Mengenal Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer, Kekejaman Feodalisme Pada Zaman Itu

Alasan Gadis Pantai mau dipinang oleh Bendoro adalah desakan dari keluarga.

Senin, 09 Oktober 2023 | 15:21 WIB - Kisah
Penulis: - . Editor: Fauzi

Pramoedya Ananta Toer atau lebih dikenal dengan Pram adalah salah satu pengarang yang produktif dalam sejarah sastra Indonesia. Pram telah menerbitkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan ke dalam lebih dari 42 bahasa asing. Salah satu karyanya adalah Gadis Pantai.

Seperti karya Pram lainnya, Gadis Pantai ini juga terselip kisah sejarah. Selain itu terdapat kisah feodalisme, patriarki, dan ketidakadilan sosial di dalamnya. 

BERITA TERKAIT:
Mengenal Gadis Pantai Karya Pramoedya Ananta Toer, Kekejaman Feodalisme Pada Zaman Itu

Diketahui Gadis Pantai adalah novel yang diangkat dari kenyataan dan pengalaman keluarga pengarang sendiri yakni nenek Pram.

“hasil imajinasi saya pribadi tentang nenek saya dari pihak ibu, nenek yang mandiri dan yang saya cintai," tulis Pramoedya dalam catatan penyunting tahun 1987.

Roman sejarah Gadis Pantai yang diterbitkan pada 1962 ini sebenarnya merupakan sekuel pertama dari rangkaian Trilogi Gadis Pantai. Sedangkan sekuel kedua dan ketiga telah habis terbakar oleh pemerintah orde baru.

Buku ini menjadi bukti kebutaan, dan ketidaktahuan akan literasi pada masa itu. 

Gadis Pantai ini pun menjadi karya yang sangat fenomenal lantaran bahasanya yang lebih mudah dimengerti dari pada karya Pram Bumi Manusia.

Roman Gadis Pantai menusuk feodalisme Jawa yang tak memiliki adab dan kemanusiaan. Pram menunjukkan kembali akan diskriminasi akibat kesenjangan kelas sosial antara masyarakat biasa dengan priyayi. 

 

Gadis Pantai mengisahkan tentang perjalanan hidup seorang gadis berumur 14 tahun yang berasal dari sebuah kampung nelayan di Kabupaten Rembang, Jawa Tengah yang dikawinkan dengan priyayi dari kota, Bendoro. 

Saat Gadis Pantai dipaksa dinikahkan dengan Bendoro, ia hanya dinikahkan dengan sebilah keris karena Bendoro berhalangan hadir.

Setelah Gadis Pantai menikah, dirinya disebut dengan Mas Nganten. Ini adalah sebutan bagi seorang perempuan yang menjadi ‘pemuas kebutuhan’ priyayi sampai priyayi tersebut menikah dengan orang yang sederajat dengannya.

“Seorang Bendoro dengan istri orang kebanyakan tidaklah dianggap sudah beristri, sekalipun beranak selusin,” Gadis Pantai: 80.

Alasan Gadis Pantai mau dipinang oleh Bendoro dan masuk ke kediamannya adalah desakan dari keluarga karena keluarganya akan dipandang hormat oleh masyarakat lantaran Gadis Pantai diberi status sosial dan dinaikkan derajatnya.

Namun setelah melahirkan seorang anak perempuan, Bendoro meninggalkan dan menceraikan Gadis Pantai. Ia ingin membawa bayinya pulang ke kampung halaman, tetapi direbut paksa oleh Bendoro. 

Roman ini berhenti pada akhir yang menjelaskan bahwa dalam pernikahan hanya untuk kesenangan para penguasa saja.

“Nasib kitalah memang, Nak. Nasib kita. Seganas-ganas laut, dia lebih pemurah dari hati priyayi,” Gadis Pantai: 266.

Berita ini ditulis oleh wartawan magang: Maulida Najma Safitri

***

tags: #gadis pantai #pramoedya ananta toer

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI