Bisnis 'Thrifting' Sepatu Branded, Risiko Tinggi tapi Cuannya Bikin Iri

Risiko menjual barang thrifting, kata Ruly, adalah tidak bisa melihat barang yang dibeli dari penyuplai.

Sabtu, 27 Januari 2024 | 14:10 WIB - Ragam
Penulis: - . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Semarang – sepatu merupakan salah satu fashion yang memiliki banyak peminat, terlebih sepatu branded. Thrifting sepatu bermerek pun menjadi pilihan favorit bagi pecinta sepatu untuk mendapatkan barang berkualitas dengan harga murah.

Melihat peluang tersebut, Pemilik Zona Sneakers Semarang, Ruly Tri Teguh Pamungkas (30) pun membuka usaha thrifting atau jual beli sepatu branded bekas. usaha yang hanya berawal dari hobi koleksi sepatu ini ternyata bisa meraup untung lebih bagi Ruly.

BERITA TERKAIT:
Bisnis 'Thrifting' Sepatu Branded, Risiko Tinggi tapi Cuannya Bikin Iri
Outfit ke Kantor Ala Cewek Mamba, Elegan dan Fashionable

“Awalnya dari hobi (koleksi sepatu) sih. Terus waktu CFD lihat temenku yang punya usaha kaya gini. Eh ternyata sepatu bekas tu laku. Terus cari-cari info dan akhirnya nyoba buka gitu,” kata Ruly saat ditemui Kuasakata.com, Jumat (26/1/2024).

usaha yang dimulainya bersama sang istri sejak tahun 2022 itu menjual sepatu dengan jenis sepatu sneakers dan sports dari berbagai merek seperti Adidas, Nike, Fila, Air Max 97, New Balance, Vans, dan lainnya. Peminatnya dari kalangan anak muda hingga orang tua.

Risiko menjual barang thrifting, kata Ruly, adalah tidak bisa melihat barang yang dibeli dari penyuplai alias ‘membeli kucing dalam karung’. Dirinya mengaku setiap pembelian satu ball yang berisi 100 pasang sepatu terkadang ada yang kondisinya baik dan ada juga yang kurang.

Kondisi sepatu yang baik akan diletakkan di etalase, sedangkan yang kurang baik akan Ruly jual dengan harga murah atau bahkan dibagikan secara gratis. Meski begitu, ia bisa menjual 60 hingga 70 pasang sepatu branded per bulannya.

Risiko ‘membeli kucing dalam karung’ juga ditemui oleh Vera Oktarina, pemilik toko thrift sepatu Vera Second Branded di Semarang. usaha yang dijalaninya sejak tahun 2020 itu bermula saat ia membeli sepatu impor untuk anak-anaknya.

“Awalnya kan aku punya anak udah gede-gede. SMP kelas 2 aja kakinya sudah 44. Kalo untuk produk lokal (ukuran) itu kan susah nyarinya. Jadi pas pandemi itu nyoba online cari sepatu dari luar dan ternyata bagus dan anak-anak seneng,” papar Vera.

Dari situ, Vera menemui bahwa peluang menjual barang thrift bisa menjanjikan. Awalnya, Vera membuka usaha thrifting di rumahnya. Melihat peminat terus berdatangan, akhirnya ia membuka sebuah toko sendiri.

“Orang sekarang tu tidak malu memakai sepatu second. Orang kan cuma lihat, gak mungkin tanya itu beli second atau baru,” ungkap wanita usia 43 tahun itu.

Vera Second Branded menawarkan berbagai macam produk thrift, mulai sepatu formal untuk bekerja, sepatu sports dengan mayoritas merek Adidas dan Nike, bahkan tas dan jaket bermerek impor. Diketahui, Vera bisa meraup untung sekitar Rp10 juta per bulannya.

Selain risiko dari penyuplai, Vera juga mengaku sempat menghentikan pembelian sepatu ketika pemerintah mengeluarkan larangan menjual barang thrifting karena dirasa bisa mematikan UMKM lokal.

Namun, bisnis thrifting ini masih tetap ada karena masih banyaknya peminat branded dan mereka tak keberatan meski dalam kondisi bekas. Produk thrift masih digemari masyarakat lantaran bisa tetap tampil mewah dengan harga murah.

Ruly, pemilik Zona Sneakers Semarang juga mengatakan bahwa peluang thrifting sepatu masih akan tetap berjalan, bahkan lima sampai 10 tahun mendatang mengingat banyak peminat di dalamnya. 

Keduanya pun sama-sama mengatakan bahwa kunci sebagai pelaku usaha thrift adalah tetap sabar dan terus menekuninya.

Ditulis oleh wartawan magang: Maulida Najma Safitri

***

tags: #fashion #usaha #sepatu #zona sneakers #ruly tri teguh pamungkas

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI