Bahasa Asing Terapan, Jurusan Kuliah di Undip Pencetak Calon Pelaku Industri Kreatif

Rahardian Haikal Rakhman

Tema yang paling cukup sulit dan menantang yaitu sejarah dan budaya.

Sabtu, 09 November 2024 | 15:23 WIB - Persuasi
Penulis: - . Editor: Fauzi

KUASAKATACOM, Semarang - Pada tanggal 24 Oktober 2024 lalu, saya resmi dinyatakan lulus dari jurusan ini. Saya tidak mengira dapat lulus tepat waktu meskipun agak telat yakni 4 tahun lebih 2 bulan. Yang bikin bangga, saya merupakan laki-laki kedua di kelas konsentrasi bahasa Jepang yang berhasil lulus tahun 2024.

Setelah saya mengikuti perkuliahan di jurusan Bahasa Asing Terapan, Universitas Diponegoro (Undip), saya mempunyai pandangan lain terutama soal masa depan usai mengerjakan tugas akhir,  jurusan ini memiliki peluang besar menjadi pembaharu dam inovasi terutama dalam bidang industri kreatif di Indonesia. Sebelum membahas lebih jauh, saya akan menceritakan sedikit caranya lulus dari jurusan ini yang 11/12 mirip teknik. 

BERITA TERKAIT:
IBL 2025 akan Bergulir, Berikut Kandang Tim-tim yang Berlaga
Kasus Perundungan Berujung Maut di PPDS Undip Semarang: Polisi Tetapkan Tiga Tersangka
Undip Sabet Empat Penghargaan Prestisius di Penghujung Tahun
Undip-Pegadaian Bersinergi Hadirkan TGCL di Lingkungan Kampus
OJK Bersama Undip-Forkom IJK Gelar Talkshow Gapai Merdeka Finansial

Perlu diketahui bersama, syarat untuk mendapatkan gelar S.Tr.Li (Sarjana Terapan Linguistik) di jurusan Bahasa Asing Terapan tidaklah mudah dikarenakan selain membuat laporan tugas akhir, para mahasiswanya juga harus membuat produk yang berkaitan dengan bahasa entah itu bahasa Inggris atau bahasa Jepang. Perlu berbulan-bulan untuk membuat satu produk, mulai dari bahan mentah hingga siap dipresentasikan saat sidang tugas akhir.

Mengapa bisa begitu? Karena produk yang dibuat oleh para mahasiswa bukanlah sembarang produk disitulah ide-ide kreatif kami diuji. Produk yang dibuat diantaranya seperti video, booklet, film pendek, aplikasi, bahkan pakaian. Tidak main-main bukan? Nah, di angkatan saya saja, paling cepat untuk bisa lulus ada di semester 9.

Produk-produk yang dibuat para mahasiswa pun temanya beraneka ragam, mulai dari budaya, sejarah, kuliner, hingga kontemporer. Tidak hanya itu, apabila mengambil tugas akhir video, para mahasiswa bisa memilih jenisnya seperti dokumenter, promosi, animasi hingga film pendek.

Menurut saya, tema yang paling cukup sulit dan menantang yaitu sejarah dan budaya. Kenapa bisa begitu? Karena sebelum proses pembuatan produk dimulai para mahasiswa harus melakukan pengumpulan bahan yang bersumber dari berbagai macam yakni macam-macam bacaan, wawancara, dan mendatangi lokasi secara langsung.

 

Setelah bahan-bahan terkumpul, tidak segampang langsung bis dieksekusi. Perlu proses lanjutan seperti pembuatan naskah, pemilahan footage video atau gambar, penulisan hasil wawancara, editing, penerjemahan, hingga produk siap disebar luaskan. Eits, tidak segampang itu juga, terkadang dosen meminta mahasiswa merevisi produk dan hal itulah yang memakan waktu lama. 

Sekarang, kembali ke persoalan saya tadi soal kaitannya jurusan ini dengan masa depan. Jika melihat ke belakang, saya memiliki pemikiran, sayang saja apabila hasil produk kreatif dan inovasi para mahasiswa Bahasa Asing Terapan hanya berakhir menjadi tugas akhir saja. Sebab waktu, tenaga, dan pikiran yang dikeluarkan tidaklah sedikit. Bahkan dana yang dikeluarkan untuk membuat produk seperti video animasi dan film pendek saja butuh biaya banyak.

Sebagai contoh sebut saja sahabat saya Ihsan (22), dalam tugas akhirnya, ia membuat film pendek mengenai pelestarian permainan tradisional: bakiak. Dana yang dikeluarkan pun tidak banyak karena selama proses pembuatan video, ia tidak bisa bekerja sendiri sehingga perlu bantuan orang lain dan itu tidak gratis seperti menyewa editor video, menyewa peralatan syuting, hingga membelikan siomay untuk bocah-bocah sebagai talent.

Di sisi lain, hal yang sama dirasakan oleh teman saya, Ima (22), dalam tugas akhirnya, ia membuat video animasi tentang pertempuran Jawa era Pangeran Diponegoro pada tahun 1825-1830. Dana yang dikeluarkan untuk membuat satu video animasi juga tidak sedikit, ia harus menyewa seorang animator untuk menyelesaikan video. 

Dari situlah saya berfikir, jika kreatifitas para mahasiswa Bahasa Asing Terapan diteruskan dan tidak hanya berakhir menjadi tugas akhir. Saya yakin, teman-teman bisa menjadi pelaku industri kreatif di Indonesia. Alasan dasarnya gampang, para mahasiswa  mengetahui proses pembuatan produk mulai dari bahan mentah hingga siap disebar luaskan seperti survei, pencarian validasi, pencarian editor video (jika produk video), pencarian bahan produk. Dan mencari penunjang lainnya. Selain itu, para mahasiswa yang mengerjakan tugas akhir sendiri tanpa bantuan orang lain pasti bisa menggunakan berbagai macam software editingi. Menurut saya ini penting karena sesuai dengan industri kreatif kedepannya.  

Selain itu, para mahasiswanya juga mengetahui target pasar untuk produk. Masih ingatkan target penyebaran kuisioner produk kalian untuk pengambilan data? Menurut saya, target audiens juga bisa disebarkan luas lagi jangkauannya tergantung produknya. Sehingga dengan itu, cakupan prospek kerja bisa lebih luas tidak hanya sebatas menjadi tour guide, penerjemah, pengajar, dan praktisi bahasa. Namun, apabila para mahasiswa bisa menangkap peluang yang ada, saya yakin ide unik dan kreatif selama pembuatan tugas akhir bakal berguna sehingga bisa menjadi pelaku usaha industri kreatif di Indonesia. Ditambah dengan penguasaan bahasa asing yakni Inggris dan Jepang saya yakin target cakupannya bisa menembus pasar global. 

*Ditulis oleh wartawan magang Rahardian Haikal Rakhman

***

tags: #universitas diponegoro #bahasa asing terapan

KOMENTAR

BACA JUGA

TERKINI