Terancam Tenggelam, DMC Dompet Dhuafa Tinggikan Jalan Dusun Timblulsloko Demak

Dalam kesempatan yang berbeda salah seorang admin akun media sosial Timbulslokobangkit, menuturkan bahwa pada tahun 2019 merupakan abrasi terparah hingga saat ini.

Selasa, 12 Maret 2024 | 17:33 WIB - Ragam
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Demak— Disaster Management Center (DMC) Dompet Dhuafa resmikan jalan sepanjang 110 meter yang berada di Dusun Timbulsloko, Desa Timbulsloko, Kecamatan Sayung, Kabupaten Demak, Provinsi Jawa Tengah pada Minggu (10/03/2024). Jalan sepanjang 110 meter yang terletak di tengah air laut dan menjadi penghubung dusun satu-satunya itu menjadi harapan baru bagi masyarakat setempat. 

Tim DMC Dompet Dhuafa melakukan peninggian jalan agar air laut tidak menggerus dan menutup jalan. Hal itu disampaikan Ika Saragih selaku Staf Kesiapsiagaan dan Mitigasi Adaptasi Perubahan Iklim DMC Dompet Dhuafa dalam sambutannya.

BERITA TERKAIT:
Pemkab Demak Siap Salurkan BLT Petani Tembakau
Pupuk Indonesia Bersih-bersih Ponpes di Demak: Ramadan Tidak Cuma Ibadah, tapi juga Kepedulian
Atasi Permasalahan Abrasi di Morodemak, PT Siam Flotilla Persada Gandeng FPIK Undip
Puluhan Warga Botosengon Demak Lapor Polisi Usai Kena Teror Hantu, Minta Kasus Pembunuhan Segera Terungkap
Polres Demak Laksanakan Pengamanan Rapat Pleno Terbuka Rekapitulasi Suara Pilkada 2024

“Alhamdulillah sudah diselesaikan bersama warga di sini. Harapannya semoga dengan tingginya jalan itu, aktivitas bapak dan ibu untuk bekerja atau sekolah, tidak terganggu. Semoga saat musim hujan, airnya tidak menggenangi jalan jadi tidak perlu angkat (rok dan celana) ketika hendak pergi,” jelas Ika dalam keterangan resmi Dompet Dhuafa, Selasa (12/3). 

Peresmian itu juga turut dihadiri oleh perwakilan dari Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Semarang, Greenpeace, dan dari Universitas Islam Sultan Agung (UNISSULA). Pihak-pihak tersebut juga telah melakukan kontribusi besar kepada masyarakat Dusun Timbulsloko yang telah terdampak parah akibat air laut yang menenggelamkan secara perlahan rumah mereka.

Timbulsloko terdiri dari empat dukuh yakni Dukuh Karanggeneng, Dukuh Wonorejo, Dukuh Bogorame, dan Dukuh Timblulsloko. Dulu Timbulsloko sangat kaya akan segalanya, ada sawah dan tambak. Namun adanya abrasi, maka Timbulsloko menjadi seperti saat ini. 

“Timbulsloko itu mulai abrasi itu sekitar tahun 2014. Pada waktu itu awalnya tidak terasa kalau penurunan tanah itu dirasakan oleh warga. Kanan kiri (banyak) tanaman, termasuk tanaman buah-buahan seperti kelapa dan pisang juga ada. Terima kasih kepada Dompet Dhuafa yang telah datang membantu warga,” jelas Nadhiri selaku Kepala Desa Timbulsloko.

Dalam kesempatan yang berbeda salah seorang admin akun media sosial Timbulslokobangkit, menuturkan bahwa pada tahun 2019 merupakan abrasi terparah hingga saat ini. Pasalnya air sudah mulai masuk ke pekarangan rumah warga. Jalan menjadi sulit dilalui kendaraan, bahkan tidak jarang warga menitipkan kendaraannya di luar lingkungan rumah mereka. 

“Tahun 2019 hingga saat ini terparah mas. Dahulu makam itu sudah penuh dengan air laut, jembatan ini (jalan kayu terapug) ini hampir tenggelam mas. Pokoknya kalau sudah malam, air laut pasang, sudah tidak ada aktivitas apapun di sini,” ujarnya.

“Harga (beras, cabai dll) jadi mahal mas, karena aksesnya menjadi sulit,” lanjutnya.

Kemudian admin tersebut memperlihatkan beberapa foto pada sebelum tahun 2019 di mana tanah masih bisa ditapaki dan akitivtias warga sangat ramai. Senyuman warga menghiasi di setiap kegiatan yang mereka adakan.

Cukup berbanding terbalik dengan kondisi saat ini, mereka tetap senyum, dan terus bertahan menghadapi ancaman tenggelam ini. Terlihat air sudah menenggelamkan sekitar 1 – 2 meter tinggi rumah.

Sebagian masyarakat yang beruntung (memiliki finansial besar) telah berpindah ke tempat yang lebih aman, akantetapi bagi yang kurang beruntung (berada di bawah kemiskinan) terpaksa harus bertahan.

Rumah-rumah warga mulai tenggelam, warga menginisiasi dengan pembuatan alas berbahan dasar kayu, dan menjadikan rumah mereka seperti rumah apung. Akibatnya mata pencaharian warga yang semula petani, beralih menjadi pekerja pabrik, adapula yang menjadi nelayan. 

“Dahulu banyak tanam-tanaman masih hidup, namun karena tidak ada air (sekalipun ada), itu air asin, jadi sudah mati semua,” ujar Ngatemi salah satu warga.

“Dahulu tidak begini, kendaraan bisa pulang, kalau kerja, kendaraannya bisa dibawa pulang. Selang beberapa waktu ada banjir rob, tidak bisa dibawa pulang. Paling taruh di tempat parkir (komunal),” lanjutnya.

“Bisa juga naik perahu sebanyak Rp5000 trus lanjut titip motor sebesar Rp2000. Habis mas (uang) jadinya,” pungkasnya.

Dalam semangat dan rencana ke depan DMC Dompet Dhuafa, berharap mampu memberikan penguatan adaptasi kelompok masyarakat; dilakukan melalui penyesuaian tempat tinggal, penyediaan sarana air bersih, belajar lapang melalui studi banding, pemanfaatan teknologi, bantuan iklim tunai, dan alternatif ekonomi pesisir.

Kawan Baik, Dusun Timbulsloko masih membutuhkan uluran tangan kalian. Mari bersama DMC Dompet Dhuafa membangun peradaban Dusun Timbulsloko yang tangguh dan makmur jauh dari sediakala. Karena Bumi Cuma Satu, Berdaya Sekarang 

***

tags: #kabupaten demak #dompet dhuafa #sayung #banjir #jawa tengah

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI