Budaya Bullying dan Toxic Profesi Kedokteran Meresahkan, Menkes Sosialisasikan Hotline Aduan

Dalam banyak kasus, ia kerap mendapat aduan mengenai calon dokter yang tengah menempuh pendidikan lalu diperas oleh seniornya. 

Senin, 24 Juli 2023 | 12:16 WIB - Ragam
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin prihatin dengan budaya bullying dan toxic di lingkungan profesi kedokteran. Ia mengungkap banyak calon dokter yang sedang magang jadi sasaran dokter senior. 

Dalam banyak kasus, ia kerap mendapat aduan mengenai calon dokter yang tengah menempuh pendidikan lalu diperas oleh seniornya. 

BERITA TERKAIT:
Mantan Menkes Siti Fadhilah Ingatkan Pemerintah terkait Vaksin TBC Bill Gates
Pemerintah Sediakan 30 Ribu Rumah Subsidi untuk Tenaga Kesehatan
Kasus Re-Sertifikasi Kompetensi Apoteker Disorot
Puncak Pekan AMR 2024, Pemerintah Tekankan Pendekatan One Health Atasi Resistansi Antimikroba di Indonesia
Di Tahun 2025, Belum Ada Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan

Tak hanya secara fisik, mental namun juga sampai finansial. Menkes sangat terkejut dengan kasus calon dokter yang terpaksa patungan uang hingga ratusan juta untuk biaya sewa rumah seniornya. 

"Jadi, cukup banyak juga junior-junior ini yang disuruh ngumpulin [uang], ada yang jutaan, puluhan juta, ada yang terkadang sampai ratusan juta," ungkap Budi dalam konferensi pers di Jakarta, Kamis (20/7/2023).

"[Uang-uang tersebut] bisa buat nyiapin rumah untuk kumpul-kumpul para senior. Kontraknya setahun Rp50 juta, bagi rata dengan juniornya," beber Menkes.

Tak cuma untuk kebutuhan rumah, para calon dokter masih harus patungan lagi untuk kebutuhan pribadi para pelaku bullying. Misalnya, mereka minta dibelikan makanan mahal hingga handphone dan tablet baru. 

"Atau kalau praktik, kan, suka sampai malam, sama rumah sakit diberi makan malam, tapi makan malamnya enggak enak. 'Kita maunya makanan Jepang' jadi setiap malam mesti keluarin Rp5 juta sampai Rp10 juta untuk semuanya ngasih makan makanan Jepang," lanjutnya.

Umumnya, para korban mengaku tidak berani untuk melaporkan kasus perundungan yang diterima. Sebagai upaya 'balas dendam', para korban akan melakukan hal serupa ketika mereka telah menjadi senior.

"Itu (kasus perundungan) tidak berani disampaikan oleh para junior. Akibatnya begitu dia (korban perundungan) jadi senior, dia melakukan itu (perundungan kepada junior baru)," kata Budi.

Dengan tradisi yang sangat toksik seperti itu, tak heran kalau seorang calon dokter bisa menghabiskan uang hingga ratusan juta setiap bulan. 

Terkait masalah laten ini, Kemenkes telah menyediakan situs web dan saluran siaga (Hotline) bagi para korban perundungan di rumah sakit vertikal Kemenkes.

Budi mengatakan, sistem laporan perundungan di rumah sakit vertikal Kemenkes dapat diakses melalui www.perundungan.kemkes.go.id dan Hotline 0812-9979-9777. Data laporan yang masuk akan langsung diterima oleh Inspektorat Jenderal Kemenkes.
 

***

tags: #menteri kesehatan #budi gunadi sadikin #bullying #toxic #hotline

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI