Nitisemito, Raja Kretek 'Tjap Bal Tiga' dari Kudus
Nitisemito dinilai sebagai simbol pengusaha bumiputra yang sukses di masa Hindia Belanda. Ia berhasil menjadi pengusaha rokok terbesar sebelum Peran Dunia II. Saking terkenalnya, Ratu Belanda Wilhelmina memberi julukan Nitisemito sebagai 'De Kretek Konnin
Sabtu, 15 Februari 2025 | 10:19 WIB - Kisah
Penulis:
. Editor: Rahardian
Sejak dahulu, kota Kudus memang sudah dikenal dengan industri Rokok Kretek di Indonesia. Salah satu merek Rokok Kretek terkenal dan legendaris yang pernah lahir dari kota ini yakni Rokok Kretek tjap Bal Tiga yang diproduksi oleh pabrik rokok Bal Tiga milik Nitisemito di Kudus, Jawa Tengah. Dalam sejarah bisnis rokok, Nitisemito dinilai sebagai simbol pengusaha bumiputra yang sukses di masa Hindia Belanda. Ia berhasil menjadi pengusaha rokok terbesar sebelum Peran Dunia II. Saking terkenalnya, Ratu Belanda Wilhelmina memberi julukan Nitisemito sebagai 'De Kretek Konning atau raja kretek.
Nitisemito terlahir dengan nama asli Roesdi dari pasangan suami/istri, Haji Soelaiman yang berprofesi sebagai lurah di desa Janggalan, Kudus dan Markanah.Perubahan namanya dari Roesdi menjadi Nitisemito dilakukan pada usia 17 tahun.
BERITA TERKAIT:
Polda Jateng Cek Produsen di Kudus Terkait Minyakita Disunat
Minyakita 'Disunat' di Kudus, Polda Jateng Sita Produk Tak Sesuai Takaran
Nitisemito, Raja Kretek 'Tjap Bal Tiga' dari Kudus
Sekda Kudus Serahkan Hadiah Utama Mobil Listrik di Undian Tabungan Bima Bank Jateng
Pondok Tahfidz Yanbu’ul Qur’an Menawan Kudus Bekali Santri Wawasan Kebangsaan
Saat kecil, Nitisemito digambarkan sebagai anak yang pemberani dan menolak permintaan ayahnya untuk bersekolah. Nitisemito lebih memilih menjadi pedagang ketimbang mengikuti jejak ayahnya sebagai lurah. Pada umur 17 tahun, ia memutuskan untuk merantau ke Malang, Jawa Timur, sebagai buruh jahit dan sukses menjadi pengusaha konveksi. Walaupun sukses menjadi pengusaha konveksi, Nitisemito saat itu merasa persaingan bisnis konveksi sangat tinggi, sehingga dia memutuskan untuk kembali ke Kudus.
Kembali ke Kudus, Nitisemito sempat menekuni bisnis minyak kelapa dan berdagang kerbau, namun gagal dan dia banting setir menjadi pengusaha dokar. Selain menjadi kusir, Nitisemito juga menyewakan beberapa dokarnya dan membuka warung untuk berjualan batik Solo, kopi, dan tembakau, di pangkalan dokarnya.
Awal mula membangun usaha Rokok Kretek, Nitisemito yang gemar merokok melihat peluang dari berjualan Rokok Kretek. Kemudian, ia bertemu dengan Nasilah, seorang perempuan pembuat rokok klobot. Di sisi lain, Nasilah merupakan pemilik warung tembakau di Kudus, yang sering dijadikan tempat singgah oleh kusir-kusir tembakau seperti Nitisemito. Awalnya Nasilah merasa risih sebab banyak orang yang sering nginang dan dubangnya mengotori warungnya. Lalu, ia pun meracik rokok dengan campuran cengkih yang dibalut dengan daun jagung kering, klobot, yang diikat dengan benang. Rokok racikannya ternyata banyak disuka, terutama oleh para kusir dokar yang sering mangkal di warungnya. Selama menjadi kusir dokar, Nitisemito adalah orang yang paling sering mampir di warung tembakau Nasilah dibanding kusir dokar lainnya.
Pada tahun 1894 Nitisemito menikahi Nasilah. Dari hasil pernikahannya dengan Nasilah, Nitisemito dikaruniai tiga anak perempuan, yakni Hasanah (meninggal saat kecil), Nahari, dan Nafiah. Nitisemito bersama istrinya, Nasilah, kemudian sukses mengembangkan usaha bisnis lintingan tembakau dan cengkih. Selain itu, dari pernikahan dua pengusaha tembakau inilah perdagangan kretek berawal. Perpaduan antara racikan tembakau yang dilakukan Nasilah, serta Nitisemito yang memegang kendali perusahaan, menjadikan usaha mereka berdua berkembang sangat pesat.
Karena menginginkan anak laki-laki, Nitisemito kemudian kembali menikah dengan Sawirah dan memiliki seorang anak bernama Soemadji. Setelah dewasa, Soemardji menikahi Siti Chasinah, anak perempuan dari pengusaha kretek terbesar kedua asal Kudus bernama H. Muslich, pada tahun 1935. Nitisemito juga disebut memiliki dua istri lain yakni Ngalimah di Salatiga dan Rebi Tijem di Purwodadi.
Anak perempuannya, Nahari Nitisemito menikahi Markoem dan memiliki seorang putra bernama Akhwan. Setelah suaminya meninggal, Nahari kembali menikah dengan Oemar Said. Sementara itu, Nafiah Nitisemito menikah dengan M. Karmain, orang kepercayaan Nitisemito dan memiliki hubungan keluarga dengan H Jamhari, orang pertama yang disebut-sebut mencampurkan kretek dengan tembakau hingga melahirkan Rokok Kretek.
Setelah mendirikan pabrik rokok, Nitisemito memberi merek rokoknya dengan nama yang aneh-aneh seperti Tjap Kodok Mangan Ulo (artinya Kodok Makan Ular), Tjap Soempil, dan berganti nama lagi menjadi Tjap Djeroek. Baru pada tahun 1905, Nitisemito memberi logo bulatan tiga tanpa nama. Para pembeli rokok kreteknya kemudian menyebut dengan berbagai nama seperti Tjap Boelatan Tiga, Tjap Boendar Tiga, Tjap Bola Tiga, dan Tjap Bal Tiga, hingga akhirnya Nitisemito memilih nama Tjap Bal Tiga. Merek Tjap Bal Tiga resmi digunakan pada tahun 1906 dan dipatenkan pada pemerintah Hindia Belanda tahun 1908.
Pada tahun 1916, saat usia Nitisemito menginjak 53 tahun, usahanya semakin meningkat. Namun, puncak kejayaannya dia raih mulai tahun 1918, saat dia mendirikan pabrik rokok di Desa Jati, seluas 6 hektare dan puncak kejayaan pabrik rokoknya terjadi pada tahun 1934.
Ketika itu, perusahaan Rokok Kretek Nitisemito menjadi salah satu pabrik rokok terbesar di Indonesia. Dia harus bersaing dengan beberapa pabrik Rokok Kretek lain di Kudus seperti Tjap Goenoeng Kedoe (1910) milik M. Atmowidjojo, Tjap Trio milik Tjoa Khang Hay (1912), Tjap Djangkar milik H. Ali Asikin (1918), Tjap Delima milik HM. Ashadi (1918), Tjap Teboe & Tjengkeh milik HM Muslich/mertua anak Nitisemito (1919), Tjap Garbis & Manggis milik M Sirin Atmo (1922), Tjap Nojorono milik Koo Djee Siang (1932), Tjap Djambu Bol milik HA Ma'ruf (1937), Tjap Sukun milik MC Wartono (1949), dan Djap Djarum milik Oei Wie Gwan (1951). Saat ini dari seluruh merek rokok tersebut, hanya tersisa tiga yang masih eksis hingga sekarang, yakni Djarum, Nojorono, dan Sukun.
Untuk urusan perbukuan, Nitisemito mempekerjakan seorang Belanda ahli perbukuan. Produk rokok Nitisemito tersebar luas di kota-kota seperti Jawa, Sumatra, Sulawesi, Kalimantan, hingga ke negeri Belanda. Bahkan, bungkus rokok Tjap Bal Tiga dicetak Nitisemito di Jepang dengan huruf dan logo timbul di kertas untuk mencegah pemalsuan.
Nitisemito dengan rokok pabrik kreteknya Tjap Bal Tiga pada saat itu juga telah menggunakan cara-cara promosi yang modern, seperti menyebarkan brosur melalui pesawat Fokker F-200, radio RVK yang dimilikinya, klub sepakbola, sandiwara keliling, dan membagi-bagikan hadiah mulai dari gelas, cangkir, arloji, jam tembok, dan sepeda, dengan diberi logo Tjap Bal Tiga dan nama Nitisemito. Hadiah-hadiah itu didatangkan langsung dari Jepang. Sistem pembukuan dengan akuntansi modern juga diterapkan dengan ditemukannya tiga buku, yakni Journal Keuangan Nitisemito, Laporan Pemasukan dari Abon Industri Rokok Tjap Tiga Bal Nitisemito dan Laporan Abon dari Industri Rokok Tjap Bal Tiga Nitisemito yang ditulis pada September hingga Oktober 1941.
Setelah mencapai puncak kejayaannya tahun 1934, secara perlahan pabrik rokok Tjap Tiga Bal mulai mengalami kemunduran sekitar tahun 1939 akibat pecahnya Perang Dunia II (1939-1949). Faktor lainnya disebut konflik keluarga. Anak Nitisemito, yakni Soemadji, yang digadang-gadang ayahnya menjadi penerus, lebih aktif di Masyumi daripada mengurus bisnis ayahnya tersebut. Padahal, setelah lulus sekolah, Soemadji diminta sang ayah untuk magang di pabrik mendampingi kakak iparnya, M Karmain, yang saat itu memimpin perusahaan.
Sementara itu, cucunya Nitisemito, yakni Akhwan Markoem, yang bertaut dua tahun dari usia Soemadji, juga diharapkan oleh ibunya, Nahari (anak Nitisemito), dapat menggantikan M Karmain untuk memimpin perusahaan. Alasan Nahari, karena Akhwan Markoem baru saja menamatkan pendidikannya di Handelschool Semarang. Nitisemito awalnya ragu terhadap Akhawan karena usianya baru 20 tahun, tetapi permintaan Nahari juga didukung oleh istrinya, Nasilah. Sang istri mendukung karena menilai keberhasilan pabrik rokok Tjap Tiga Bal berkat usaha dari keluarga Nasilah.
Pada tahun 1936, terjadi perubahan struktur pemimpin perusahaan Rokok Kretek Tjap Tiga Bal. Akhwan Markoem menjadi pimpinan perusahaan, M Karmain yang semula memimpin pabrik berubah posisinya menjadi Verkoop-organisatie atau bagian penjualan, dan Soemadji ditempatkan sebagai kasir/bagian keuangan.
Akhwan kemudian merekrut akuntan Belanda bernama HJ Voren dan Poolman, seorang mantan pegawai pajak, untuk mengurus keuangan. Tetapi, HJ Voren dan Poolman justru memberikan peluang pemerintah Hindia Belanda bahwa Nitisemito dan pabriknya menunggak pajak dengan adanya bukti tunggakan sebesar 160 ribu gulden sesuai Blasting Ordonantie 1932.
Akibatnya, rumah dan mobil disita oleh Pemerintah Hindia Belanda. Akhwan menuding M Karmain sebagai pelaku sehingga Karmain dijebloskan ke Penjara Sukamiskin, Bandung. Namun selang enam bulan kemudian Karmain dibebaskan karena tidak menemukan bukti.
Kemudian, saat Jepang datang ke Indonesia dan berbuat represif, kondisi ini turut membuat pabrik Rokok Kretek Nitisemito mengalami kesulitan. Ekonomi yang sulit, baik domestik maupun global, pada saat itu membuat pabrik rokok sulit berkembang. Pemerintah Jepang meminta agar Nitisemito membuka kembali pabriknya tahun 1944-1945 dan usaha Nitisemito membuka pabrik rokoknya lagi tahun 1947, menemui kebuntuan.
Beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 7 Maret 1953, Nitisemito pun meninggal dan dimakamkan di Krapyak, Kudus. pada tahun 1962, Pihak keluarga mencoba menghidupkan kembali pabrik Rokok Kretek Tjap Tiga Bal, tetapi hanya bertahan setahun. Soemadji sebagai pewaris juga tidak berniat menghidupkan kembali pabrik warisan ayahnya tersebut.
tags: #kudus #nitisemito #rokok kretek
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Gubernur Jateng Minta Pertamina Selesaikan Aduan Soal BBM Tercampur Air
17 Maret 2025

Rapat Konsinyering RUU TNI di Hotel Fairmont Tuai Sorotan
17 Maret 2025

Angin Puting Beliung Terjang Dua Desa di Indramayu, Ratusan Rumah Rusak
17 Maret 2025

Jateng Siap Sambut Kedatangan Pemudik, Ahmad Luthfi Siapkan Langkah Cepat
17 Maret 2025

Kemensos Salurkan Bantuan untuk Warga Terdampak Banjir di Sumedang
17 Maret 2025

Ledakkan Petasan di JIExpo, Sejumlah Remaja Diamankan Polisi
17 Maret 2025

Gunung Semeru Kembali Erupsi dengan Tinggi Letusan Mencapai 1.000 Meter
17 Maret 2025