Penguatan Ekosistem Halal untuk Masa Depan Ekonomi dan Keuangan Syariah
Perkembangan industri halal kita masih tumbuh secara sektoral dan belum terintegrasi.
Senin, 07 Oktober 2024 | 05:05 WIB - Didaktika
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, Jakarta- Universitas Paramadina bekerja sama dengan INDEF dan UIN Jakarta menggelar diskusi bertema Penguatan Ekosistem Halal untuk Masa Depan Ekonomi dan Keuangan Syariah. Diskusi yang diadakan secara daring itu menyoroti pentingnya kolaborasi negara-negara OKI dalam membangun ekosistem ekonomi syariah.
Abdul Hakam Naja, Ekonom INDEF, menekankan bahwa pembangunan ekonomi syariah harus dilakukan secara kolektif oleh negara-negara OKI.
BERITA TERKAIT:
Penguatan Ekosistem Halal untuk Masa Depan Ekonomi dan Keuangan Syariah
Tiga Sektor Ini Tunjang Pertumbuhan Industri Halal Indonesia, Apa Saja?
Mahyeldi Tegaskan Komitmen Sumbar Jadi Provinsi Halal Terdepan
Sinergi Industri Halal Jadi Pembahasan dalam Pertemuan Menag dan Dubes Saudi
Juleha di Jateng Jadi Bagian dari Proses Produksi Industri Halal
"Ekosistem ekonomi syariah seharusnya dibangun secara kolektif oleh minimal 57 negara OKI. Indonesia perlu bersinergi, minimal dengan Brunei dan Malaysia, agar tidak terjebak dalam middle income trap," ungkapnya.
Ia menambahkan bahwa Indonesia perlu fokus pada empat sektor utama yaitu keuangan syariah, makanan halal, pariwisata halal, dan fashion halal. "Fashion halal bisa menjadi pemantik kebangkitan industri tekstil kita yang saat ini menghadapi deindustrialisasi," jelas Hakam.
Mohammad Nabil Almunawar, pengajar UBD School of Business and Economic Universitas Brunei Darussalam, memaparkan bahwa pasar halal global terus berkembang, dengan estimasi nilai mencapai USD 619,47 miliar pada 2029. "Pangan halal merupakan segmen terbesar, dan kesadaran masyarakat akan produk halal terus meningkat," ujarnya.
Ia juga menekankan pentingnya memastikan rantai pasok halal yang terintegrasi untuk menjaga kehalalan produk dari hulu hingga ke konsumen.
Dr. Handi Risza, Wakil Rektor Universitas Paramadina dan Wakil Kepala Center for Sharia Economic Development INDEF, mengungkapkan bahwa meskipun Indonesia merupakan negara dengan populasi muslim terbesar, ekosistem halal masih belum terintegrasi dengan kuat.
"Perkembangan industri halal kita masih tumbuh secara sektoral dan belum terintegrasi. Untuk membangun ekosistem halal yang komprehensif, diperlukan kebijakan yang lebih mendukung, termasuk regulasi yang memperkuat sinergi antara keuangan syariah dan sektor industri halal lainnya," ujarnya.
Handi juga menambahkan bahwa pemerintah perlu memberikan perhatian lebih terhadap sektor ini. "UU No. 59/2024 tentang RPJMN sudah memasukkan penguatan ekonomi syariah, dan regulasi payung seperti omnibus law untuk ekonomi dan keuangan syariah perlu didorong agar industri halal di Indonesia bisa berkembang lebih cepat," pungkasnya.
Diskusi ini diharapkan dapat mendorong Indonesia untuk memperkuat ekosistem halal sebagai bagian dari strategi pertumbuhan ekonomi nasional dan global.
***tags: #industri halal #universitas paramadina #ekonomi syariah #indef #oki
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

DPRD Kota Semarang Dorong Perda Pesantren untuk Penguatan Moral Generasi Muda
12 Juli 2025

Rektor UPGRIS: Tata Ruang IsiuKrusial Tapi Belum Prioritas Nasional
11 Juli 2025

LKPP-Kemenkop Bersinergi Dorong Koperasi Merah Putih Jadi Pilar Ekonomi
11 Juli 2025

Pemkot Semarang Siap Hidupkan Kembali Waroeng Semawis
11 Juli 2025

DPRD Soroti Kinerja Driver usai Kecelakaan Maut Trans Semarang di Klipang
11 Juli 2025

Penonton Film "GJLS: Ibuku Ibu-Ibu" Capai Lebih dari 621 Ribu
11 Juli 2025

Tim PkM USM Ajak Gen Z Kelola Keungan secara Baik
11 Juli 2025

BMKG Prakirakan Wilayah Jakarta Berawan pada Jumat
11 Juli 2025