Pengakuan Calon Dokter Spesialis: Dipalak Ratusan Juta untuk Tiket Pesawat Senior dan Pesta

"Untuk welcoming party residen, bisa menghabiskan Rp 30-80 juta yang akan ditanggung residen baru yang bersangkutan, biasanya 2 sampai 4 orang," tutur G. 

Selasa, 20 Agustus 2024 | 10:41 WIB - Ragam
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Jakarta - Kasus bunuh diri mahasiswi Program Pendidikan dokter Spesialis (PPDS) Universitas Diponegoro (UNDIP) bernama Aulia Risma Lestari mengungkap ngerinya bullying di institusi pendidikan dokter. Setelahnya muncul banyak pengakuan para residen atau calon dokter spesialis yang mengalami bullying dari seniornya. 

Kesaksian (G), salah satu residen (calon dokter spesialis) di sebuah perguruan tinggi luar pulau Jawa menunjukkan sulitnya membebaskan PPDS dari tradisi perundungan yang sudah mengakar sejak bertahun-tahun lalu. Bagaimana tidak, baru masuk saja, G sudah harus mengeluarkan puluhan juta rupiah hanya untuk hiburan seperti pesta kedatangan residen baru.

BERITA TERKAIT:
Unwahas Semarang Ambil Sumpah Delapan Dokter Baru
Korban Dugaan Pelecehan Seksual oleh Oknum Dokter di Kota Malang Bertambah
Polisi Dalami Kasus Dugaan Penganiayaan ART di Pulogadung
Dokter Residen FK Unpad Ditahan Terkait Dugaan Pemerkosaan di RSHS Bandung
Rumah Sakit Harapan Sehat Jatibarang Brebes Sudah Bisa Layani Pasien BPJS

Acara semacam ini bukan malah menguntungkan para junior, tetapi sebaliknya. 

"Untuk welcoming party residen, bisa menghabiskan Rp 30-80 juta yang akan ditanggung residen baru yang bersangkutan, biasanya 2 sampai 4 orang," tutur G. 

Tidak ada yang berani menolak. Para residen mengamini permintaan tersebut dengan harapan pendidikan alias PPDS mereka tidak terganggu. Tidak heran uang yang dikeluarkan relatif besar. Para junior wajib mengikuti keinginan senior soal venue agenda, catering makanan, kebutuhan entertaint lain meliputi band, singer, sound system, cetak undangan, hingga banner.

"Untuk pemilihan venue welcoming party juga harus disurvey dan kami membuat list berisikan foto tempat, perbandingan harga, dan lain-lain," cerita dia.

"Kalau welcoming party-nya di akhir tahun, maka sekaligus bersama Natal dan itu biayanya lebih besar lagi karena mengundang seluruh anggota kolegium atau dokter spesialis yang ada di provinsi tersebut, dan ada acara tukar kado juga. Kado itu juga biasanya junior yang membelikan juga dan tidak diganti," tuturnya.

Biaya fantastis selama menjalani PPDS diakui G juga kerap dikeluarkan untuk kebutuhan 'rumah tangga'. Istilah yang disematkan bagi keperluan bersama, maupun pribadi para PPDS selama proses pendidikan. Sayangnya, lagi-lagi, kebanyakan hanya menguntungkan senior.

Selama enam bulan penuh, akumulasi biaya yang dikeluarkan satu junior tidak main-main, bisa mencapai seratusan juta rupiah.

"Ini mencakup pengeluaran departemen, seperti membeli aqua dus, aqua galon, kopi dan teh berbagai merek, bola kamper kamar mandi, alat kebersihan, bohlam, ratusan plastik tupperware dengan berbagai ukuran, dan lain-lain. Ini akan dipakai bersama, tetapi memang kebanyakan dinikmati konsulen dan senior."

"Akumulasi ratusan juta hanya untuk 6 bulan. Jadi kami stres juga, ini juga termasuk biaya memesankan tiket pesawat, pendaftaran seminar, hingga oleh-oleh dan keperluan entertain konsulen selama seminar di luar kota," lanjutnya.

Hal ini jelas berdampak pada kondisi finansial G. Meski merasa beruntung orangtua masih menyanggupi biaya pendidikan residen, di suatu waktu uang semester sempat nyaris tidak terbayar.

"Hampir nggak bisa lanjut kuliah," tuturnya.

***

tags: #dokter #bunuh diri #bullying #ppds #residen

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI