Sultan Agung, Raja Jawa Pertama yang Taklukan Belanda Secara Besar-besaran
Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada tahun 1627.
Kamis, 11 Juli 2024 | 09:31 WIB - Kisah
Penulis:
. Editor: Fauzi
Abad VIII, wilayah Mataram atau saat ini dikenal dengan Yogyakarta merupakan pusat Kerajaan Mataram Hindu yang menguasai seluruh Jawa. Kerajaan ini makmur dan memiliki peradaban luar biasa yang mampu membangun candi-candi kuno dengan arsitektur yang megah, misalnya Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Namun, semuanya itu berubah ketika Kerajaan Mataram beralih ke tangan Islam, terutama saat dipimpin oleh Sultan Agung Hanyokrokusumo atau akrab disebut dengan Sultan Agung. Sultan Agung Hanyokrokusumo merupakan raja kesultanan Mataram yang memerintah pada tahun 1613-1645. Sultan Agung mempunyai nama asli Raden Mas Jatmika atau lebih dikenal dengan sebutan Raden Mas Rangsang. Sultan Agung merupakan anak dari pasangan Prabu Hanyokrowati dan Ratu Mas Adi Banowati.
Berdasarkan riwayat sejarah, Sultan Agung dikenal sebagai salah satu raja yang berhasil membawa kerajaan Mataram Islam mencapai puncak kejayaan pada tahun 1627. Tepatnya seusai, empat belas tahun ia memimpin kerajaan Mataram Islam. Selama kepemimpinanya, daerah pesisir seperti Surabaya dan Madura berhasil ditaklukannya. Tidak hanya itu, pada kurun waktu 1613 sampai 1645 wilayah kekuasaan Mataram Islam meliputi Jawa Tengah, Jawa Timur dan sebagian Jawa Barat. Kehadiran Sultan Agung sebagai penguasa tertinggi, membawa Kerajaan Mataram Islam kepada peradaban kebudayaan pada tingkat yeng lebih tinggi. Sultan Agung memiliki berbagai keahlian baik dalam bidang militer, politik, ekonomi, sosial dan budaya,yang menjadikan peradaban kerajaan Mataram pada tingkat yang lebih tinggi.
BERITA TERKAIT:
Kisah Cinta Roro Mendut dan Pranacitra yang Berakhir Maut
Kisah Keberanian dan Kecerdikan Nyimas Utari Melawan Penjajah
Sultan Agung, Raja Jawa Pertama yang Taklukan Belanda Secara Besar-besaran
Tangani Kemiskinan Ekstrem, Baznas Jateng dan RSIGM Sultan Agung Selenggarakan Operasi Bibir Sumbing Gratis
Terkenal Batiknya, Ini Profil Kota Pekalongan
Selain dikenal sebagai raja, Sultan Agung merupakan penguasa Nusantara pertama yang secara besar-besaran melakukan perlawanan terhadap Belanda (VOC) yang masuk ke Nusantara melalui jalur kongsi dagang. Perlawanan Sultan Agung terhadap VOC di Batavia (Jakarta) dilakukan pada tahun 1628 dan 1629. Perlawanan tersebut disebabkan karena Sulan Agung menyadari bahwa kehadiran VOC di Batavia (Jakarta) bisa mengancam kekuasaan Mataram Islam di Pulau Jawa. Kekuasaan Mataram Islam pada waktu itu meliputi hampir seluruh Jawa dari Pasuruan sampai Cirebon. Sementara itu VOC telah menguasai beberapa wilayah seperti di Batavia (Jakarta). Selain itu, kehadiran VOC akan menghambat penyebaran agama Islam di Jawa yang dilakukan Sultan Agung. Sultan Agung memiliki prinsip untuk tidak penah bersedia berkompromi dengan VOC maupun penjajah lainnya. Namun serangan Mataram Islam terhadap VOC yang berkedudukan di Batavia (Jakarta) mengalami kegagalan disebabkan tentara VOC membakar lumbung persediaan makanan pasukan kerajaan Mataram Islam pada saat itu.
Di samping dalam bidang politik dan militer, Sulan Agung juga mencurahkan perhatiannya pada bidang ekonomi dan kebudayaan. Upaya yang dilakukan Sultan Agung antara lain memindahkan penduduk Jawa Tengah ke Karawang, Jawa Barat, di mana terdapat sawah dan ladang yang luas dan subur. Sultan Agung juga meneruskan pendahulunya untuk meletakan dasar perkembangan Mataram Islam dengan memberikan pengajaran dan pendidikan kepada rakyat Mataram Islam sehingga pada masa pemerintahannya, menempatkan ulama dengan kedudukan terhormat, yaitu sebagai pejabat anggota Dewan Parampara (Penasihat tinggi kerajaan). Disampning itu dalam struktur pemerintahan kerajaan didirikan Lembaga Mahkamah Agama Islam, dan gela raja-raja di Mataram Islam meliputi raja Pandita, artinya disamping sebagai penguasa, raja juga sebagai kepala pemerintahan dan kepala agama (Islam)
Selain itu, Sultan Agung juga berusaha menyesuaikan unsur-unsur kebudayaan Indonesia asli dengan Hindu dan Islam. Misalnya grebeg disesuaikan dengan hari raya Idul Fitri dan kelahiran Nabi Muhammad SAW, yang saat ini dikenal sebagai garebeg Puasa dan Grebeg Maulud. Selain itu Sultan Agung juga mengenalkan penanggalan tahun saka dan kitab filsafat Sastra Gendhing. Adapun keberhasilan Sultan Agung dalam bidang kebudayaan yaitu dapat mengubah perhitungan peredaran Matahari ke perhitungan peredaran bulan, sehingga dianggap telah menuliskan tinta emas pada masa pemerintahannya. Berkat usaha yang dilakukan oleh Sultan Agung dalam memajukan agama dan kebudayaan Islam, ia memperoleh gelar Susuhunan (Sunan) yang selama ini diberikan kepada Wali.
Di lingkungan keraton Mataram Islam, Sultan Agung menetapkan pemakaian bahasa Bagongan yang harus dipakai oleh para bangsawan dan pejabat demi untuk menghilangkan kesenjangan satu sama lain. Kebijakan ini diharapkan dapat terciptanya rasa persatuan di antara penghuni istana. Menjelang tahun 1645 Sultan Agung merasa ajalnya sudah dekat. Dia membangun Astana Imogiri sebagai pusat pemakaman keluarga raja-raja Kesultanan Mataram mulai dari dirinya. Sultan juga menuliskan serat Sastra Gending sebagai tuntunan hidup trah Mataram. Sesuai dengan wasiatnya, Sultan Agung yang meninggal dunia tahun 1645 digantikan oleh putranya yang bernama Raden Mas Sayidin sebagai raja Mataram.
*Ditulis oleh wartawan magang Rahardian Haikal Rakhman
tags: #sultan agung #raja jawa #belanda #kerajaan majapahit
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Klasemen Leg Kedua SEA V League: Indonesia Masih di Puncak
20 Juli 2025

Liverpool Dikabarkan Capai Kesepakatan untuk Rekrut Hugo Ekitike
20 Juli 2025

Habib Ja’far Sebut 'Ngaji Soccer' MAS Dakwah Bil Hikmah Kreatif
20 Juli 2025

Densus 88 Tangkap Warga Terduga Teroris di Tolitoli
20 Juli 2025

Pesantren dan Kurikulum Cinta Dinilai Bisa Jadi Solusi Pembentukan Karakter Anak
20 Juli 2025

Cari berkah di Bulan Sura, Warga Desa Jambu Timur Krayahan Bubur Sura
20 Juli 2025

Heritage Colour Fun Run 2025 di Rest Area Banjaratma Brebes Berlangsung Meriah
20 Juli 2025

Sragen Dinilai Siap Jadi Rujukan Nasional
20 Juli 2025

Kalahkan Pedro Acosta, Marc Marquez Menangi Sprint Race MotoGP Ceko
20 Juli 2025

Pariwisata Olahraga di Jateng Terus Menggeliat, Sumarno: Perekonomian Meningkat
20 Juli 2025