Pakar: Hirup Asap Pembakaran Sampah bisa Sebabkan Kanker 

Ia mengungkapkan asap pembakaran sampah plastik dan karet yang dihirup dinilai dapat memicu kanker. 

Minggu, 27 Agustus 2023 | 14:42 WIB - Kesehatan
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Semarang - Dosen Kimia Fakultas MIPA UGM (Universitas Gadjah Mada) Ikmal Tahir merespon prilaku masyarakat yang gemar bakar sampah sebagai upaya praktis melenyapkan sampah. Hal ini bukan tindakan tepat karena dapat menyebabkan dampak buruk bagi tubuh. 

Ia mengungkapkan asap pembakaran sampah plastik dan karet yang dihirup dinilai dapat memicu kanker

BERITA TERKAIT:
Kebakaran Hanguskan Delapan Rumah Kontrakan di Pondok Kelapa, Diduga akibat Bakar Sampah
Damkar Semarang Larang Warga Bakar Sampah dan Ilalang
Pakar: Hirup Asap Pembakaran Sampah bisa Sebabkan Kanker 
Seorang Kakek Warga Bantul Tewas Terbakar Saat Bakar Sampah di Pekarangan 
Kota-kota yang Kenakan Sanksi bagi Warga Bakar Sampah, Ada yang Didenda Rp50 Juta 

Ikmal mengatakan jenis sampah karet dan plastik jika dibakar biasa maka akan memunculkan reaksi dekomposisi polimer sebagai penyusun plastiknya itu tidak sempurna. Hal tersebut secara nyata dapat dirasakan dengan timbulnya bau tajam. 

"Bau ini mengindikasikan ada senyawa dioksin yang punya potensi karsinogenik, yakni pemicu penyakit kanker apabila sampai terhirup pernafasan," kata Ikmal saat dihubungi Republika, Rabu (2/8/2023). 

Menurutnya penyakit kanker tersebut bersifat kronik. Gejalanya kemungkinan baru bisa diketahui 3-5 tahun mendatang. Namun jika yang dibakar adalah sampah organik maka menurutnya dampaknya relatif lebih kecil.

"Intinya sih kalau pembakaran sampah hanya bahan sampah organik itu dampaknya relatif lebih kecil, hanya mungkin berisiko asap mengganggu sistem pernapasan atau membuat konflik sosial misal tetangga terganggu," ucapnya. 

Ia menambahkan, sampah yang menumpuk tidak terangkut umumnya memancing orang untuk membakarnya. Hal tersebut lantaran membakar sampah mudah dilakukan dan hasilnya sampah terbakar meninggalkan sisa pembakaran yang minim. 

"Umumnya dilakukan oleh pemilik lahan yang jadi buangan sampah atau oleh petugas sampah yang bingung mau membawa sampahnya kemana," ungkapnya. 

Menurutnya jika proses pembakaran ditunggu sampai habis mungkin tidak menimbulkan risiko kebakaran. Namun yang sering api justru ditinggal saat masih menyala.

"Saat ini musim kemarau dan juga angin terkadang membantu kobaran api menjadi meluas, termasuk jika lokasi pembakaran dekat tumpukan bahan lain yang mudah terbakar atau semak-semak/rerumputan ilalang. Seperti inilah yang diduga terjadi di Yogyakarta akibat penutupan TPA Piyungan ini," kata staf Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM tersebut.

***

tags: #bakar sampah #ugm #universitas gadjah mada #kanker

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI