karena kamu adalah keindahan yang telah dijanjikan tuhan di masa silamku, ketika tertidur di rahim ibu...
Oleh Elbara Lazuardi*
aku mencinta sebagai cara merayakan dan menghormati hidupku: kamu.
Kamis, 11 Maret 2021 | 09:19 WIB - Surat
Penulis:
. Editor: Kuaka
PAGI INI, ketika duduk di teras belakang rumah, dan selarik angin dingin mengantarkan kapas randu ke mataku, aku ingat kamu. aku yakin, di sana, kau masih terlelap, dimesrai mimpi, yang tadi malam kukirimkan untuk menjagamu. aku tahu, kantuk mencintaimu lebih daripada orang lain. karena itu, tiap malam, kuciptakan mimpi, dan menginsepsimu dengan kisah riang, yang sepanjang siang kerap kita percakapkan.
tapi pagi ini aku tak ingin menaja mimpi. seiring pedar kopi yang menari di pangkal lidahku, aku ingat pertanyaan berulangmu, ''Mas, mengapa engkau mencintaiku?" dan engkau selalu tertawa, ketika kujawab dengan hal yang sama, ''entahlah. rasa itu datang begitu saja. aku tak memiliki alasan, dalih, nubuat, hal apa pun untuk dapat menjelaskannya padamu. aku cuma tahu bahwa aku mencintaimu, tanpa karena dan sebab..."
BERITA TERKAIT:
Praktisi Grafologi Ini Baca Tulisan Tangan Mahasiswi UNNES Korban Bunuh Diri: Sedang Berada di Fase Depresi
Mahasiswi PTS di Semarang Ditemukan Tewas di Kamar Kos Bulusan Selatan
Elon Musk Surati Mark Zuckerberg Usai Threads Dirilis, Ini Isinya
Perempuan yang Ditemukan Meninggal di Gerbang SD Kutoharjo Kendal Tinggalkan Surat, Begini Isinya
Surati Bupati, Warga Suku Baduy Minta Pemutusan Jaringan Internet di Wilayahnya
dan pagi ini, dari seorang teman, aku menemukan isyarat alam, yang barangkali senyawa dengan situasi yang kurasakan: ya, kapas randu itu.
cintaku sayang, barangkali bekerja dengan cara yang sama seperti pohon randu yang berbuah itu. lihatlah, di musim penghujan ini, ketika tunas daun mulai meremaja, buahnya justru telah matang diperam usia.
randu itu sayangku, berbuah bukan karena musim, atau menghitung jumlah kasur yang harus berganti kapuk. dia berbuah bukan untuk menyenangkan penanamnya, atau aku, yang selalu terkagum melihat kapas putih itu dipermainkan angin, dan kadang menangkapnya dengan dua jari, lalu meniupnya lagi. randu itu juga tak memekarkan buahnya karena aku menyukai suara kertapannya, di senyap malam atau di rindang subuh. dia berbuah saja, entah itu akan dipetik, menua-mengapas di dahan, atau jatuh dan menghumus di tanah.
dia berbuah karena itu siklus hidupnya, setelah akar mendapat hak dari tanah, batang menerima makan, ranting dan daun berkecukupan menerima asupan makanan. randu itu sayang, berbuah sebagai kegembiraan, sebagai tanda ia menikmati kehidupan.
dia berbuah karena itu cara dia hidup. tak ada alasan, meski kita bisa mencari dan menjelaskan sebab dan karena.
dan begitulah juga aku ketika mencintaimu.
cintaku sayang, adalah eksternalisasi dari proses alamiah tubuh dan pikiranku yang selama ini diasuh kehidupanku: kamu. aku mencinta sebagai cara merayakan dan menghormati hidupku: kamu.
ya, kamu.
lalu, kamu yang selalu mencari alasan, dan menghamba pada rasionalitas, akan mengejarku dengan perangkap tanya, ''apakah proses itu akan terus berlangsung ketika kehidupanmu, akumu ini Mas, tak lagi indah?"
ahh, andai randu itu bisa bicara, tentu kapas yang tadi menyentuh pipiku akan kukirimkan padamu, untuk menjelaskan bahwa bukan keindahan dan kecantikanmu itu yang memenjaraku.
keindahan dan kecantikan itu sayang, tidak pernah mengabdi pada sesuatu, atau melekati sesuatu dengan sempurna. keindahan yang menghamba pada benda tak akan baqa. dia terjerat waktu, terpenjara mata. keindahan adalah sesaat yang abadi, momen yang terlahir terus dalam proses diri. keindahan melampaui waktu, ketika kejap estetis itu disimpan di batang khayal, sebagai memori yang dapat diputar-ulang. dan kelak, jejak indah itulah yang akan bekerja sebagai energi untuk mengulang-abadi.
jadi sayang, kelak kau dan aku akan menua, renta, dan berkeriput. tapi kau tetap akan indah, karena seluruh tubuh kita adalah jejak cinta yang akan memutar abadi semesta.
aku mencintai sayang, karena bagiku kamu adalah keindahan yang telah dijanjikan tuhan di masa silamku, ketika tertidur di rahim ibu.
aku mencintaimu karena kau adalah kado dari tuhan, cara dan takdirku untuk menjalani kehidupan. aku mencintaimu, seperti November yang telah memuliakan kehidupan ayah-ibumu, dengan kelahiranmu...
***tags: #surat #kata baik #surat cinta #cinta #kisah
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Ada Pendaki Tak Terdata, Kepala SAR Padang Sebut Korban Erupsi Gunung Marapi Mungkin Bertambah
06 Desember 2023

PLN IP Semarang PGU Terus Lakukan Mitigasi untuk Hadapi Land Subsidence di Pesisir Utara Jawa
06 Desember 2023

Korban Erupsi Gunung Marapi yang Teridentifikasi Kini Ada 22 Orang, Ini Daftarnya
06 Desember 2023

Mengukir Kecantikan Ala Dermatologis: 8 Tips Merawat Kulit Saat Liburan
06 Desember 2023

Mentan Amran Dorong Petani Lakukan Tanam Culik, Apa Itu?
06 Desember 2023

Kemensos Gelontorkan Dana Bantuan Sosial Rp5,8 T untuk Jateng
06 Desember 2023

Mengulik Sejarah Tragedi Pesawat Dakota VT-CLA, Refleksi Perjuangan TNI AU
06 Desember 2023

Update Korban Erupsi Gunung Marapi: 23 Pendaki Dinyatakan Tewas, 1 Orang dalam Pencarian
06 Desember 2023

Nana Sudjana: 29 Desa di Jateng Jadi Percontohan Desa Anti Korupsi
06 Desember 2023

Markas Polsek Candisari Semarang Resmi Pindah, dari Jl Wahidin ke Sriwijaya
06 Desember 2023

Mengenal Adi Soemarmo, Sang Perintis AURI dan Pendiri Sekolah Radio Telegrafis Udara
06 Desember 2023