Bank Dunia: Harga Beras di Indonesia Lebih Mahal dari Pasar Global

Bahkan saat ini harga beras dalam negeri konsisten tertinggi di kawasan ASEAN.

Minggu, 22 September 2024 | 10:46 WIB - Ekonomi
Penulis: Issatul Haniah . Editor: Kuaka

KUASAKATACOM, Nusa Dua - Pada Indonesia International Rice Conference (IIRC), Perwakilan Bank Dunia Carolyn Turk menyatakan bahwa harga beras di Indonesia lebih mahal 20 persen dibanding harga di pasar global. 

Bahkan saat ini harga beras dalam negeri konsisten tertinggi di kawasan ASEAN.

BERITA TERKAIT:
Mendagri: Harga Beras Jelang Pilkada Stabil
Jelang Natal-Tahun Baru, Kemendag Jaga Stabilitas Harga
Enam Jam Tangan Stylish dengan Harga 500 Ribu hingga Dua Juta
Harga Bawang di Pasar Johar Baru Naik, Pedagang Mengeluh Sepinya Pembeli
Kenaikan Harga Daging Ayam di Pasar Johar Semarang Menjadi Fenomena Musiman yang Tak TerhindarkanĀ 

Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timor-Leste ini juga menilai tingginya harga beras ini terjadi karena beberapa hal, seperti kebijakan pemerintah terkait pembatasan impor dan kenaikan biaya produksi hingga pengetatan tata niaga melalui non tarif.

"Kebijakan yang mendistorsi harga ini menaikkan harga produk dan mengurangi daya saing pertanian,” ucap Carolyn dalam Indonesia International Rice Conference (IIRC) 2024 di Bali Nusa Dua Convention Center (BNDCC), Nusa Dua, Bali, Jumat (20/9/2024).

Meski begitu, ia menyoroti tingginya harga beras dalam negeri tak sebanding dengan pendapatan petani lokal. Merangkum dari hasil Survei Pertanian Terpadu, Badan Pusat Statistik (BPS), pendapatan rata-rata petani kecil kurang dari 1 dollar AS atau Rp 15.199 per hari. Sementara, pendapatan petani per tahun hanya mencapai 341 dollar AS atau Rp 5,2 juta.

Survei ini juga menyoroti pendapatan petani tanaman pangan khususnya beras jauh lebih rendah dibandingkan dengan tanaman perkebunan atau pertanian hortikultura. 

"Jadi petani mendapat keuntungan rendah, padahal di lain sisi konsumen membayar harga beras dengan harga tinggi," jelas Carolyn. Lebih lanjut, tingginya beras dalam negeri ini memiliki dampak lebih serius bagi masyarakat luas.

Bank Dunia mencatat, saat ini hanya 31 persen penduduk Indonesia yang mampu mendapatkan makanan sehat lantaran sulit membeli makanan bergizi seperti daging, telur, ikan dan sayuran. 

"harga beras yang tinggi semakin mempersulit konsumen miskin di Indonesia untuk membeli makanan bergizi," ucap Carolyn. 

Untuk itu dia menyebutkan, kenaikan harga beras seharusnya menjadi perhatian seluruh pemangku kepentingan. Pasalnya Indonesia sendiri memiliki ambisi untuk menjadi negara maju pada tahun 2045.

Menurut Carolyn, langkah awal yang perlu diambil adalah memastikan keterjangkauan harga pangan khususnya beras sebagai salah satu sumber gizi bagi pembentukan sumber daya manusia (SDM).
 

***

tags: #harga #bank dunia #beras

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI