Meski Dilarang Bisnis Thrifting Tetap Subur: Modal Rp300 Ribu Untung Jutaan 

Tak hanya masyarakat bawah, kalangan menengah pun banyak yang tertarik untuk membeli baju bekas impor.

Sabtu, 01 April 2023 | 12:14 WIB - Ekonomi
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - baju bekas impor atau thrifting menjadi tren yang digemari anak muda meski sudah dilarang oleh pemerintah. Alasan pemerintah melarang Industri ini karena aktifitas ini dapat mematikan pengusaha lokal. 

Masyarakat bisa mendapatkan baju-baju dari berbagai merk seperti Uniqlo, H&M, Zara dan lain sebagainya, dengan desain yang menarik, namun harganya sangat murah berkisar antara Rp 20.000-100.000.

BERITA TERKAIT:
Pedagang Thrift Ungkap Sulitnya Perawatan Jaket Outdoor
Bisnis 'Thrifting' Sepatu Branded, Risiko Tinggi tapi Cuannya Bikin Iri
Viral Pedagang Baju Thrifting di Pasar Cimol Bandung  Todongkan Sajam ke Pembeli, Polisi Turun Tangan
Serius Berantas Baju Bekas Impor, Pemerintah Tutup 40 Ribu Lapak Thrifting
Polisi Sudah Ringkus Polisi yang Mau Jadikan Barang Sitaan Thrifting sebagai Baju Lebaran 

Pedagang baju impor Pasar Senen Ladono menyatakan bahwa kebanyaka pembeli di tokonya adalah pelajar, mahasiswa, hingga umur 20 tahun ke atas. 

Dia mengatakan, biasanya mereka mencari baju-baju dengan desain unik dan bertema vintage. Selain itu, dia menuturkan bahwa kalangan muda sangat pintar mencari produk baju bekas yang masih sangat bagus dengan harga yang murah. 

“Sebenarnya dari kalangan mana saja, cuma memang terbanyak dari kalangan muda. Mereka pintar-pintar sekali dalam memilih baju bekas ya, nawarnya juga pintar,” ujarnya kepada 

Dia mengatakan, pembeli kalangan muda tersebut bisa mengeluarkan dana sekitar Rp 300.00 hingga Rp 500.000 setiap kali membeli di tokonya.  Mereka sudah bisa mendapatkan banyak baju dengan dana tersebut. 

"Tapi kalau yang beli banyak kaya gitu, sepertinya baju-bajunya akan dijual kembali sama mereka,” kata Ladono.

Salah satu pedagang baju bekas impor Pasar Senen, Derri, mengatakan konsumen membeli produk usahanya berasal dari semua jenis kalangan, mulai dari anak muda, ibu-ibu, hingga laki-laki dewasa.  

Derri mengatakan, baju bekas impor memiliki harga yang jauh lebih murah, sehingga banyak kalangan masyarakat berpendapatan rendah atau bawah yang memilih untuk membeli baju thrifting impor. Selain harganya murah, kualitasnya juga tidak terlalu buruk. 

“Spesifikasi untuk pembeli yaitu berasal dari kalangan bawah, karena mereka kalau beli baju lokal yang dijual-jual di mall tentu tidak sanggup, kalau beli disini (Pasar Senen) sudah bajunya masih bagus ditambah harganya murah,” kata dia. 

Derri mengatakan, pembeli biasanya paling banyak mengeluarkan uang sebesar Rp 500.000 untuk membeli baju bekas impor di Pasar Senen. Namun uang tersebut bisa membeli baju dengan jumlah banyak.

Tak hanya masyarakat bawah, kalangan menengah pun banyak yang tertarik untuk membeli baju bekas impor. Kebanyakan dari mereka justru membuka peluang untuk membuka usaha thrifting melalui e-commerce. 

Pasalnya, keuntungan dari menjual baju bekas impor cukup menjanjikan. Derri mengungkapkan penghasilannya rata-rata bisa mencapai Rp 1 juta per hari. 

Tak hanya Derri, ada juga Cherrien memulai bisnis ini pada tahun 2020, atau saat awal Pandemi Covid-19, dan ia sendiri merupakan orang yang sangat menyukai fashion.

Ia sempat melihat salah satu selebgram yang mempromosikan akun thrift shop yang saat ia cek tokonya, Cherien merasa baju baju tersebut bagus, berkualitas, namun tentunya dengan harga yang miring dibandingkan di pusa perbelanjaan.

Dengan dana di kantong sejumlah 300 ribu rupiah, Cherien bisa mendapatkan 6 buah baju dari toko thrift tersebut. 

"Artinya modal awalnya hanya 50 ribu nah aku dari situ aku melihat peluang usaha cukup besar. Terlebih di awal 2020 bisnis thrift shop belum begitu marak," ceritanya.

Di awal pembukaan thrift shop-nya pun ia mengaku kalau konsumennya masih didominasi oleh keluarganya sendiri. Sisi lain yang menguntungkan dari thrift shop adalah jarang adanya kesamaan produk baju yang dijual sehingga bila dilihat dari sisi ekonomi, masing-masing toko memiliki keunggulan komparatifnya sendiri.

Cherien juga menceritakan tentang hubungannya dengan sesama para pemilik thrift shop, yang menurutnya antar pemilik cukup ramah, solid, dan yang paling menarik adalah saling memberikan Promote for Promote atau free promote. 

Hal ini yang membuat akun thrift shop menjadi cepat berkembang.

Terlepas dari hal itu, Cherien mengaku kalau keluarganya menjadi pihak yang sangat membantunya di awal ia mendirikan thrift shop. 
 

***

tags: #thrifting #baju bekas #impor #industri #modal

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI