Hadapi Kemarau, Kementan Siapkan Puluhan Ribu Pompa Air

"Dalam kondisi iklim yang tidak menentu saat ini, kita masih menghadapi periode El Nino. Kami berharap bahwa El Nino akan berakhir pada bulan Juli atau Agustus,"

Selasa, 11 Juni 2024 | 21:55 WIB - Ragam
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta – Menter Pertanian RI, Andi Amran Sulaiman, mengungkapkan bahwa pihaknya telah dipanggil untuk bertemu dengan Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), terkait kondisi pangan yang mengkhawatirkan. Amran menyoroti tiga bulan puncak musim kemarau yang diperkirakan terjadi pada Agustus, September, dan Oktober sebagai masa kritis untuk produksi pangan.

"Dalam kondisi iklim yang tidak menentu saat ini, kita masih menghadapi periode El Nino. Kami berharap bahwa El Nino akan berakhir pada bulan Juli atau Agustus," ujar Amran setelah pertemuan dengan Presiden di Istana Merdeka, Jakarta, pada Selasa (11/6/2024).

BERITA TERKAIT:
Dari Balaraja untuk Indonesia: Mentan Apresiasi Arie Triyono dengan Model Peternakan Terpadu dan Inti-Plasma PT LSAJ
SYL Sebut Tindakannya Menarik Uang dari Bawahan di Kementan adalah Perintah Presiden Jokowi
Hadapi Kemarau, Kementan Siapkan Puluhan Ribu Pompa Air
SYL Klaim Berkontribusi Rp2,4 Triliun per Tahun Selama Menjabat Mentan
SYL Minta Jokowi, JK, Hingga Maruf Amien Bersaksi agar Ringankan Kasusnya

El Nino diprediksi akan menyebabkan penurunan curah hujan atau masuknya musim kemarau. Saat ini, Amran mengungkapkan bahwa meskipun El Nino belum berakhir, musim kemarau telah dimulai.

"Presiden menanyakan tentang kondisi musim kemarau. Puncak kemarau diperkirakan terjadi pada bulan Agustus, September, dan Oktober. Kemudian biasanya hujan akan kembali pada bulan November. Periode tiga bulan ini sangat kritis karena terjadi selama masa El Nino," jelas Amran.

Kementerian Pertanian telah mengambil langkah-langkah solutif sejak bulan Maret untuk mengatasi kondisi El Nino dan kekeringan, antara lain dengan meningkatkan pompanisasi.

"Kami telah mengalihkan fokus anggaran sebesar Rp 7 triliun untuk membeli pompa air, yang sebelumnya dialokasikan untuk pembangunan, perjalanan dinas, dan seminar. Kami juga membatalkan anggaran untuk hal-hal yang tidak penting. Kemudian anggaran tersebut kami refokuskan untuk pembelian benih, pompa air, dan peralatan pertanian bagi petani," tambah Amran.

Selain itu, Kementerian Pertanian juga akan mengakselerasi upaya untuk meningkatkan produksi pangan petani. Dalam menghadapi musim kering yang ekstrem pada bulan Agustus, September, dan Oktober, Kementan sedang mengejar realisasi pompanisasi hingga mencapai 30%.

"Kami akan mempercepat proses tersebut. Saat ini, realisasi pompanisasi sudah mencapai sekitar 70%. Namun, masih tersisa 30% yang harus segera diselesaikan. Harapannya, jika semua pompa tersebut terpasang, akan ada sekitar 25 ribu pompa yang dapat membantu memitigasi risiko kekeringan. Kami akan segera menyelesaikan sisanya sebelum bulan Agustus, sesuai perintah dari Presiden," ungkap Amran.

Penyelesaian pompanisasi sisa 30% tersebut tersebar di beberapa wilayah seperti Pulau Jawa, Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Lampung, Sumatera Selatan, Sulawesi Selatan, Kalimantan Selatan, dan Kalimantan Tengah.

"Kami berfokus pada sentra produksi padi, yang memerlukan pasokan air sepanjang tahun, termasuk saat musim kemarau," lanjutnya.

Kementan juga akan memanfaatkan sumber air sungai yang dianggap dapat mengalirkan air sepanjang tahun, bahkan di musim kemarau, seperti Sungai Bengawan Solo, Sungai Cimanuk, dan Sungai Brantas.

"Kami akan memanfaatkan pompa air dari Sungai Bengawan Solo di Jawa Tengah sebagai solusi cepat. Dengan menggunakan pompa air tersebut, kami dapat segera melakukan penanaman. Namun, jika menggunakan metode cetak sawah, itu membutuhkan waktu antara 1 hingga 3 tahun. Sementara itu, kebutuhan akan pangan saat ini mendesak, dan negara lain juga mengalami kekurangan produksi pangan," tambah Amran.

***

tags: #menteri pertanian #kemarau #pompa air #andi amran sulaiman

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI