Alasan Mengapa Belanja Secara Online Lebih Murah daripada di Toko

Eddy mengungkapkan, penjual toko offline sulit bersaing dengan penjual toko online jika biaya operasionalnya sudah tinggi. 

Jumat, 19 April 2024 | 10:43 WIB - Ekonomi
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - Berbelanja sekarang ini bisa dilakukan tidak hanya dengan mendatangi toko. Digitalisasi mengubah aktifitas berbelanja lebih mudah karena bisa dilakukan secara Online

Harga barang pun bersaing karena di toko Online bisa didapat dengan harga lebih murah. Sebuah akun X atau dulu Twitter @NdrewsTjan mencontohkan, sebuah barang dijual di toko Online seharga Rp 75.000 sampai Rp 100.000. Namun, di penjualan offline bisa dijual seharga Rp 150.000-Rp 200.000.  

BERITA TERKAIT:
Para Menteri dan Pejabat harus Hemat, Anggaran Perjalanan Dinas Dipangkas 50 Persen 
5 Aplikasi E-Grocery Populer Ini, Bikin Hidup Mama jadi Lebih Simpel!
Jadi Mama Cerdas Terapkan 5 Tips Belanja Murah dan Mudah di AlloFresh
Puan Maharani di WWF: Masyarakat Global Fokus pada Perang daripada Perubahan Iklim
Tokopedia dan Shop | Tokopedia Luncurkan 'Senin Selasa Stylish' dan Bagi Tips Pilih Baju Musim Panas

Pemilik akun itu menyarankan agar penjual offline tidak mengambil untuk terlalu tinggi.  Makanya kalau ambil profit jangan terlalu tinggi. Kita2 yg sudah sering belanja Online sudah tau perbedaan harha yg dijual antara Online dengan offline," tulisnya.

Unggahan tersebut mendapatkan respons dari sejumlah warganet lainnya yang mengaku mendapatkan pengalaman serupa.  

"Offline harga 100-120. Online gw dapet 30-40. Kwkw," balas akun ini. 

"Online tinggal klik besoknya langsung dateng depan rumah," ujar pemilik akun lain. 

Meskipun demikian, ada warganet yang menjelaskan alasan perbedaan harga antara penjual Online dan offline yang lebih mahal.  

Akun @Lisaaaaaalovee menyebutkan, penjual barang offline harus mengeluarkan biaya lebih daripada penjual Online karena untuk sewa toko, bayar listrik, perawatan, dan gaji pegawai. Hal ini berpengaruh ke harga barangnya. 

Ekonom Universitas Gajah Mada (UGM) Eddy Junarsin mengatakan, harga barang yang dijual secara offline memang lebih mahal daripada penjualan Online

Hal itu menurutnya karena biaya operasionalnya toko Online lebih rendah daripada buka toko offline.  

Selain itu, Eddy juga mengatakan, penjualan toko offline membutuhkan biaya operasional seperti biaya gaji pegawai, biaya sewa kantor atau gedung, biaya administrasi, biaya pemasaran, dan lain-lain. 

Sementara biaya tersebut tidak akan dijumpai bagi orang yang berjualan via Online. Selain biaya operasional, ia juga menyebutkan adanya biaya produksi yang naik-turun juga menyebabkan perbedaan harga barang yang dijual. 

Sedangkan penjual toko Online biasanya hanya memerlukan tenaga kerja lebih sedikit, dan biaya investasi gedung lebih rendah.  Menurutnya, pedagang tetap mencari untung dari penjualannya. 

Namun, bisnis Online tetap membutuhkan biaya operasional yang lebih rendah. Hal ini membuat harga jual barang menjadi lebih murah.

Eddy mengungkapkan, penjual toko offline sulit bersaing dengan penjual toko Online jika biaya operasionalnya sudah tinggi. 

Kondisi tersebut yang akan tetap membuat harga jual barang di toko offline harus lebih tinggi untuk mendapatkan keuntungan. Eddy juga mengungkapkan, penjualan offline akan berpotensi mengalami kerugian kalau penjual tidak mempertimbangkan harga jual barangnya. 

"Makanya bisnis klasik yang offline itu semakin keras kompetisinya," tegas dia. 

Menurut Eddy, bisnis offline yang bisa bertahan tanpa beralih ke Online hanyalah penjualan barang spesial atau mewah. 

Selain itu, penjualan lainnya bisa digantikan oleh bisnis Online. Terkait kondisi ini, ia menyarankan agar penjual barang offline perlu beralih menyediakan layanan Online. Dua layanan ini akan menjaga bisnisnya tetap bertahan. 

"Kecuali kalau yang dijual barang spesial atau mewah, bisa jualan offline murni," imbuhnya.


 

***

tags: #belanja #online

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI