Mengupas Sejarah Ketupat! Ternyata Diperkenalkan oleh Sosok Walisongo dan Mengapa harus dari Janur?
Ketupat mulai muncul di zaman Walisongo. Siapakah sosok wali tersebut?
Kamis, 20 April 2023 | 14:36 WIB - Budaya
Penulis:
. Editor: Fauzi
KUASAKATACOM, Semarang – Ketupat menjadi makanan yang khas ditemukan ketika momen Lebaran. Namun sudah tahukah bahwa Ketupat tidak serta merta ada untuk perayaan hari raya, melainkan melalui kisah sejarah panjang.
Ketupat mulai muncul di zaman Walisongo. Siapakah sosok wali tersebut?
BERITA TERKAIT:
Wabup Wurja Sidak ke Sejumlah Layanan Publik di Lingkungan Pemkab Brebes
Selama Libur Lebaran, Ekspor Perikanan Indonesia Capai Rp1 Triliun
Gelar Halal Bihlala, Bupati Sragen Minta ASN Kembali Jadi Pelayan Masyarakat
Mensos akan Sanksi Pegawai yang Bolos usai Lebaran
Korlantas Polri Resmi Hentikan One Way Nasional Arus Balik Lebaran 2025
Ketupat mulai dikenal luas di Indonesia saat Islam masuk ke tanah Jawa sejak abad ke-15 pada masa pemerintahan Kerajaan Demak. Hal ini terjadi ketika Sunan Kalijaga memilih Ketupat sebagai media dakwah untuk menyebarkan agama Islam di tanah Jawa.
Ketupat pun menjadi semakin populer di kalangan umat Islam ketika Sunan Kalijaga menggunakannya sebagai simbol Lebaran. Sunan Kalijaga menjadikan Ketupat sebagai budaya sekaligus filosofi Jawa yang berbaur dengan nilai ke-Islaman.
Bungkus Ketupat yang terbuat dari janur secara khusus dipilih karena dianggap menunjukkan identitas masyarakat pesisir yang banyak ditumbuhi pohon kelapa atau nyiur.
Masyarakat pesisir yang identik dengan makanan khas yang terbungkus dengan janur tersebut lalu mendorong Sunan Kalijaga menggunakan Ketupat sebagai media dakwah untuk menyebarkan Islam.
Ketupat menjadi makanan khas Lebaran di Indonesia karena pada masa itu, Ketupat dianggap sebagai makanan yang praktis dan mudah dibawa saat perjalanan jauh untuk mudik.
Selain itu, Ketupat juga dianggap sebagai simbol persatuan dan kesatuan karena bentuknya yang sederhana dan tidak membeda-bedakan status sosial.
Ketupat atau disebut kupat oleh masyarakat Jawa dan Sunda, mewakili dua simbolisasi yaitu ngaku lepat yang berarti mengakui kesalahan.
Selain itu ada pula filosofi "laku papat" atau empat laku yang juga tercermin dari wujud empat sisi dari Ketupat.
Laku papat adalah empat tindakan yang terdiri dari Lebaran, luberan, leburan, laburan, yang masing-masing memiliki arti:
1) Lebaran adalah suatu tindakan yang berarti telah selesai yang diambil dari kata lebar.
2) Luberan artinya sedekahkan sebagian harta.
3) Leburan artinya meleburkan dosa-dosa dengan saling memaafkan.
4) Laburan artinya kapur, menjaga kesucian.
tags: #lebaran #ketupat #walisongo #sunan kalijaga
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Kakak Beradik Ditemukan Tewas di Perkebunan, Polisi Lakukan Penyelidikan
17 Mei 2025

Mensos Ingatkan Kepala Daerah Objektif Seleksi Siswa Sekolah Rakyat
17 Mei 2025

PPIH Arab Saudi Cek Persiapan Layanan Jemaah Haji Indonesia di Armuzna
17 Mei 2025

Libur Panjang Waisak, 38 Ribu Orang Pilih Berlibur dengan Kereta Wisata
17 Mei 2025

BAZNAS Luncurkan Balai Ternak di Kabupaten Blora
17 Mei 2025

Kemenkum Jateng Dorong Penyempurnaan Raperda Adminduk Kota Semarang
17 Mei 2025

Pertandingan Sempat Sengit, Tim Basket SWS Kalah dari BHB
17 Mei 2025

Waspada MERS-CoV, Jamaah Haji Diimbau Hindari Kontak Langsung dengan Unta
17 Mei 2025

Kemenag Pastikan Pelaksanaan Ibadah Haji Lebih Tertib dan Akuntabel
17 Mei 2025