Tiga Strategi Kampus Harus Segera Berubah dan Melek Teknologi guna Hadapi Disrupsi
Rhenald Kasali menyoroti bahwa perguruan tinggi belum sepenuhnya memberikan pemahaman yang memadai kepada mahasiswa mengenai digital.
Sabtu, 02 September 2023 | 15:53 WIB - Trik
Penulis:
. Editor: Fauzi
KETIKA menghadapi tantangan dan kesulitan, semua orang ingin melakukan perubahan. Tak terkecuali kampus dan dunia pendidikan tinggi yang kini sedang menghadapi era disrupsi. Kampus kini digempur oleh perkembangan teknologi yang sangat cepat, dan tak sedikit lulusan sarjana yang kesulitan memperoleh pekerjaan.
Menghadapi fenomena tersebut, Prof. Rhenald Kasali selaku pakar dan pendiri Rumah Perubahan menekankan bahwa kampus idealnya melakukan perubahan sesegera mungkin. Utamanya ketika kampus ada dalam posisi mapan, punya uang, dan belum menghadapi puncak dari tantangan disrupsi. Karena untuk melakukan perubahan, membutuhkan uang dan tenaga yang tidak ringan.
BERITA TERKAIT:
Heboh! Berbuat Mesum di Kamar Masjid, Sepasang Mahasiswa Unand Padang Digrebek Warga
PPG UPGRIS Optimalkan Capaian Kelulusan
Mahasiswa KKN Unnes Gelar Aksi Peduli Wisata Sungai Poitan Klaten
Siswa SMAN 1 Maos Cilacap Juarai Creative Movement yang Diadakan UNP
Himpunan Mahasiswa Bahasa Jawa UPGRIS Gelar Worksop Mengenal dan Teknik Memainkan Wayang
"Sayangnya, pada saat kita (perguruan tinggi) punya banyak resources (sumber daya), banyak yang tidak punya keinginan melakukan perubahan. Tapi saat anda tidak punya resources, semua orang bilang saatnya berubah, padahal sudah tidak ada energi. Inilah contoh kampus yang tidak lama lagi akan terdisrupsi, mana mau mahasiswa mendaftar," ungkap Rhenald Kasali dalam keterangan tertulis, Jumat (1/9/2023) usai Executive Forum PT Sentra Vidya Utama (SEVIMA).
Bertempat di Rumah Perubahan Jakarta Escape, Executive Forum SEVIMA menghadirkan ratusan rektor, pejabat, serta pakar pendidikan. Diantaranya Prof. Rhenald Kasali (Pendiri Rumah Perubahan), Mahir Bayasut (Ketua Forum CSR Nasional & Ketua Kedaireka Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi), Akhwanul Akhmal (Ketua Umum Perkumpulan Politeknik Swasta se-Indonesia), Laksamana Madya Purn Agus Setiadji (Ketua STIE Bisnis Indonesia & Mantan Sekjen Kementerian Pertahanan), dan masih banyak lagi.
Ratusan pakar pendidikan tersebut merumuskan langkah-langkah konkrit melakukan perubahan kampus agar tidak ketinggalan teknologi dan lulusannya tetap siap menghadapi tantangan dunia pekerjaan di masa yang akan datang. Berikut tiga strategi yang dirumuskan Executive Forum SEVIMA:
1. Lakukan Transformasi Berbasis OBE Sesegera Mungkin
Kampus di Indonesia dalam pandangan Rhenald Kasali, kini telah mengenal baik pendekatan Outcome Based Education (OBE). Pendekatan ini menekankan bahwa ilmu dan pendidikan di kampus harus melampaui sekadar hafalan. Tetapi juga harus mampu diaplikasikan dan dipraktikkan dalam menciptakan sesuatu yang baru.
Perkenalan terhadap OBE, menurut Rhenald Kasali seharusnya bukanlah hal baru. Karena sejak tahun 1930 konsep OBE mulai diperbincangkan. Sehingga sudah menjadi sebuah keharusan bagi kampus untuk segera melakukan transformasi. Jangan sampai menurutnya orang Indonesia sudah memiliki ilmu dan kemampuan untuk melakukan perubahan, namun kekurangan rasa percaya diri, sehingga membuat para dosen lebih banyak menjadi konsumen ilmu daripada pencipta.
"Aspek yang perlu diangkat di Indonesia adalah kepercayaan diri atau "confidence". Percaya diri, mau dan mampu berubah! Selama ini, karena kita tidak punya confidence maka kita hanya jadi pembeli dan pengikut," ucap Rhenald Kasali.
2. Lakukan Transformasi Secara Gotong Royong
Transformasi tidak bisa dilakukan seorang diri. Rhenald Kasali mengungkapkan bahwa perubahan membutuhkan dukungan semua pihak, baik dari institusi pendidikan, tenaga pendidik, mahasiswa, dunia industri, pemerintah, maupun masyarakat luas. Karena menurutnya pendidikan bukan hanya tentang penyerapan informasi, melainkan juga tentang memberdayakan individu untuk menjadi pencipta, inovator, dan pemimpin dalam menciptakan ilmu yang bermanfaat bagi perkembangan bangsa dan dunia.
Hal ini juga senada dengan paparan Himmatul Aliyah selaku Anggota DPR-RI Komisi Pendidikan, dan Mahir Bayasut selaku Ketua PMO Kedaireka Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Menurut keduanya, supply (penawaran) dan demand (permintaan) pendidikan tinggi dan dunia usaha belum terjalin dengan maksimal.
"Oleh karenanya Kedaireka sebagai program Kementerian Pendidikan, mempertemukan dunia industri dan dunia pendidikan. Kedaireka menjadi biro jodoh, dan memberi intensif berupa matching fund (dana hibah), serta forum-forum pertemuan antara dunia industri dan dunia pendidikan. Sehingga kampus bisa bergotong royong mengerjakan penelitian dan bisnis," ungkap Mahir Bayasut.
3. Mutlak Harus Memanfaatkan Teknologi
Tips yang terakhir dari Executive Forum SEVIMA, menekankan betapa pentingnya pemanfaatan teknologi untuk merubah kualitas pendidikan tinggi ke arah yang lebih baik. Sugianto Halim, M.M.T. selaku CEO dan Founder SEVIMA, menjelaskan bahwa kehadiran sistem akademik terintegrasi "SEVIMA Platform" dapat menjadi pintu masuk bagi dunia pendidikan tinggi dalam memanfaatkan transformasi digital di dunia pendidikan.
Executive Forum SEVIMA pada kali ini juga secara langsung meluncurkan Modul OBE, untuk memfasilitasi keharusan kampus memanfaatkan teknologi secara mudah, terdigitalisasi, dan terintegrasi. Terlebih, pengguna SEVIMA Platform sudah lebih dari 950 kampus se-Indonesia dengan total 3 juta mahasiswa dan dosen di dalamnya.
"Modul OBE dalam SEVIMA Platform memberikan profil yang lebih lengkap dan mendalam, yang mencakup hard skills dan soft skills. Ini memberikan peluang bagi lulusan untuk menonjolkan keahlian khusus yang dimiliki, sehingga lebih mudah menarik perhatian perusahaan," ucapnya.
Rhenald Kasali juga menyoroti bahwa perguruan tinggi belum sepenuhnya memberikan pemahaman yang memadai kepada mahasiswa mengenai digital. Analogi yang ia gunakan menggambarkan teknologi sebagai "Kotak Pandora", yang belum pernah dibuka dan perlu segera dibuka oleh banyak dosen dan perguruan tinggi.
"Anak-anak saat ini tidak tahu ketika masuk ke rimba digital mereka akan bertemu apa? Ini PR besar kita ketika kita mau menjelaskan disrupsi pertama kali harus menjelaskan pada mahasiswa apa yang akan ditemui ketika mereka masuk ke rimba belantara digital. Sejak dalam kampus perlu diberikan pemahaman mendalam tentang dunia digital secara keseluruhan, harus melek teknologi!," pungkas Rhenald Kasali.
***tags: #mahasiswa #digital #rhenald kasali
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Pinjol Meresahkan, Masyarakat Diminta Perhatikan Perjanjian
11 Desember 2023

Aksi Dukun Pengganda Uang Tipu Warga Yogyakarta: Bisa Ambil Uang dari Bank Gaib Dewi Lanjar
11 Desember 2023

Begal Payudara Meresahkan di Demak, Kini Diselidiki Polisi
11 Desember 2023

Benjamin Netanyahu Peringatkan Hamas untuk Menyerah: Jangan Mati Demi Sinwar!
11 Desember 2023

Tiket Kereta Nataru di KAI Daop 4 Semarang Baru Terjual 15 Persen
11 Desember 2023

Leon Dozan Bebas, Rinoa Aurora Senduk Perlihatkan Ekspresi Tak Nyaman saat Dirangkul
11 Desember 2023

Tingkatkan Perekonomian Daerah, Pemprov Jateng Dukung Raperda Tata Kelola BUMD
11 Desember 2023

Besok, Dinkes Kota Semarang Bakal Terima 1.000 Vial Vaksin Covid
11 Desember 2023

WNA Jepang Ditemukan Meninggal di Hotel Kawasan Jaksel, Polisi Lakukan Penyelidikan
11 Desember 2023

Pengendara Motor dari Kendal Tewas Terlindas Truk di Jembatan Irigasi Mangkang Semarang
11 Desember 2023

Tim Bidkum Polda Metro Jaya Siap Hadapi Gugatan Praperadilan Firli Bahuri
11 Desember 2023