan. Semua informasi harus diverifikasi dan dipastikan kebenarannya.

"Yang paling penting hindari peliputan keluarga, anak atau orang terdekat yang belum tentu juga dia teroris," ujarnya.

Totok Suryanto dalam materinya, mengajak para jurnalis  tetap fokus agar bagaimana terorisme itu tidak berkembang di masyarakat, bukan memberitakan hal-hal yang di luar konteks.

"Dewan Pers berharap dalam peliputan terorisme lebih berfokus pada kasusnya, bukan malah pada aspek-aspek lain yang tidak penting-penting amat," kata Totok.

Sementara itu, Kasubdit Pengamanan Lingkungan BNPT Kolonel Setyo dalam pemaparannya mengatakan jika dalam mencegah meluasnya paham radikalisme, perlu kerja sama berbagai sektor dan lapisan masyarakat.

Sedangkan, Febby Firmansyah yang merupakan penyintas BNPT mengharapkan agar jurnalis bisa lebih bijak dalam menulis berita lantaran pers adalah kunci di mana informasi bisa tersampaikan dengan akurat.


 

***

tags: #bnpt #dewan pers #radikalisme #jurnalis #terorisme

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI