Yang Chil Seong, Mantan Penjaga Tawanan Jepang yang Berjuang untuk Indonesia

Yang Chil Seong telah melakukan berbagai oprasi penyerangan selama bergabung dengan Pasukan Pangeran Papak.

Sabtu, 20 Juli 2024 | 10:02 WIB - Kisah
Penulis: - . Editor: Fauzi

Penjajahan bangsa Jepang di Indonesia telah meninggalkan banyak jejak luka dan penderitaan yang sebagian masih diingat keberadaanya oleh sebagian masyarakat. Dalam masa penjajahan tersebut, anggota pasukan tentara Jepang tidak hanya berisi orang Jepang saja, namun di isi pula oleh sebagian orang Korea Selatan (Korsel) yang direkrut saat masa penjajahan Jepang di Korea Selatan. Hal itu dilakukan untuk membantu Jepang dalam perang Pasifik. 

Perekrutan ini bukan ditujukan untuk menjadi tentara sipil, melainkan menjadi penjaga tawanan Jepang. Pada waktu itu, Jepang sedang gencar-gencarnya melakukan ekspansi di wilayah Asia Tenggara yang masih diduduki oleh sekutu seperti Belanda, Inggris, dan Spanyol. Tercatat sekitar 300.000 tentara sekutu berhasil menjadi tawanan Jepang.  

BERITA TERKAIT:
Yang Chil Seong, Mantan Penjaga Tawanan Jepang yang Berjuang untuk Indonesia


Diantara orang Korsel yang ditarik oleh Jepang menjadi pasukan yaitu Yang Chil Seong. Pemuda yang lahir di Wanjoo, Provinsi Jeolla Utara, 29 Mei 1919 ini direkrut tentara Jepang pada usia 23 tahun. Pemuda yang memiliki nama Jepang, Yanagawa Shichisei ini mendapatkan tugas menjaga para tawanan Jepang di Bandung, Jawa Barat. Disana ia juga pertama kali bertemu dengan Lience Wenas, seorang perempuan Pribumi yang pada waktu itu sering datang ke kamp tawanan untuk menjenguk kakaknya. Setiap minggu mereka bertemu dan akhirnya memutuskan untuk menikah.

Seusai menikah, tak lama berselang pada tanggal 15 Agustus 1945 Jepang menyerah kepada sekutu. Dua hari berselang pada tanggal 17 Agustus 1945 Indonesia Merdeka. Kabar ini menjadi angin segar bagi penjaga tawanan dari Korea, namun mereka juga khawatir karena dianggap sebagai penjahat perang.

Untuk menguasai wilayah jajahanya kembali, sekutu mulai datang kembali ke Indonesia serta mencari para tentara Jepang untuk diadili sebagai penjahat perang. Namun pada tahun  1946, Yang Chil Seong bersama sembilan rekan pejaga tawanan lainnya berhasil melarikan diri.  Dalam situasi sulit ini, ia tidak punya pilihan lain, karena memiliki rasa solidaritas sesama rakyat yang pernah terjajah, lalu ia memilih bergabung dengan pasukan gerilyawan di Garut, Paukan Pangeran Tapak.


Kemudian pada bulan Maret 1946, pecahlah peristiwa 'Bandung Lautan Api'. Ratusan pemuda dari seluruh bumi Pasundan datang ke Bandung untuk bertempur habis-habisan melawan sekutu dan sisa-sisa tentara Jepang. Salah satu kelompok tersebut yaitu Pasukan Pangeran Papak (PPP) yang dipimpin oleh Mayor Saoed Moestofa Kosasih. 

Saat terlibat peristiwa 'Bandung Lautan Api' Pasukan Pangeran Papak berhasil menangkap 5 orang tentara Jepang, salah satunya Yang Chil Seong. Tawanan ini kemudian dibawa ke wilayah kecamatan Wanaraja markas PPP berada. 

 

Saat berada di markas PPP dan hidup bersama penduduk, perlahan tapi pasti. Lima orang tentara Jepang ini lalu memutuskan menghadap Mayor Kosasih untuk meminta izin bergabung dengan PPP dan masuk Islam. Mereka diislamkan oleh tokoh ulama senior sekaligus panasihat PPP, Raden Djajadiwangsa. Sejak saat itu, nama mereka berganti menjadi nama Indonesia diantaranya: Hasegawa menjadi Abu Bakar, Masashiro Aoki menjadi Usman, dan Yang Chil Seong menjadi Komarrudin, Umar, dan Ali.

Abu Bakar, Usman dan Komarrudin ditugaskan untuk menjadi pelatih Pasukan Pngeran Papak dan aktif dalam oprasi gerilya. Sedangkan Umar dan Ali ditugaskan untuk menjadi pasukan tim kesehatan. 


Selama bergabung dengan Pasukan Pangeran Papak, Yang Chil Seong telah melakukan berbagai oprasi penyerangan, sabotase, dan penghadangan di sekitar Wanaraja. Berbagai oprasi ini, memakan banyak korban mulai dari militer Belanda, namjun juga aparat pemerintahan darurat Belanda di Indonesia, Recomba (Regerings Commissaris Bestuurs Aangelegenheden).

Tidak hanya itu saja, Yang Chil Seong juga melakukan operasi gerilya di rel kereta api yang menyambungkan kota Bandung dengan Yogyakarta. Mereka bergerilya menyerang tentara sekutu yang ingin masuk ke kota Bandung dari Yogyakarta. Dari segala 

Salah satu aksi Pasukan Pangeran Papak yang paling mengesankan yaitu operasi peledakan Jembatan Cimanuk. Melalui operasi ini, berhasil mengagalkan upaya militer Belanda untuk menguasai w=Wanaraja.


Seusai operasi di jembatan Cimanuk, Yang Chil Seong dan Pasukan Pangeran Papak menjadi buronan pasukan Belanda. Mereka ditangkap oleh Belanda di desa Parentas, kaki Gunung Dora perbatasan Garut-Tasikmalaya saat membahas taktik penyusupan dan gerilya, salah astunya Yang Chil Seong.


Sebelum kematiannya tiba, pada tanggal 9 Agustus 1949 seusai maghrib, Yang Chil Seong menyampaikan agar setelah meninggal jasadnya dimakamkan secara Islam. Lalu keesokan harinya, pada tanggal 10 Agustus 1949 menjelang subuh, dengan memakai kampret (sejenis baju koko) putih dan sarung merah, Yang Chil Seong bersama tiga rekannya diangkut menuju lapangan Kerkhoff (Gelora Merdeka) di seberang sungai Cimanuk, Garut.

Setelah dieksekusi di Garut, jenazah Yang Chil Seong dibawa ke pemakaman umum Pasirpogor, Garut dan dimakamkan secara Islam. Setelah, 26 tahun sejak kematiannya pada tahun 1975, pemerintah Indonesia memindahkan makamnya ke Taman Makam Pahlawan Tenjolaya, Garut dan memberikan gelar pahlawan kepada Yang Chil Seong dan dua mantan tentara Jepang.

*Ditulis oleh wartawan magang Rahardian Haikal Rakhman

***

tags: #yang chil seong #mantan penjaga tawanan jepang

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI