Penuhi Hak Anak untuk Berkembang dengan Gizi Seimbang pada Pesatnya Perubahan
*Penulis Sri Hapsari SP., MGizi
Masalah gizi dapat berdampak negatif bagi perkembangan kognitif, motorik, perilaku, kegiatan belajar di sekolah maupun kegiatan lainnya yang berpengaruh pada kehidupan berikutnya.
Selasa, 25 Juli 2023 | 21:20 WIB - Persuasi
Penulis:
. Editor: Wis
DALAM beberapa puluh tahun terakhir, Indonesia telah mencapai kemajuan luar biasa dan bertransisi menjadi negara berpendapatan menengah. Namun, pemenuhan hak anak dalam tumbuh dan berkembang belum optimal. Menurut Data UNICEF 2019 menyebutkan bahwa terdapat 27,5% atau 3 juta anak mengalami gangguan khususnya gangguan perkembangan motorik (UNICEF,2019). Anak-anak yang suka memainkan ponsel pintar, biasanya akan fokus duduk atau rebah dalam satu tempat dalam kurun waktu yang lama. Perkembangan motorik dan fisik yang berkaitan dengan kegiatan gerak tubuh seperti berlari, melompat, dan berguling, bisa menjadi kegiatan yang enggan dilakukan. Dampaknya, perkembangan fisik-motorik akan melambat.
Anak yang sehat dan yang secara sosial tumbuh dan berkembang dengan optimal akan tumbuh menjadi orang dewasa yang produktif secara ekonomi (Allen, K. Eileen, Marotz Lynn R, 2010). Masa selama janin sampai berusia dua tahun merupakan periode perkembangan pesat otak dan penting diperhatikan guna mencegah stunting. Volume otak saat lahir sekitar 25% otak orang dewasa kemudian berkembang pesat hingga 70-80% otak orang dewasa ketika memasuki usia 2 tahun (Sunita Almatsier,2011). Periode sejak anak lahir sampai dengan usia 6 (enam) tahun merupakan merupakan periode emas untuk pertumbuhan dan perkembangan sebagai hak anak yang harus dipenuhi pada masa pra sekolah (Kemendikbud, 2020).
BERITA TERKAIT:
Ratusan Balita Terima Bantuan Paket Nutrisi Pemenuhan Zat Besi dari CSR Indomaret Peduli Kesehatan
Diduga Aniaya Balita, Pemilik Daycar Ditangkap Polisi
Balita Tiga Tahun di Grobogan Tewas Tenggelam di Blumbang, Ditinggal Ibunya Mandi
Seorang Balita Terjepit Pintu KRL di Stasiun, Begini Kronologinya
Sopir Minibus Nyaris Diamuk Warga gegara Tabrak Balita hingga Tewas
Masalah gizi dapat berdampak negatif bagi perkembangan kognitif, motorik, perilaku, kegiatan belajar di sekolah maupun kegiatan lainnya yang berpengaruh pada kehidupan berikutnya (Harlistyarintica et al, 2020). Anak yang mengalami kurang energi dan lemak akan menjadi tidak aktif, apatis, pasif dan tidak mampu berkonsentrasi functional isolatonis (Huda et al, 2018).
Studi di Kabupaten Malang menunjukkan bahwa peningkatan berat badan, dan status gizi dengan indikator tinggi badan menurut usia memiliki korelasi sangat kuat dengan peningkatan perkembangan motorik kasar anak usia 4 - 5 tahun (Putri dan Dewi, 2023). Anak yang memiliki status gizi pendek maupun sangat pendek atau stunting dapat mengalami masalah dalam perkembangannya, terutama perkembangan motorik kasar . Temuan menarik selanjutnya bahwa asupan energi pada anak masih kurang, hal tersebut juga berkorelasi dengan terjadinya masalah perkembangan pada anak (Putri dan Dewi, 2023). Lalu bagaimana dengan pemberian makanan yang tepat bagi anak? apakah hanya nasi dengan telur dadar? Sesuai keinginan anak. Tentu tidak, bagaimana bisa terpenuhi kebutuhan energi anak jika konsumsinya hanya dari makanan sumber karbohidrat dan protein saja. Itulah fenomena yang terjadi pada masyarakat Indonesia. Lemak merupakan bagian dari zat gizi makro yang paling banyak menyumbangkan energi dan sangat dibutuhkan oleh otak anak.
Studi di Indonesia didapatkan 88,4% anak balita belum mengkonsumsi sumber lemak sesuai kebutuhan. Sumber lemak tidak hanya dari lauk hewani yang harganya mahal, olahan makanan dengan minyak atau santan juga bisa menjadi alternatif sumber lemak bagi balita. Berikan hak anak melalui asupan yang bergizi seimbang. Hal paling mudah diingat adalah Isi Piringku untuk balita. Apakah sama dengan isi piring ibunya? Pasti berbeda porsinya.Isi piring makan balita terdiri dari 35% makanan pokok, 35% lauk hewani dan nabati, serta 30% sayur dan buah.
Contoh menu setiap kali makan untuk balita dapat berupa:
Nasi : 3 centong plastik
Telur bumbu kuning : 1 butir
Tempe goreng : 2 potong sedang
Sayur Kare (Wortel, Brokoli, buncis) : 1 mangkok sedang
Jus Alpukat : 1 gelas blimbing
Perbaikan kuantitas dan kualitas asupan makanan yang diberikan bertujuan mencukupi kebutuhan gizi anak, sehingga terpelihara kesehatannya, dapat beraktivitas sesuai usia, terjaga tumbuh kembang fisik, energi, dan psikomotornya (Masykuroh et al, 2022). Piring Balitaku Seimbang, Fungsi Tubuhnya pun Bisa Berkembang.
*Penulis Sri Hapsari SP., MGizi
Konselor PMBA, Dosen Gizi Unimus
tags: #balita #kebutuhan gizi #asupan gizi
Email: [email protected]
KOMENTAR
BACA JUGA
TERKINI
Indosat-GoTo Luncurkan Program Sahabat-AI
15 November 2024
Usung Jateng Adventure, ASPPI Jateng Sukses Selenggarakan BWI ke-9
14 November 2024
Kemenkumham Jateng Lakukan Monev dan Verifikasi RKT UPT Eks Karesidenan Pekalongan
14 November 2024
Sukses Jalankan Misi Kemanusiaan di Filipina, 10 Prajurit Diganjar Penghargaan
14 November 2024
PB IDI Kecam Pemukulan Dokter di Papua oleh Pejabat Setempat
14 November 2024
Kapolda Jateng Hadiri Peringatan HUT ke-79 Brimob di Mako Srondol
14 November 2024
Bus Trans Semarang Terbakar, BLU akan Jatuhkan Sanksi ke Operator
14 November 2024
Perjuangan dan Kasih Sayang di My Annoying Brother Versi Lokal
14 November 2024
KAI Hadirkan Promo Tiket Kereta dalam Rangka Pilkada, Cek Caranya!
14 November 2024
Antisipasi Bertambahnya Kuota Haji, DPR Dorong Realisasi Asrama Haji di Demak
14 November 2024