Banyak Pernikahan yang Justru Mengajarkan Kita untuk Tak Menikah
Oleh Elbara Lazuardi
Ambillah contoh yang baik, jangan berkaca di cermin retak.
Rabu, 05 Oktober 2022 | 08:19 WIB - Persuasi
Penulis:
. Editor: -
ITULAH ucapan seorang teman, yang memilih tak menikah sampai sekarang, meski usianya telah mencapai 35. Usia yang sangat dewasa, terutama untuk wanita. ‘’Banyak pernikahan yang membuatku makin takut untuk menikah. Kenapa bahagia harus dengan dua orang, jika dengan diri sendiripun aku bisa menciptakan kebahagiaanku.’’ Begitulah katanya. Aku bersetuju saja.
Bahagia kan punya banyak wajah. Juga sangat private. Bahagia bukan makna umum, yang tiap orang harus bersetuju. Bahagia lebih kepada bagaimana kamu memberi aksentuasi yang lebih pada apa yang kamu jalani, karena sesuatu yang berada di dalam atau di luar dirimu. Sesederhana itu.
BERITA TERKAIT:
Lakukan KDRT, Oknum Pegawai Ditjen Pajak Terancam Lima Tahun Penjara
Armor Toreador Mengaku Lakukan KDRT ke Intan Nabila Lebih dari Lima Kali
Jadi Korban KDRT, Begini Kondisi Terkini Selebgram Intan Nabila
Viral Kasus KDRT terhadap Selebgram Intan Nabila, Polisi Tangkap Pelaku
Melalui GARPU PERAK, Pemkot Semarang Libatkan Pria Cegah Kekerasan Perempuan dan Anak
Jadi, jika dengan menikah engkau merasa bisa bahagia, menikahlah.
Jika dengan melajang engkau juga merasa dapat berbahagia, melajanglah.
Jika menikah tapi tak mau diributkan persoalan anak, dan memilih hidup tanpa anak, dan itu caramu berbahagia, ya lakukan saja.
Jika bercerai juga caramu untuk berbahagia, dan lepas dari KDRT, ya talak atau ke pengadilanlah.
Jika dengan menjadi pelakor atau pebinor adalah caramu berbagia, maka… eh itu jangan! Setop, berhenti. Bahagia itu tidak boleh diraih jika membuatmu memberi kerusakan pada orang lain, atau situasi lain.
‘’Tapi bahagiaku hanya dengan cara itu?’’ Artinya, kamu sakit. ke dokter jiwalah, ya?
****
KEMBALI ke masalah di atas, benarkah pernikahan banyak mengajarkan orang untuk takut menikah? Ya, jika kita meletakkan kegagalan orang lain sebagai cara untuk mengukur diri sendiri. Ya, jika kita mengajarkan pada diri sendiri bahwa pencapaian kita akan selalu sama dengan orang lain. Ya, jika kita menganggap pernikahan orang lain adalah contoh, juga jalan satu-satunya yang akan terjadi juga pada kita juga.
Ya, jika engkau selalu menjadikan kaca retak sebagai cermin hidupmu.
Inilah yang kata psikoterapis Barry Michel sebagai belenggu pikiran negatif. Pikiran negatif datang seakan sebagai perlindungan diri kita sendiri (self-protection), ketika sebuah situasi yang kita belum tahu atau mampu hadapi. Pikiran negatif lahir sebagai perwujudan dari jiwa kita yang kerdil dan meragu.
Lalu apa dampaknya? Barry bilang, pikiran negatif itu bisa menjadi mulut raksasa yang akan melahapi jiwamu, menjadi pengendali yang membuatmu tertahan dari potensimu yang asali.
Ngeri kan?
Tapi, bukankah semesta memang menyorongkan hal-hal negatif itu? perkawinan yang justru menjadi saling menyakiti dan melukai? Belum usai Reza Arap, sudah muncul Regi Datau. Belum kelar Regi, muncul Rizky Billar, yang bukan saja selingkuh, tapi juga KDRT. Bukankah ini contoh bahwa pernikahan bukan perkuatan dari cinta, tapi melemahkan?
Bukankah dengan berpikir begitu, menegatifkan dan menolaknya, kita justru dapat terhindar dari sayat lukanya?
Ya tidak begitu juga. Barry menganggap itu logika yang salah. Pikiran-pikiran negatif di kepala kita tidak pernah mampu mengubah sesuatu yang di luar diri kita. ‘’Seolah-olah dengan berpikir tentang skenario terburuk yang mungkin terjadi di masa depan, bisa menyelamatkan –atau setidaknya membantu mempersiapkan– dari hal buruk yang mungkin menimpa kita,’’ kata Barry. Padahal, pikiran tidak bekerja begitu. Justru, dengan memamah dan mengunyah, lalu tanpa sadar tertanam di benak, pikiran negatif itu menjadi belenggu, dan mengarahkan ketakutan jiwa, yang membuat seakan hidup berisi hal-hal muram
Barry mengajarkan kebalikannya. Penuhi diri dengan semua sentimen positif, semua kisah bahagia, dan menanamkan peluang bahagia itu dalam tiap napas kita, bahkan menderas did alam mimpi. Dengan demikian, arah hidup, kompas jiwa, memiliki peluang untuk mewujudkan hal-hal bahagia tadi di dalam kehidupan.
Hal baik menarik hal baik. Prasangka baik melahirkan prasangka baik.
Maka, berkacalah pada cermin yang baik, karena wajahmu juga akan terpantul baik. Karena jika bahagia dapat dengan mudah dimunculkan dari mengaminkan hal-hal baik, percayalah, hidupmu juga akan bertunas dan mekar dalam semesta kebaikan.
***tags: #kdrt #rizky billar #reza arap #cinta #perkawinan
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI
SYL Divonis Lebih Berat Jadi 12 Tahun Penjara
10 September 2024
Mengenal Tiga Mobil Listrik Terbaru, Gabungkan Teknologi Canggih dengan Inovasi Ramah Lingkungan
10 September 2024
Seorang Pria Ditemukan Tewas Gantung Diri di Kamar Mandi Kontrakan
10 September 2024
Juragan Batik Pekalongan Sebar Uang Rp35 Juta, Warga Berebut hingga Pingsan
10 September 2024
Dua Pelaku Pembacokan saat Tawuran di Jakpus Diringkus Polisi
10 September 2024
Tak Lekang oleh Waktu, Lima Tanaman Hias Ini Masih Jadi Incaran hingga Sekarang
10 September 2024
Keluarga Minta Kaprodi PPDS Undip Tanggung Jawab Kematian Aulia Risma: Sistem Pendidikan Bobrok
10 September 2024
Rooms Inc Semarang Rayakan Ultah ke-7 Bertema "Experience the 7oy"
10 September 2024
Sri Mulyani Temui Prabowo, Sinyal Jadi Menkeu Lagi?
10 September 2024
Optimisme Perbankan Semakin Meningkat di Tengah Ekspetasi Membaiknya Ekonomi Domestik
10 September 2024
Klarifikasi Band Soegi Bornean Usai Dituding Serakah soal Royalti
10 September 2024