Tingkatkan Kesadaran akan Zoonosis, Lembaga Multisektoral di DIY Adakan Sosialisasi ke Sekolah dan Perguruan Tinggi

Fakultas Kedokteran Hewan UGM juga telah berkomitmen untuk melaksanakan kerjasama ini di lingkungan universitas.

Selasa, 02 Juli 2024 | 06:15 WIB - Kesehatan
Penulis: Wisanggeni . Editor: Wis

KUASAKATACOM, Yogyakarta- Menyusul keberhasilan peluncuran dan penerapan kurikulum zoonosis di sekolah di wilayah Jawa Barat, Kementerian Pertanian (Kementan) bekerja sama dengan Badan Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO), Balai Besar Guru Penggerak (BBGP) Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), dan Universitas Gadjah Mada (UGM), memperluas kegiatan penyadaran zoonosis kepada pelajar SD dan SMP serta mahasiswa di wilayah DIY dengan dukungan Badan Pembangunan Internasional Amerika Serikat (USAID). 

Kolaborasi multisektoral itu bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap zoonosis di tingkat pendidikan dasar dan perguruan tinggi di Daerah Istimewa Yogyakarta, sehingga menjadikan daerah tersebut lebih teredukasi dan tangguh dalam menghadapi ancaman zoonosis di masa depan.

BERITA TERKAIT:
Tingkatkan Kesadaran akan Zoonosis, Lembaga Multisektoral di DIY Adakan Sosialisasi ke Sekolah dan Perguruan Tinggi
FAO dan KKP Pulihkan Populasi Arowana yang Terancam Punah di Danau Haleung dan Melawen, Kalteng
Cegah Demam Babi Afrika, Kementan Gandeng Pemprov Kalbar dan FAO Luncurkan Program Biosekuriti
Kementan, Pemprov Sulut, dan FAO Lawan Penyakit ASF dengan Intervensi Biosekuriti bagi Peternak Babi di Sulawesi Utara
FAO dan Kementerian Pertanian Jalin Kerjasama Konservasi Keanekaragaman Tanaman 

Mengingat jumlah kasus zoonosis, khususnya rabies yang terjadi dan menyebabkan kematian mencapai 40% pada anak-anak usia dini, maka Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan menginisiasi kegiatan peningkatan kesadaran zoonosis sejak dini. Kesadaran yang berkelanjutan khususnya pada anak-anak hingga mereka dewasa, yang tidak hanya berhenti ketika kegiatan selesai, tetapi justru menimbulkan kewaspadaan secara berkelanjutan terhadap zoonosis, yang ter “frame” kuat dibenak anak-anak didik, untuk mempersiapkan awareness atau kesadaran terhadap zoonosis-zoonosis lain yang mungkin akan datang, mengingat perkembangan globalisasi sekarang ini, berpotensi masuk dan menyebarnya zoonosis dari 1 negara 1 ke negara lain dengan mudah serta munculnya penyakit infeksius baru. 

Pada kegiatan Panen Raya serta Tanam Padi dan Jagung di Kabupaten Gunung Kidul (1/7/2024) Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian RI yang diwakili oleh Direktur Pakan, Nur Saptahidayat, secara resmi menyerahkan dokumen kerjasama kegiatan penyadaran zoonosis antara Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan dengan UGM dan BBGP DIY melalui Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta.  

Nasrullah, Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementerian Pertanian dalam sambutannya, menyatakan dukungannya terhadap upaya kolaborasi pencegahan zoonosis tersebut. “Pengenalan pendidikan zoonosis ke dalam kurikulum sekolah dan perguruan tinggi merupakan langkah maju yang signifikan untuk meningkatkan kesehatan masyarakat. Penting bagi seluruh anggota masyarakat, termasuk anak-anak, untuk memiliki pengetahuan tentang ancaman penyakit zoonosis,” ucap Nasrullah dalam keterangan resminya, Senin (1/7).

Pada kesempatan yang sama, Direktur Kesehatan Masyarakat Veteriner Kementerian Pertanian, Syamsul Ma'arif, mengatakan pendidikan adalah kunci utama dalam pencegahan penularan zoonosis, dengan memberikan pengetahuan, maka kita dapat membekali mereka dengan ilmu, sehingga nantinya mampu menjadi agen perubahan di komunitas mereka. 

"Melalui kegiatan penyadaran zoonosis ini juga, anak-anak didik akan diberikan pemahaman terhadap zoonosis seperti cara menjaga hewan tetap sehat, cara mencegah penularan dan cara melindungi diri. Harapan kami, kegiatan ini dapat berjalan dengan sukses dan mendapatkan dukungan penuh dari semua pihak. Dan semoga dengan kegiatan ini, Daerah Istimewa Yogyakarta dapat menjadi contoh bagi daerah-daerah lain dalam upaya melindungi masyarakat dari penyakit zoonotik,” ungkapnya.

Sekretaris Daerah Istimewa Yogyakarta, Beny Suharsono, menyoroti pentingnya inisiatif ini, khususnya dalam mengatasi kasus zoonosis seperti antraks. Ia menyatakan perlu intervensi yang tepat sasaran seperti ini kepada masyarakat, petani, pelajar, dan seluruh lapisan masyarakat, agar kasus zoonosis di wilayah Yogyakarta dapat dicegah.

Lebih lanjut Beny juga menyampaikan antusiasnya terhadap kemitraan ini dan mengapresiasi seluruh pemangku kepentingan yang telah mewujudkan program ini.

Program di Yogyakarta ini mengadopsi pendekatan baru dan inovatif, dengan menggabungkan kegiatan kesadaran zoonosis di sekolah dasar di Kabupaten Sleman dan Gunung Kidul dengan mengintegrasikan pendidikan zoonosis ke dalam kurikulum “Merdeka Belajar”. Sebelumnya, para guru di BBGP Daerah Istimewa Yogyakarta akan diberikan edukasi mengenai pengetahuan zoonosis sehingga mereka dapat memberikan penyadaran zoonosis yang efektif dan komprehensif di sekolah.

Selain itu, Fakultas Kedokteran Hewan UGM juga telah berkomitmen untuk melaksanakan kerjasama ini di lingkungan universitas. Komitmen tersebut antara lain dengan menyelenggarakan kegiatan pengayaan dan penambahan materi pada kurikulum Merdeka Belajar Kampus Merdeka, pengabdian masyarakat, peningkatan keterlibatan mahasiswa melalui Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) dan Kuliah Kerja Nyata (KKN) tematik FKH UGM di dua wilayah di DI. Yogyakarta, yaitu Kabupaten Sleman dan Kabupaten Gunung KIdul dan khususnya terfokus pada pencegahan penyakit antraks. 

Kegiatan-kegiatan itu bertujuan untuk memajukan pengetahuan dan praktik yang akan membantu mengendalikan penyakit zoonosis di wilayah tersebut.

"Saya secara khusus ingin mengucapkan terima kasih kepada pemerintah Yogyakarta, BBGP, dan UGM atas kemitraan kita dalam mewujudkan pencapaian penting ini. Kami juga terus berterima kasih kepada Menteri Pertanian atas kepemimpinannya yang luar biasa, yang tanpanya, intervensi kesadaran zoonosis ini tidak akan terwujud. Jadi, kita tidak akan meninggalkan siapa pun dalam upaya pembangunan untuk menjaga kesehatan manusia, hewan, dan lingkungan,” ujar Rajendra Aryal, Perwakilan FAO untuk Indonesia dan Timor-Leste.

***

tags: #fao #universitas gadjah mada #daerah istimewa yogyakarta #rabies #zoonosis

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI