Tahukah Kamu? Dua Desa Ini Lenyap karena Sampah, Ratusan Nyawa Melayang 

Akibatnya, gunungan sampah setinggi 60 meter dan panjang 200 meter runtuh, menghantam dua desa, Cilimus dan Pojok, serta menewaskan 157 orang.

Sabtu, 27 Januari 2024 | 11:31 WIB - Ragam
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Semarang - Ada tragedi menyedihkan yang menyebabkan dua desa sampai lenyap diakibatkan oleh sampah. Peristiwa ini terjadi di TPA Leuwigajah

tragedi yang terjadi di TPA Leuwigajah pada 21 Februari 2005 adalah suatu peristiwa yang menyedihkan dan berdampak tragis bagi dua desa yang lenyap akibat bencana sampah. Kejadian ini mengguncang masyarakat dan menjadi momentum bersejarah yang menciptakan kesadaran akan pentingnya pengelolaan sampah yang baik di Indonesia.

BERITA TERKAIT:
Tahukah Kamu? Dua Desa Ini Lenyap karena Sampah, Ratusan Nyawa Melayang 

Pada malam itu, TPA Leuwigajah di Kota Cimahi, Jawa Barat, meledak dan longsor karena pengelolaan sampah yang tidak tepat. Sistem open dumping yang digunakan di TPA menyebabkan penumpukan sampah yang tinggi, dan hujan deras pada saat itu meningkatkan konsentrasi gas metana dalam tumpukan sampah.

Akibatnya, gunungan sampah setinggi 60 meter dan panjang 200 meter runtuh, menghantam dua desa, Cilimus dan Pojok, serta menewaskan 157 orang.

Kejadian tersebut menciptakan penderitaan yang mendalam bagi keluarga korban dan seluruh masyarakat setempat. Evakuasi selama 15 hari hanya dapat menemukan 157 jasad, sementara ratusan lainnya dianggap hilang.

TPA Leuwigajah menjadi tempat kejadian terparah kedua di dunia setelah peristiwa serupa di TPA Payatas, Filipina, pada tahun 2000.

Dampak dari tragedi ini tidak hanya terasa oleh korban langsung, tetapi juga oleh masyarakat yang selamat. Pascakejadian, TPA Leuwigajah ditutup dan tidak beroperasi lagi, menghindari potensi trauma bagi warga sekitar. Namun, ini juga membawa tantangan baru dalam pengelolaan sampah di daerah Bandung, di mana sampah berserakan di jalanan dan pemukiman, mengakibatkan Bandung dijuluki "Lautan sampah."

Para keluarga korban dan warga yang selamat dari tragedi TPA Leuwigajah menuntut ganti rugi kepada pemerintah daerah, bupati, walikota, gubernur, dan pengelola sampah TPA. Mereka menuntut ganti rugi untuk setiap jiwa yang tewas akibat longsor, serta ganti rugi materiil atas rumah dan sawah yang tertimbun longsor.

tragedi TPA Leuwigajah juga menjadi cikal bakal lahirnya Hari Peduli sampah Nasional (HPSN) pada tanggal 21 Februari, sebagai pengingat akan dampak serius yang dapat ditimbulkan oleh pengelolaan sampah yang tidak benar. 

Peringatan ini mengajak seluruh masyarakat Indonesia untuk memahami bahwa sampah bukan hanya masalah lingkungan, melainkan juga dapat menjadi ancaman nyata yang merenggut nyawa lebih dari seratus jiwa.

Data terkini mengenai jumlah sampah makanan yang dihasilkan Indonesia dapat berubah seiring waktu dan pembaruan statistik. Namun, pada tahun 2019, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Indonesia mencatat bahwa sekitar 63 juta ton sampah makanan dihasilkan setiap tahunnya. 


 

***

tags: #tpa leuwigajah #cimahi #sampah #tragedi

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI