Kesalahan Besar Juri Indonesian Idol
Oleh Elbara Lazuardi
Mana bisa kedalaman perasaan dinilai? Mana mungkin penjiwaan lagu disalahkan? Ente Tuhan?
Jumat, 24 Februari 2023 | 10:13 WIB - Persuasi
Penulis:
. Editor: Kuaka
MENONTON ajang pencarian bakat semacam Indonesian Idol adalah hal yang mengasikkan. Apalagi, kini di layar RCTI yang sudah digitl HD, gambar sangat bersih, suara juga jernih, sehingga pengalaman menonton menjadi lebih mengasikkan lagi. Sayangnya, hal itu dicemari oleh penjiwaan dan rasa yang coba diseragamkan.
Ya, ini mungkin tidak disadari, dan dianggap sebagai hal yang wajar. Juri, juga penonton, merasa harus mendapatkan apa yang mereka inginkan atas sebuah lagu, dan kemudian memberikan penilaian. Tapi, masalah justru muncul ketika juri menjadikan penjiwaannya, bukan pengetahuan, sebagai kebenaran tunggal.
BERITA TERKAIT:
Kesalahan Besar Juri Indonesian Idol
Dion Mulya Kolaborasi dengan The Aesthetics Skin Semarang
Manajemen Waktu Belajar dengan Teknik ''Problem Solving''
KPID Jateng: Hari Anak Nasional Harus Jadi Momentum Peneguhan Komitmen Siaran Ramah Anak
AWP: Tujuan Pendidikan Membentuk Kematangan Mental Pancasila
Pengetahuan, karena juri lebih berpengalaman dalam bidangnya, wajar jika dapat diletakkan sebagai guru dan memberikan bimbingan juga penilaian. Tapi soal penjiwaan, soal ‘’memberikan rasa’’ di lagu tidak sama dengan musikalitas, pencapaian dan atau pecah nada.
Penjiwaan atau rasa lagu adalah soal bagaimana peserta menafsirkan makna sebuah lagu berdasarkan pengalaman kebatinannya, dan mencurahkannya. Ini soal personal, pengalaman pribadi yang dimunculkan, da tafsir peserta atau penyanyi.
Sebagai tafsir personal, setiap penjiwaan atas sebuah lagu dengan demikian memiliki kebenarannya sendiri. Tidak bisa penjiwaan dan rasa kita, atau penerimaan kita atas sebuah lagu menjadi ukuran satu-satunya, atau kebenaran utama, sehingga ketika dilantunkan orang lain dapat dinyatakan sebagai kurang oke atau kurang menjiwai.
Itu namanya penjajahan atas rasa, kolonisasi pengalaman personal kepada khalayak. Dan celakanya, juri Indonesian Idol melakukan itu berulang kali.
Korban pun Berjatuhan
Kita ingat dengan sungguh bagaimana Rosalina pulang. Ya, juri yang berkomentar paling keras, Anang Hermansyah, memberikan penilaian yang tajam.
Spektakuler Show 1 misalnya, Anang dengan ‘’kejam’’ mengkritik cara bernyanyi Rosalina.
Menurut suami Ashanty itu, Rosalina terlalu percaya diri ketika di panggung, sehingga fokus pada teknik dan abai pada jiwa lagu.
‘’Kamu over confidence ini, kamu harus berhati-hati. Itu justru bisa jadi ancaman kamu ke depan. Karena kamu tidak bisa mendeliver rasa di lagu…’’ tukas Anang.
Tidak bisa mendeliver rasa di lagu. Itulah penilaian Anang. BCL, saat itu, tidak bersetuju, dan masih dapat merasakan penghayatan Rosalina.
Di Spektakuler Show 2, Rosalina mendapatkan kecaman yang sama dari Anang. Rosalina juga tidak bisa memukau juri. lainnya Tak ada satupun yang berdiri dan memberikan keplokan. Anang, yang tampak memang amat mendengarkan penampilan Rosalina dengan cermat, melontarkan nada kecewa. Membawakan lagu ‘’Sempurna’’ dari Andra and The Backbone, Anang menilai Rosalina malah jauh dari sempurna.
‘’Aku cermati betul nada-nada kamu. Dan masih terlihat betul kamu masih over confidence, terlalu percaya diri. Aku harap betul agar kamu belajar dan mengerti, jangan hanya fokus pada teknik…’’ katanya.
Anang menilai Rosalina tak menubuhkan lagu menjadi bagian dari dirinya. Sekadar tampil, bagus, cukup. ‘’Ada rasa yang tak lahir,’’ tambah Anang.
Ada rasa yang tak lahir. Ada penjiwaan yang gatot, alias gagal total. Itulah komentar Anang, dan hanya ditolak Rossa dan Judika.
Layar RCTI menunjukkan betapa tak nyaman Rosalina atas komentar itu. Dahinya mengernyit, dengan mata yang tampak lelah, mungkin seperti kecewa. Mungkin kecewa pada dirinya, yang membenarkan komentar juri, terkooptasi pada penilaian mereka. Mungkin kecewa pada juri, yang seakan tahu dirinya seperti kertas transparan sehingga bisa mengatakan ‘’tak ada rasa di lagu itu’’ padanya.
Dan Rosalina pulang. Penonton mengikuti atau mengamini penilaian Anang.
Rosalina pulang untuk sesuatu yang seharusnya tidak dinilai. Untuk sesuatu yang seharusnya bukan menjadi bagian dari kesalahan, dan dengan demikian, bukan sebuah kelemahan.
Korban kedua adalah Danil, Senin malam (20/2) lalu. Dia juga dinilai David kurang punya tenaga untuk menunjukkan rasa pada lagu. Anang, seperti biasa, menambah beban pada komentar itu, dan mencontohkan penjiwaan, yang kata Rossa, ternyata sama saja, datar dan kosong.
Dan Danil pun terbuang. Pulang. Nasibnya sama dengan Rosalina, peserta dengan teknik yang tinggi tapi, dianggap para juri, gagal mengunggah rasa.
Tafsir Juri yang Berbahaya
Komentar seperti Anang, yang lalu diikuti David, Rossa, Judika, juga BCL tentang bagaimana menunjukkan rasa pada lagu agar ‘’dapet’’ itu sangat berbahaya jika dilakukan terus. Sebabnya sederhana, kita punya pengalaman dan penghayatan yang berbeda atas satu atau ragam hal.
Pengalaman dan penghayatan yang berbeda itu membuat respon kita berbeda juga. Dan respon yang berbeda itu tidak tidak bisa didudukkan sebagai sebuah kesalahan penghayatan.
Kan tidak adil jika respon kita atas sesuatu dibenar-salahkan orang lain. Dan, kita menjadi terdakwa atas sesuatu yang ‘’tubuh kita rasakan sendiri’’.
Masalah ini juga sudah dua kali ditembakkan BCL kepada Salma. Yang Jika Salma amini dan yakini, akan menggerus kepercayaan dirinya.
Di lagu ‘’Seribu Tahun Lamanya’’ dari Jikustik yang terasa kuat benar pesannya tersampaikan oleh Salma, tapi tidak memuaskan BCL. Dia ingin Salma lebih dalam lagi, sehingga kerapuhan dalam dirinya terlihat keluar.
Salma dianggap peserta dengan teknik dan improvisasi yang luar biasa. Tapi, dia dinilai juga belum maksimal mengolah rasa. BCl mengulangi lagi hal itu ketika Salma melantunkan ‘’Menangis Semalam’’ dari Audi, Senin malam (20/2). Padahal, dari improvisasi itu, Salma tengah memberikan tafsir yang berbeda dari Audi atau penyanyi lainnya.
Tafsir yang berbeda ini, yang sesuai dengan kediriannya, seharusnya tak perlu dinilai salah. Apalagi Salma dengan serius menjelaskan dia belum pernah mengalami apa yang seperti diceritakan lagu, sehingga cerapan dia pasti berbeda dengan misalnya BCL yang telah luka berkali ulang, dan mungkin telah menangis bermalam-malam.
Tapi, beginilah kata BCL, ‘Musikalitasmu amat sangat tinggi. Kamu membawakan dengan amat berbeda, lebih ada powernya. Tapi masih ada sisi rapuhmu yang dikeluarkan lagi. Kamu masih terlalu tegar untuk nangis semalaman…’’ saran BCL.
Masih ada sisi rapuhmu yang belum keluar. Bayangkan, bagaimana sisi rapuh kita dinilai oleh orang lain, yang bahkan tidak tahu dan kenal lebih dari panggung dan latihan di ajang itu.
Salma dianggap masih terlalu tegar untuk lagu yang sedih. Lucunya, ketika Salma melantunkan ‘’Amin yang Paling Serius’’ yang banjir pujian itu, juri tak melihat sisi rapuh, terpesona pada musikalits dan improvisasi Salma.
Di sini, juri tidak konsisten.
Jika komentar menyangkut penjiwaan ini diteruskan, akan tidak adil dan jujur kepada peserta juga penonton. Penjiwaan adalah aspek yang netral dari salah dan benar, tepat atau tidak. Yang sifatnya tafsir, penjiwaan lagu yang pasti berdasarkan pengalaman batin seseorang, bukanlah ladang yang bisa dihakimi. Bagaimana kita bisa menjelekkan seseorang yang menangis ketika menyanyikan lagu dangdut ‘’Mandul’’ misalnya, padahal itu integral dengan pengalaman batinnya. Atau orang lain yang datar saja menyanyikan lagu itu, karena tidak punya pengalaman yang sama.
Jadi, juri harus tahu mana bagian yang bisa dibenar-salahkan dalam penilaian, dan mana yang bukn. Jangan semuanya harus mengikuti penghayatan mereka dan menjadi ukuran satu-satunya.
Atau, mulai minggu depan, BCL dan lainnya, cobalah untuk menonton film India, dan lihatlah dalam suasana yang paling renta dan pedih sekalipun, mereka tetap menari dan tertawa. Dan katakanlah soal penjiwaan dan kerapuhan di sana.
***tags: #aktual
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI

Harga Cabai Rawit di Pemalang Makin Pedas, Tembus Rp80.000 per Kilo
24 Maret 2023

Pemkab Jepara Taati Larangan Buka Puasa di Kalangan Pejabat dan ASN
24 Maret 2023

PSSI Rilis Lagu Resmi Piala Dunia U-20, Ini Judul Lagu, Pencipta, dan Penyanyinya
24 Maret 2023

Walikota Semarang Perintahkan Satpol PP Cegah Pembagian Takjil di Jalan Raya
24 Maret 2023

Nikahan Saudara Kembar Tiga di Demak, Mirip Karnaval
24 Maret 2023

Viral Detik-detik Wanita Melahirkan di KRL Commuter Line Stasiun Duri
24 Maret 2023

Warga Perlu Tahu! Walikota Semarang Sediakan Empat Titik Berbagi Takjil Buka Puasa
24 Maret 2023

Di-bully Habis-habisan oleh Warganet, Lina Mukherjee: Makan Babi Juga Duit Aku
24 Maret 2023