Densus 88 Ajak Mahasiswa di Semarang Kontra Narasi Radikal di Medsos

“Ini adalah cerdasnya ISIS memanfaatkan medsos, terutama Facebook dan Twitter dipakai untuk merekrut target-target yang rentan.

Selasa, 21 Maret 2023 | 13:40 WIB - Didaktika
Penulis: Holy . Editor: Hani

KUASAKATACOM, Semarang – Kelompok teror memanfaatkan sistem algoritma yang ada di media sosial (medsos) untuk menyebarkan propagandanya sekaligus menentukan sasaran empuk merekrut anggota. Untuk menangkalnya, perlu menciptakan eco chamber alias ruang gema untuk menetralisir propaganda radikal teror di medsos

Pada konteks ini, mahasiswa dianggap sebagai agen yang pas untuk membanjiri media sosial dengan konten-konten positif sebagai kontra narasi radikalisme terorisme. Ini sebagai cara untuk merawat kebinekaan yang ada di Indonesia, agar bangsa dan negara ini tetap kuat dan utuh.

BERITA TERKAIT:
Dua Anggota Teroris Ditangkap Densus 88 di Jawa Timur
Densus 88 Sebut Pelaku Penembakan Kantor MUI Bukan Teroris
Terlibat Baku Tembak dengan Densus 88, Dua Teroris Tewas dan Empat Lainnya Ditangkap
Satu Teroris Tewas usai Baku Tembak dengan Densus 88 di Pringsewu Lampung
Gerebek Teroris, Densus 88 Terlibat Tembak-menembak

Hal itu diungkapkan Kepala Detasemen Khusus Densus 88 Antiteror Polri Irjen Pol Marthinus Hukom saat gelaran Kuliah Umum Kebangsaan “Bahaya Virus Propaganda Radikalisme Terorisme di Media Sosial” di Kampus Unika Soegijapranata Semarang, Senin (20/3/2023). 

“Ini adalah cerdasnya ISIS memanfaatkan medsos, terutama Facebook dan Twitter dipakai untuk merekrut target-target yang rentan. medsos adalah ‘alat perang’ di era kemajuan informasi teknologi, jangan sampai kita bisa hindari perang tradisional, tetapi perang medsos tidak bisa kita hindari,” ungkap Marthinus di depan ribuan mahasiswa yang hadir. 

Lebih lanjut, sebutnya, Indonesia hadir dalam bentuk keberagamaan dan datang dari berbagai perbedaan. Dia menilai, para pendiri bangsa ini bahkan memberikan landasan filosofi, yang menjadikan negara Indonesia tetap utuh. 

"Sebetulnya radikalisme itu ada dalam agama apapun, tidak hanya terkait dengan satu agama tertentu," sambungnya. 

Menurutnya, terorisme bukan monopoli satu aliran tertentu. Paham teroris bisa muncul dalam banyak aliran atau agama. Bahkan, bisa menimpa kepada individu yang tidak beragama sekalipun.

Rektor Unika, Dr Ferdinandus Hindiarto menyatakan, kampusnya senantiasa mengajarkan nilai-nilai keindonesiaan. Adapun terkait toleransi, pihaknya sudah selesai dengan hal tersebut. 

“Implementasi dari nilai-nilai toleransi sudah sepenuhnya dijalankan oleh seluruh civitas akademika. Kami menggembleng generasi muda
yang menguasai ilmu pengetahuan di bidangnya dengan kedewasaan moral dan kepribadian. Sehingga akan berani mengambil peran pemimpin di manapun mereka berkarya,” kata Ferdi. 

Sementara itu, Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Jateng, Sumarno menegaskan, perbedaan adalah sebuah keniscayaan. Sedang radikalisme merupakan bahaya laten yang tidak kelihatan, yang harus diwaspadai kapanpun.

***

tags: #densus 88 #unika soegijapranata #radikal #medsos

Email: redaksi@kuasakata.com

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI