Biasanya Tahan Kemarau, Lahan Palawija di Kudus Kini Mengering
Contohnya terlihat di lahan pertanian di Kelurahan Mlati Kidul, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus.
Kamis, 12 Oktober 2023 | 11:33 WIB - Ragam
Penulis:
. Editor: Fauzi
KUASAKATACOM, Kudus - Musim kemarau di Kabupaten Kudus tahun ini sangat berdampak bagi pertanian. Bahkan lahan palawija yang biasanya tahan terhadap panas, sampai mengering.
Hal ini mengakibatkan tanaman cabai, jagung, ketela tak dapat tumbuh subur.
BERITA TERKAIT:
Dukung Penuh Program Sekolah Rakyat, Gubernur Jateng Mulai Siapkan Lahan
Lahan 5.196 Hektare Diproyeksikan untuk Penanaman Jagung di Bantul
Sebanyak 36.240 Lahan Wakaf Madrasah Dilakukan Akselerasi Sertifikasi, Ini Tujuannya
Pemkab Klaten Gelar Monev di Desa Beluk untuk Pastikan Peningkatkan Luas Tanam Padi
Kakanwil Kemenkumham Jateng Temui Bupati Semarang Bahas Relokasi Lapas Ambarawa
Contohnya terlihat di lahan pertanian di Kelurahan Mlati Kidul, Kecamatan Kota, Kabupaten Kudus. Dampak panas dan kemarau yang berkepanjangan telah mulai dirasakan oleh para petani. lahan pertanian tampak mengering, dan tanaman palawija tidak dapat tumbuh dengan baik.
Sumarni, seorang petani setempat, mengakui bahwa musim kemarau panjang tahun ini sangat berdampak dibandingkan dengan musim kemarau sebelumnya. Dalam sebulan terakhir, kondisi lahan pertaniannya semakin memburuk karena tidak mendapatkan pasokan air yang cukup.
"Jagung, cabai, dan ketela mati semua karena panas matahari dan kemarau seperti ini," ujar Sumarni, Kamis (12/10/2023).
Dia mengerti bahwa faktor cuaca adalah hal yang di luar kendali, dan dia merasa tidak dapat berbuat banyak. Namun, akibat dari gagal panen ini berarti dia harus menghadapi kerugian, terutama karena dia menanam bibit jagung, cabai, dan ketela di lahan yang disewa.
Sumarni menjelaskan bahwa biasanya, satu kali panen di lahan pertaniannya bisa menghasilkan sekitar Rp 2 juta hingga Rp 3 juta. Namun, pada musim tanam ini, dia terpaksa harus menghadapi kerugian besar. Tidak hanya lahan pertaniannya, tetapi beberapa tanaman lain di sekitar wilayah tersebut juga mengalami nasib serupa.
Kepala Dinas pertanian dan Pangan Kabupaten Kudus, Didik Tri Prasetyo, mengakui bahwa beberapa lahan pertanian terdampak oleh kemarau panjang tahun 2023. Meskipun demikian, sebagian wilayah masih bisa mengandalkan pasokan air dari bendungan untuk menjaga kelangsungan tanaman.
Musim kemarai berdasarkan prediksi BMKG akan berakhir pada awal November 2023 mendatang. BMKG menyatakan bahwa sebagian wilayah di Indonesia akan mulai menerima hujan bertahap pada awal bulan November tersebut.
Harapan petani dan masyarakat sekitar adalah agar hujan datang lebih cepat untuk mengakhiri masa sulit akibat kemarau panjang ini.
tags: #lahan #palawija #kudus #pertanian #kemarau
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Kakak Beradik Ditemukan Tewas di Perkebunan, Polisi Lakukan Penyelidikan
17 Mei 2025

Mensos Ingatkan Kepala Daerah Objektif Seleksi Siswa Sekolah Rakyat
17 Mei 2025

PPIH Arab Saudi Cek Persiapan Layanan Jemaah Haji Indonesia di Armuzna
17 Mei 2025

Libur Panjang Waisak, 38 Ribu Orang Pilih Berlibur dengan Kereta Wisata
17 Mei 2025

BAZNAS Luncurkan Balai Ternak di Kabupaten Blora
17 Mei 2025

Kemenkum Jateng Dorong Penyempurnaan Raperda Adminduk Kota Semarang
17 Mei 2025

Pertandingan Sempat Sengit, Tim Basket SWS Kalah dari BHB
17 Mei 2025

Waspada MERS-CoV, Jamaah Haji Diimbau Hindari Kontak Langsung dengan Unta
17 Mei 2025

Kemenag Pastikan Pelaksanaan Ibadah Haji Lebih Tertib dan Akuntabel
17 Mei 2025