Curie: Hanya Enam Hari di RS, Melody Meninggal karena Gagal Ginjal Akut
Melody sempat dipasangi carteter, seperti saran dokter. Namun setelah dipasang ternyata air seni Melody tidak keluar sama sekali.
Jumat, 21 Oktober 2022 | 15:12 WIB - Nestapa
Penulis:
. Editor: Wis
CURIE Mamonto Loho, orang tua dari Cyrene Melody Mamonto (2 tahun 7 bulan) atau akrab disapa Melody, seorang bocah yang videonya viral beberapa waktu terakhir, menceritakan kronologis anaknya mengidap gagal ginjal akut dalam akun media sosialnya.
Dalam akunnya Curie Mamonto Loho bercerita awal mula anaknya dari mulai demam sampai bocah cantik tersebut didiagnosa mengalami gagal ginjal akut pada anak.
BERITA TERKAIT:
Viral Pedagang Ayam Didemo karena Jual Terlalu Murah
Aksi Remaja Disabilitas Ini Viral! Bantu Buka Jalan untuk Ambulans di Tengah Kemacetan
Viral Boneka Labubu, Siapa Sosok Penciptanya?
Demak Heboh! Beredar Video Mesum Pelajar di Ruang Kelas, Ditonton Sembilan Teman
Masriwati ASN Bekasi yang Ngamuk ke Tetangga Kristen, Punya Harta Fantastis Rp8,7 M
Curie mengatakan pada Selasa tanggal 19 Juli 2022, Melody mulai demam. "Dan di tanggal 19 dan 20 itu kami konsultasi ke dokter, konsultasi via wa. Karena kami memiliki dokter keluarga, dari situ dianjurkan untuk minum paracetamol," katanya.
"Kami membeli paracetamol itu di apotek, untuk pembelian itu tidak ada resep dokter karena paracetamol di jual bebas. Yang kami beli adalah paracetamol sirup untuk merk-nya lupa," lanjut Curie.
Melody, ujar Curie, kemudian meminum obat itu. Satu jam setelah diminum, anaknya itu kembali demam lagi. "Jadi sempat turun, tapi kemudian demam lagi. Tanggal 21 Juli saya menghubungi dokter, dan disarankan untuk meminumkannya tiap empat jam atau mungkin disebut diminumkan secara ekstra," ucapnya.
Ia mengungkapkan saat diminumkan secara ekstra ternyata demam yang dialami Melody tetap sama. "Jadi setelah minum demamnya turun, namun selang satu jam kembali demam lagi. Kemudian kami konsultasi ke dokter keluarga kembali, dan disarankan untuk diberikan tambahan antibiotik yang diminum tiap pagi dan malam hari," jelasnya.
"Saat diminumi antibiotik itu Melody masih dalam keadaan demam, jadi Jumat, Sabtu dan Minggu, Melody tetap demam walaupun sudah pakai antibiotik," sambungnya.
Setelah meminum antibiotik selama tiga hari, ujar Curie, demam Melody turun. "Jadi pada hari Senin (25/7), dia tidak ada demam. Jadi antibiotik dan paracetamol-nya dihentikan, karena pada hari itu tidak ada demam," kata Curie.
Hari itu, Melody sudah mulai main seperti biasanya namun malas makan dan dikulitnya timbul merah-merah dikulitnya. "Selasa (26/7) subuh, sekitar jam 2-3 pagi, Melody peluk saya. Saat itu kaki dan tangan Melody mulai dingin, saat itu saya berpikir Melody mulai demam lagi," katanya.
Karena Melody demam lagi, sehingga keluarga kembali meminumkan paracetamol lagi. "Demamnya sempat turun lagi, namun jam 7-8 Melody bangunnya sempat terlambat. Biasanya dia bangun sendiri, pada hari itu dia harus dibangunkan. Hari itu Melody demam kembali, dan malas makan," ucap Curie.
Melihat hal itu, Curie dan suaminya kemudian memutuskan membawa Melody ke UGD rumah sakit yang ada di kotanya tinggal.
"Melody sempat diambil sampel darahnya, kami pikir jangan-jangan dia mengalami demam berdarah atau malaria. Dan hasil dari cek darahnya keluar tidak lama, saat itu sel darah putihnya sekitar 11ribuan dan ada gejala paratiroid. Tapi baru gejala, dokter mengatakan itu ngga apa-apa tidak terlalu berbahaya jadi kami agak tenang. Karena tidak apa-apa, oleh dokter Melody diperbolehkan pulang. Tapi kami berpikir supaya aman, kami memutuskan menginap untuk observasinya Melody," bebernya.
Pihak rumah sakit mengatakan Melody bisa dirawat di rumah sakit, tapi harus diinfus karena nafsu makannya menurun. "Tanggal 26-27 Juli Melody diinfus dan diberikan obat oral anti mual dan antibiotik, Melody sempat demam lagi. Karena demam lagi antibiotik yang sebelumnya oral diganti antibiotik infus, itu mulai hari Rabu," kata Curie.
Setalah, itu Melody mulai sering mutah dan pada hari Kamis semua obat oral diganti menjadi obat injeksi. "Infus Melody dilepas karena kedua tangan Melody membengkak, Kamis malam dan Jumat pagi Melody tidak kencing sama sekali. Waktu dokter membolehkan Melody makan es krim, dokter tidak tahu kalau Melody belum kencing sama sekali," katanya.
Saat itu, imbuh Curie, infus Melody sudah dilepas namun anaknya itu sudah tidak mau turun jalan dan hanya mau dipangku saja dan sudah malas untuk berbicara. "Tapi dia masih berbicara cuma agak malas, itu ada divideo siaran langsung saya di bulan Juli dan bisa dicek FB saya. Saya pikir itu, dia pasti sehat. Saat itu kalau ditanya es krim dia jawab yes, namun kalau bubur tidak mau," ucap Curie.
Curie menambahkan hari Kamis dan Jumat, Melody sudah tidak kencing. Saat itu sudah disampaikan ke dokter, dan dokter menyarankan agar perut Melody dikompres menggunakan air hangat dan dingin bergantian tiap 15 menit.
"Dan tetap saja kencingnya tidak keluar, dokter pun menyarankan di hari Jumat untuk ambil sampel darah Melody untuk diperiksa ginjalnya. Selasa-Rabu masih bagus kencingnya, di Kamis itu kami ngga tahu dan di Jumat itu yang sama ngga sekali kencing," sambungnya.
"Malamnya saya tanya hasil labnya, menurut orang lab hasil darah lengkap Melody bagus. Tapi, untuk ginjal karena darahnya sisa sedikit jadi mereka tidak bisa memeriksanya. Cuma mereka akan coba mengekstraknya akan mengecek ginjal Melody," bebernya.
Curie mengatakan malam itu juga hasil ekstraknya sudah keluar dan urine creatinine-nya sudah tinggi, namun hasil lab tersebut menurut petugasnya akan coba diulang lagi dengan mengambil sampel darah Melody lagi.
Melody sempat dipasangi carteter, seperti saran dokter. Namun setelah dipasang ternyata air seni Melody tidak keluar sama sekali. "Dari situ, kami coba telpon dokter. Melihat kondisi itu, dokter meminta Melody dirujuk ke rumah sakit lain yang memiliki dokter anak spesialis ginjal yakni RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado," tandasnya.
Dirujuk ke RSUP Kandou
Tanggal 30 Juli, Melody mulai dirawat di UGD RSUP Kandou. "Di UGD Melody sempat diambil darah lagi, untuk diperiksa urine creatinine dan diambil foto bagian paru-paru. Hasil foto paru-paru dan bagian dalam bagus. Meski sudah dipasangi carteter tapi tetap juga kosong ngga ada kencing, kantung kemih kosong. Hasil urine creatinine-nya sudah tiga angka yang seharrus 50, tapi kini urine creatinine Melody diangka 182 itu sudah tinggi dan Melody gagal ginjal akut," jelas Curie.
Pihak rumah sakit, sambung Curie menyarankan Melody untuk cuci darah. "Saya sebagai orang tua oke untuk kebaikan Melody, namun tak lama dokter yang memeriksa Melody kembali dan minta maaf karena Melody tidak bisa cuci darah karena berat badannya belum 25 kg. Alat cuci darah minimal 25 kg, dan berat Melody saat itu sudah 16,5 Kg," kata Curie.
Pada Minggu (31/10) pukul 03.00, Melody mulai kejang. "Setelah itu, dia lebih aktif dan mulai mencabut selang-selang makanan. Menurut mereka (perawat) Melody sudah mulai berhalusinasi. Ketika kami melihatnya seperti itu, sangat-sangat menyakitkan bagi kami," ingatnya.
Curie menambahkan makin lama kesadaran Melody makin turun, dan mulai lama mengedipkan matanya. Jadi matanya kayak sudah terbuka terus, sehingga dokter menawarkan untuk dipasang ventilator. "Dan mereka akan melakukan tindakan lain, karena mereka pikir kondisinya Melody makin turun. Namun karena dokter menerangkan ada resikonya tindakan itu, maka suami menandatangani bahwa kami tidak akan memakai ventilator atau memakai alat bantu lain agar Melody bertahan hidup," katanya.
Minggu pagi sekitar pukul 07.48, Melody akhirnya meninggal dunia. "Jadi Melody hanya empat hari di rumah sakit awal dan dua hari di rumah sakit rujukan. Hanya enam hari di rumah sakit dan kemudian Melody pulang kepada Bapa di Surga," pungkasnya.
***tags: #viral #paracetamol #obat sirup #melody #bocah perempuan
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI
35 Kontingen Sudah Hadir di Solo Raya, Siap Bertanding untuk Peparnas XVII
05 Oktober 2024
Musim Hujan Tiba, Warga Muktiharjo Kidul Percaya Iswar Mampu Mengatasi Banjir
05 Oktober 2024
Bapenda Jateng Tingkatkan Realisasi Pajak Lewat Program Sengkuyung
05 Oktober 2024
Jual Anak Kandung Rp15 Juta, Seorang Pria Ditangkap Polisi
05 Oktober 2024
Hendi Tanggapi Jateng Jadi Wilayah PHK Terbanyak Sepanjang Tahun 2024
05 Oktober 2024
Kalah Elektabilitas, Paslon Andika-Hendi Tetap Optimis Pertahankan Kandang Banteng
05 Oktober 2024
Gunung Semeru Kembali Erupsi, Tinggi Letusan Mencapai 500 Meter
05 Oktober 2024
Sukabumi Dilanda 24 Kejadian Bencana selama September 2024
05 Oktober 2024
Kapolri Pastikan Selalu Bersinergi dengan TNI dalam Setiap Tugas
05 Oktober 2024
Dirjen Imigrasi Apresiasi Layanan Paspor Simpatik Spektakuler Kemenkumham Jateng
05 Oktober 2024
Tambah Satu Lagi, Jumlah Korban Pencabulan terhadap Santriwati di Bekasi Jadi Lima Orang
05 Oktober 2024