Kisah Nyai Brintik, Murid Sunan Kalijaga yang Jadi Legenda Kampung Gunung Brintik Kota Semarang

Sosok Nyai Brintik digambarkan sering memakai kebaya lorek-lorek, jarik berwarna putih, dan berambut brintik atau kriting yang terurai sepunggung.

Sabtu, 30 Desember 2023 | 12:26 WIB - Kisah
Penulis: - . Editor: Muyassaroh

Asal usul suatu tempat biasanya mempunyai kaitan erat dengan nama seseorang atau leluhur yang dipercaya sebagai orang yang pertama kali mendiami wilayah tersebut. Seperti halnya perkampungan Gunung Brintik di Kota Semarang yang tak lepas dari sosok Nyai Brintik.

Kampung yang terletak di Randusari, Semarang Selatan, Kota Semarang ini, berkaitan dengan sosok Nyai Brintik. Dahulu Nyai Brintik pernah menjadi penguasa selama bertahun-tahun di kerajaan Bergota yang masuk ke dalam wilayah Gunung Brintik dan merupakan daerah dataran tinggi. 

BERITA TERKAIT:
Mitos-mitos Gunung Brintik Bergota Semarang, Ada Angsa Emas Peliharaan Mbah Nyai Brintik
Kisah Nyai Brintik, Murid Sunan Kalijaga yang Jadi Legenda Kampung Gunung Brintik Kota Semarang

Berdasarkan keterangan juru kunci makam Nyai Brintik, Ari Kumalasari (46) tahun, daerah Gunung Brintik dulunya merupakan kawasan yang banyak ditumbuhi alang-alang dan masih berbentuk alas yang sangat luas. Ari sendiri merupakan generasi ketiga pewaris juru kunci makam tersebut yang sebelumnya dijaga oleh kakek dan ibunya.

"Iya disini dulu Gunung Brintik, kata ibu saya dulu masih alang-alang. Dahulu, penduduk pertama kampung sini itu kakek saya," ujarnya kepada tim KUASAKATACOM belum lama ini.

"Yang saya tahu, daerah sini sudah kaya alas begitu," tambahnya.

Sosok Nyai Brintik digambarkan sering memakai kebaya lorek-lorek, jarik berwarna putih, dan berambut brintik atau kriting yang terurai sepunggung. Ia dikenal memiliki kekuatan yang tidak terkalahkan.

Selain itu, ia mempunyai kemampuan khusus yaitu mampu mengambil barang tanpa diketahui oleh sang pemilik. Akibatnya, ia memiliki citra buruk di masyarakat Kota Semarang kala itu.

 

Pernah suatu hari, Kerajaan Demak memiliki hajatan jamasan pusaka. Kabar itu terdengar sampai telinga Nyai Brintik, maka ia pun langsung pergi ke Demak untuk mengambil salah satu pusaka keramat kerajaan.

Selepas itu, ia kembali ke daerah kekuasaannya di Semenanjung Tirang atau dikenal dengan Bergota. Tidak berselang lama pihak kerajaan Demak menyadari bahwa ada salah satu pusakanya yang hilang. 

Berdasarkan hasil penyelidikan telik sandi kerajaan, pencuri pusaka kerajaan mengarah kepada Nyai Brintik. Mengatahui hal tersebut, kerajaan langsung mengirim prajurit ke kerajaan Nyai Brintik untuk mengambil pusaka yang telah diambil olehnya. 

Namun, usaha semua prajurit tak berbuah hasil. Mereka semua dapat dikalahan oleh Nyai Brintik dengan mudah. Nyai Brintik baru bertekuk lutut dan mengembalikan pusaka milik kerajaan setelah kerajaan Demak mengutus Sunan Kalijaga untuk melawannya.

Setelah kalah dari Sunan Kalijaga, Nyai Brintik memutuskan untuk masuk agama Islam dan menjadi murid Sunan Kalijaga. Selanjutnya, ia pun mengasingkan diri dan meninggalkan kerajaannya yang terletak di bukit yang saat ini bernama Gunung Brintik, Randusari, Semarang Selatan, Kota Semarang.

Ari menambahkan informasi bahwa dahulu sebelum dibangun perkampungan, daerah tersebut merupakan pemakaman umum.

"Dulu di sini kan makam semua, ada makam Srikandi, Ngestipandowo, wayangan itu. Pokoknya di daerah sini, lalu dipindah. Saya tau pemindahan makam itu, karena saya masih kecil," tuturnya.

Makam Nyai Brintik dapat ditemui di samping mushola Al-Falah RT/RW 07/03, Kelurahan Randusari, Semarang Selatan.


*Ditulis oleh wartawan magang KUASAKATACOM: Rahardian Haikal Rakhman

***

tags: #nyai brintik #gunung brintik #kota semarang #sunan kalijaga #legenda

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI