Jambore Pramuka Dunia di Korsel Diwarnai Banyak Insiden, Lokasi "Dikutuk"

"Apa yang orang tidak mengerti tentang Saemangeum ... adalah bahwa itu dikutuk," kata Sohoon Yi, seorang profesor sosiologi

Rabu, 09 Agustus 2023 | 13:59 WIB - Internasional
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Seoul - Jambore Pramuka Dunia 2023 yang berlangsung di Saemangeum, Korea Selatan banyak diwarnai insiden. Mulai dari suhu panas di cuaca ekstrem, temuan makanan mengandung babi hingga laporan adanya insiden pelecehan seksual

Sebanyak 80 peserta asal Korsel yang mengikuti Jambore Pramuka Dunia Saemangeum 2023 memilih untuk meninggalkan acara tersebut. Hal ini dilakukan usai panitia dianggap abai melindungi para remaja perempuan setelah seorang pria masuk ke kamar mandi wanita.

BERITA TERKAIT:
Jambore Pramuka Dunia di Korsel Diwarnai Banyak Insiden, Lokasi "Dikutuk"
Jambore Pramuka Dunia di Korsel Diwarnai Insiden Pelecehan Seksual 
Peserta Indonesia Ungkap Fasilitas di Jambore Pramuka Dunia di Korsel: Panas, Becek, Kamar Mandi Hanya Disekat Kain dan Ada Makanan Mengandung Babi
Jambore Pramuka Tingkat Dunia di Korsel, Peserta "Mendidih" Kepanasan Dampak Cuaca Ekstrem

Kegiatan ini dari awal menyebabkan banyak korban berjatuhan karena tidak kuat dengan cuaca. Puluhan ribu peserta pun dievakuasi untuk menghindari korban lebih lanjut.

Suhu ekstrem itu sebelumnya telah mendorong tiga kontingen nasional mundur. Meski begitu, penyelenggara Jambore Pramuka Dunia di Korsel memutuskan untuk melanjutkan acara tersebut.

Lokasi jambore sendiri dianggap "terkutuk". Saemangeum sendiri sebuah dataran pasang surut reklamasi yang baru selesai pada 2006, dan sudah menjadi kontroversi karena mengeringkan apa yang dikatakan para ilmuwan sebagai lahan basah yang penting bagi burung yang bermigrasi.

Reklamasi tersebut menghancurkan area makan utama bagi ratusan ribu burung, kata para ahli, dan jumlah burung yang mengunjungi muara setiap tahun turun drastis antara tahun 2001 dan 2014.

Saemangeum sekarang menjadi pantai lumpur tanpa pohon dengan sedikit perlindungan dari panasnya musim panas dan para kritikus memperingatkan tentang risikonya.

"Apa yang orang tidak mengerti tentang Saemangeum ... adalah bahwa itu dikutuk," kata Sohoon Yi, seorang profesor sosiologi di Universitas Nasional Kyungpook.

"Itu dikutuk dengan kematian burung migran yang tak terhitung jumlahnya dan air mati... Sudah saatnya kita menyebut Saemangeum apa adanya: bencana ekologis yang disebabkan oleh persepsi keliru tentang hubungan manusia dengan alam."

Anggota parlemen Lee Won-taeg menandai kegagalan besar dalam persiapan ke parlemen hampir setahun sebelum jambore, mengutip kurangnya rencana darurat untuk cuaca ekstrem dan pengendalian serangga.

Menteri Jender Seoul Kim Hyun-sook, salah satu penyelenggara utama, menjawab bahwa perencanaan berjalan "tanpa hambatan".

Lee memperingatkan Kim selama sesi parlemen: "Tunggu dan lihat. Sejarah pada akhirnya akan meminta Anda, menteri, bertanggung jawab untuk ini."

Namun, Seoul bersikeras jambore akan dilanjutkan, bahkan setelah badan kepanduan global menyerukan agar jambore dipersingkat dan orang tua mengatakan itu telah "berubah menjadi mimpi buruk".

***

tags: #jambore pramuka dunia #korea selatan #pelecehan seksual #dikutuk

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI