Titiek Puspa dalam Kenangan Realitas Sosial Dibalik Karya-Karya Eyang

Oleh Bambang Iss Wirya.

Lagu "Minah Gadis Dusun" yang ditulis awal 60-an adalah bukti jika Titiek Puspa memiliki kenangan di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Saat usia anak-anak Sudarwati (nama kecil) sering melihat gadis-gadis desa turun gunung Sumbing berlenggang membawa sayu

Sabtu, 12 April 2025 | 09:24 WIB - Persuasi
Penulis: - . Editor: Rahardian

Khasanah musik hiburan (sebutan musik pop di masa lalu)  di Indonesia menorehkan tinta emas atas nama Titiek Puspa. Pada era 50 - 70 an nama Titiek Puspa belum tergantikan meski pada dekade itu juga bermunculan banyak biduan wanita terutama yang berdarah campuran (blaster) bisa disebut Tante Lien (Wieteke van Dort) dan Anneke Gronloh. Nama Titiek Puspa berada di antara keduanya. Bahkan dia akhirnya jadi seniman serba bisa yang merangkul semua pekerja seni utamnya musik dan film. Menyanyi, akting, menggubah lagu dan lainnya sehingga tercipta karya karya fenomenal dan monumental.

Bukan saja tampil sebagai biduan, Sudarwati nama aslinya, adalah seorang penulis lagu yang diperhitungkan Mus Mualim (alm) suami banyak memberi warna dan daya pada lagu lagu Titiek Puspa. Lagu-lagunya memiliki kekuatan, tidak saja dari melodi tapi juga lirik yang kebanyakan bersumber dari realitas sostal, baik bertema percimtaan dan realitas keseharian..

BERITA TERKAIT:
Titiek Puspa dalam Kenangan Realitas Sosial Dibalik Karya-Karya Eyang
Peradaban, Lagu yang Terinspirasi dari Kegiatan Radikal dan Terorisme
Dangdut: Musik Ikonik Indonesia yang Merakyat
Perkembangan Musik Rock yang Mendunia
Band Cleopatra Launching Single Remaster “Untukmu”

Lagu "Minah Gadis Dusun" yang ditulis awal 60-an adalah bukti jika Titiek Puspa memiliki kenangan di Kabupaten Temanggung Jawa Tengah. Saat usia anak-anak Sudarwati (nama kecil) sering melihat gadis-gadis desa turun gunung Sumbing berlenggang membawa sayuran segar. Setiba di Jakarta awal tahun  maka terciptalah lagu itu "Minah".

 

Lagu "Bing" awal tahun 70 an, misalnya menceritakan tentang rasa kedukaan saat Bing Slamet idolanya meninggal dunia. Pada lagu "Kupu-kupu Malam" adalah gambaran kehidupan malam dengan para wanita penghibur (pelacur), terutama di kota besar. Senada dengan "Kupu-kupu Malam" Titiek menulis lagu "Bimbi" yang mengisahkan mimpi seorang wanita yang gagal di ibu kota.

Atau lagu "Gadis" , "Cinta", "Jatuh Cinta", "Marlah Kemari" dan masih banyak lagi.

Sebenarnya Titiek remaja pernah tinggal di wilayah Randusari Semarang. Hal itu karena saat itu dia harus sering ke RRI Semarang terkait dengan dirinya yang diusulkan ikut lomba Bintang Radio Nasional, dan kalah. Tetapi tokoh RRI sekaligus musikus Iskandar malah menjanjikan Titiek untuk rekaman. Dan justru menangguk sukses di jalur rekaman dan bukan di jalur lomba.

Selamat jalan Titiek Puspa. Semua mencintaimu..

***

tags: #musik #titiek puspa #karya

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI