Dihargai Murah, Jadi Penyebab Peternak Sapi di Sejumlah Daerah Buang Susu Hasil Produksi
"Ini menjadi tantangan besar yang harus kita hadapi. Oleh karena itu, kami akan melakukan peninjauan terkait masalah ini, termasuk regulasi yang ada,"
Selasa, 12 November 2024 | 08:58 WIB - Ekonomi
Penulis:
. Editor: Kuaka
KUASAKATACOM, Jakarta – Menteri Koperasi dan UKM, Budi Arie Setiadi, mengungkapkan bahwa banyak peternak sapi perah di Boyolali dan Pasuruan yang terpaksa membuang susu hasil produksi mereka akibat anjloknya harga susu segar saat ini.
Menurut data dari pemerintah Indonesia, konsumsi susu nasional pada tahun 2022 tercatat sebesar 4,4 juta ton, dan pada 2023 naik menjadi 4,6 juta ton. Sementara itu, data dari USDA (2023) menunjukkan angka konsumsi yang sedikit berbeda, yakni 4,44 juta ton pada 2022 dan 3,7 juta ton pada 2023.
BERITA TERKAIT:
IWAPI Boyolali Salurkan MBG untuk 502 Pelajar di Kota Susu
Bulan Dana PMI Boyolali 2024 Capai Rp 1,44 Miliar
Satresnarkoba Polres Boyolali Tangkap Dua Pengedar Sabu
Pemka Boyolali Gelar Konsultasi Publik RKPD Tahun 2026
Puluhan Guru SMK di Boyolali Ikuti Pelatihan untuk Tingkatkan Kualitas Pendidik
Budi Arie juga menjelaskan bahwa negara dengan impor susu terbesar ke Indonesia adalah Selandia Baru, yang memproduksi susu sebanyak 21,3 juta ton. Sementara itu, produksi susu sapi dalam negeri hanya mencapai 837.223 ton, atau sekitar 20 persen dari total kebutuhan, dengan sisanya dipasok melalui impor, yang mencakup 80 persen.
Di sisi lain, Selandia Baru dan Australia memanfaatkan fasilitas Perjanjian Perdagangan Bebas dengan Indonesia, yang menghapuskan bea masuk produk susu. Hal ini menyebabkan harga produk susu mereka sekitar 5 persen lebih murah dibandingkan dengan produk susu dari negara pengekspor global lainnya.
"Ini menjadi tantangan besar yang harus kita hadapi. Oleh karena itu, kami akan melakukan peninjauan terkait masalah ini, termasuk regulasi yang ada," ujar Budi Arie di Jakarta, pada Senin (11/11/2024).
Selain itu, Budi Arie juga menyebutkan bahwa kondisi ini semakin diperburuk oleh kebijakan Industri Pengolahan Susu (IPS) yang lebih memilih untuk mengimpor susu bubuk (skim). Hal ini berdampak pada penurunan harga susu segar di dalam negeri, yang saat ini hanya dihargai sekitar Rp7.000 per liter, padahal harga idealnya adalah Rp9.000 per liter.
Sebagai langkah responsif, Kementerian Koperasi telah menyiapkan beberapa langkah strategis untuk mendukung industri susu segar nasional, terutama terkait pembinaan koperasi yang bergerak dalam produksi dan perdagangan susu. "Langkah pertama adalah menjalin kerja sama dengan berbagai kementerian terkait, seperti Kementerian Perdagangan, Kementerian Perindustrian, Kementerian Pertanian, dan Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM)," jelas Budi Arie.
***tags: #boyolali #sapi #peternak #menteri koperasi dan ukm #budi arie setiadi
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Indonesia Terima 100 Ton Kurma dari Saudi, Warganet:Baru Tau, Terus Kurmanya Kemana?
19 Februari 2025

Pria Lansia di Brebes Jadi Tersangka Kasus Pencabulan Anak
19 Februari 2025

Warak Ngendog Menghilang, Pemkot Semarang Tak Serius Gelar Acara Dugder Jelang Ramadan
19 Februari 2025

Tim Gabungan Polda Jateng Gelar Ramp Check untuk Persiapan Mudik Lebaran
19 Februari 2025

Kemenkum Jateng Gelar Rapat Bahas Fidusia
19 Februari 2025

Kasus Pembunuhan di Semarang: Suami Korban Geram, Pelaku Diduga Anak Sendiri
19 Februari 2025

Ribuan Jamaah Hadiri MAN 1 Kota Semarang Bersholawat
19 Februari 2025

Perpisahan PJ Gubernur Jateng, Nana Beri PR Kepada Luthfi dan Gus Yasin
19 Februari 2025

Fariz RM Ditangkap Terkait Narkoba, Polisi Amankan Sabu dan Ganja
19 Februari 2025