PB IDI Kecam Pemukulan Dokter di Papua oleh Pejabat Setempat
PB IDI berharap kejadian penganiayaan yang dialami oleh dr Yordan ini menjadi kasus terakhir yang diharapkan tidak terulang lagi.
Kamis, 14 November 2024 | 19:45 WIB - Kesehatan
Penulis:
. Editor: Wis
KUASAKATACOM, Jakarta- Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengecam tindakan kekerasan yang dialami oleh dr Yordan Sumomba yang bertugas di RSUD Lukas Enembe, Kobakma, Kabupaten Mamberamo Tengah, Papua Pegunungan.
Disampaikan oleh Ketua Umum PB IDI, DR Dr Moh. Adib Khumaidi, SpOT, pihaknya telah berkoordinasi dengan IDI Cabang Jayawijaya terkait dengan penganiayaan yang dialami oleh dr Yordan. PB IDI juga meminta aparat kepolisian dan aparat penegak hukum untuk melakukan penindakan keras dan melakukan proses hukum terhadap pelaku sesuai dengan ketentuan hukum yang ada.
BERITA TERKAIT:
PB IDI Kecam Pemukulan Dokter di Papua oleh Pejabat Setempat
Respon IDI soal Balita di Surabaya Dicekoki Obat Penggemuk oleh Pengasuh: Itu Obat Keras
Pelantikan Pengurus IDI Wilayah Jateng 2024-2027, Djoko Handojo Sebut Dokter Miliki Inovasi, Hingga Terobosan untuk Masyarakat
IDI Siagakan Dokter untuk Penanganan Korban Bencana Erupsi Gunung Marapi di Sumbar
HUT Ke-78 RI, PB IDI Kenang Peran Para Dokter Dalam Sejarah Kemerdekaan Indonesia
“Kami ingin agar seluruh sejawat dokter dan tenaga kesehatan yang berada di Mamberamo Tengah, serta di seluruh wilayah Papua mendapatkan jaminan keamanan, keselamatan, kenyamanan dalam melakukan pelayanan kesehatan untuk masyarakat di wilayah tersebut. PB IDI juga mengapresiasi darma bakti yang sudah dilakukan oleh para sejawat dokter di wilayah Papua, khususnya di wilayah Papua Pegunungan, di IDI Cabang Jayawijaya dengan seluruh anggotanya yang saat ini berjumlah 118 orang yang tersebar di 7 kabupaten di wilayah Papua Pegunungan,” tegas dr Adib, Kamis (14/11).
Berdasarkan laporan kronologis dari IDI cabang Jayawijaya, pada hari Selasa tanggal 5 November 2024 sekitar pukul 13.35 WIT terduga pelaku masuk ke ruangan apotek RSUD Lukas Enembe dan berteriak “We kam Kasi sa obat paracetamol ka kalian tidak tau kah saya ini siapa? Saya ini Asisten 3”.
Lalu terduga pelaku masuk ke ruangan korban (dokter) mengambil kursi dan melempar korban, namun tidak mengenai korban kemudian pelaku mengambil kayu balok 5x5 dan memukul ke arah muka dan punggung korban. Sehingga ada pasien yang sedang berobat langsung melerai terduga pelaku namun pasien tersebut juga dipukul oleh terduga pelaku, setelah itu terduga pelaku keluar dan melakukan pengrusakan terhadap pembatas ruangan yang terbuat dari kayu dan terduga Pelaku mengambil batu lalu melempar kaca jendela RSUD Lukas Enembe.
“Setelah itu, terduga pelaku langsung keluar dari RSUD Lukas Enembe dan pergi. Akibat dari kejadian tersebut korban mengalami luka patah tulang di bagian pipi kanan, hidung, dan sejumlah bagian wajah, serta luka memar parah di punggung. Namun karena luka yang dialami oleh korban cukup parah, maka korban saat ini dievakuasi dan dirawat di Rumah Sakit Wahidin Sudirohusodo Makassar,” ujarnya.
PB IDI berharap kejadian penganiayaan yang dialami oleh dr Yordan ini menjadi kasus terakhir yang diharapkan tidak terulang lagi. Jaminan keamanan, keselamatan jaminan insentif kesehatan para dokter dan dokter spesialis yang mengabdikan dirinya di wilayah Papua ini semestinya juga menjadi perhatian bagi Presiden Republik Indonesia, Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Kesehatan, Kementerian PAN-ERB, Kemenko PMK, dan pemerintah daerah.
“Permasalahan di wilayah Papua bukan hanya geografis saja, tetapi juga ada masalah keamanan, kesenjangan ekonomi, dan juga ada permasalahan yang berkaitan dengan kekurangan obat, alat kesehatan, infrastruktur yang memerlukan upaya kolaborasi dan sinergi Bersama,” terang dia.
Disampaikan oleh Ketua IDI Cabang Jayawijaya, dr Lorina, saat ini dr Yordan termasuk salah satu dokter kontrak yang sudah ingin mengabdikan dirinya secraa penuh untuk wilayah Papua. Dr Lorina berharap kasus kekerasan terhadap para dokter di wilayah Papua menjadi perhatian khusus pemerintah sehingga lebih banyak dokter yang mau mengabdikan diri di Papua.
Disampaikan oleh dr Lorina, para dokter umum dan spesialis di wilayah Papua seringkali mengalami situasi konflik yang mengakibatkan kekerasan fisik dan verbal. “Jumlah dokter umum dan spesialis yang mau bertugas di wilayah Papua dan Papua Pegunungan semakin sedikit dari tahun ke tahun karena konflik dan tidak adanya jaminan keamanan dan keselamatan ini. Apalagi insentif yang diterima tidak sebanding dengan tingginya biaya hidup di Papua terutama di wilayah Pegunungan,” kata Dr Lorina.
***tags: #ikatan dokter indonesia #kekerasan #papua pegunungan #pb idi #patah tulang
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI
KAI Semarang Gelar Lomba Burung Kicau di Museum Ambarawa, Wujud Pelestarian Fauna dan Wisata
08 Desember 2024
KPU Dan BPJS Ketenagakerjaan Magelang Kunjungi Anggota KPPS Salaman Yang Alami Kecelakaan Kerja
08 Desember 2024
Tutup Akhir Tahun, Cilacap Fashion Trend dan Ekraf Kuliner Festival Berlangsung Meriah
08 Desember 2024
Lewat Fun Run, Pemprov Jateng Gencarkan Sosialisasi Pemberantasan Rokok Ilegal
08 Desember 2024
FKPSS Gelar Festival Rampak Silat Kebhinekaan Sragen, Angkat Sosok Jaka Tingkir
08 Desember 2024
Aneka Kuliner Khas Blora Disajikan Pada Gala Dinner ILUSA
08 Desember 2024
Masih Masif Ditemukan, Gilo-Gilo Khas Semarang Sudah Ada Sejak 1950-an
08 Desember 2024
Musim Tanam Padi, Distanpangan Kabupaten Magelang Antisipasi Hama Wereng
08 Desember 2024
Occasus Team dari Udinus Semarang Promosikan Pariwisata Pantai Tirang di CFD
08 Desember 2024
Tour De Borobudur Sajikan Rute Menantang Kawasan Bukit Menoreh
08 Desember 2024